Home / Romansa / Dokter Cinta Pemikat Hati / Chapt 8: Tak Akan Pernah Pergi

Share

Chapt 8: Tak Akan Pernah Pergi

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2022-12-29 12:15:45

Jayme masih mematung sesaat, memandangi wanita cantik yang wajahnya mulai memucat. Mungkin Zanara terlalu lelah seharian ini menghadapi konflik yang mendera, yang salah satunya disebabkan olehnya, tentu saja.

Ia merasa bersalah, itu pasti. Namun, untuk membuat Zanara kembali tenang, pastilah bukan hal yang mudah.

Dalam keadaan baik-baik saja pun ia akan bersikap ketus, terlebih kali ini.

"Zee, aku tahu kau tak akan pernah menganggap ini penting, tapi setidaknya izinkan aku mengatakan semua, hanya agar hidupku tenang," ucap Jayme, kemudian, setelah lama tepekur dan hanya memandangi Zanara serta menghibur penglihatannya dengan cara mengagumi sosok indah itu.

Hanya mencuri pandang sesekali saja, karena jika Zanara tahu kalau Jayme memerhatikan sedetail itu, wanita itu pasti akan kesal dan itu jelas akan merusak suasana hatinya yang sudah memburuk.

"Terserah kau saja, tapi cepatlah ... aku tak ingin Marion mengetahui kehadiranmu."

Mendengar kalimat itu, Jayme tentu saja merasa kecewa. Namun, itu lebih baik ketimbang diusir begitu saja tanpa diberi kesempatan mengungkapkan perasaannya, bukan?

Anggap saja ini bentuk kebaikan lain yang diberikan oleh wanita itu.

"Baiklah. Uhm ... aku ...."

Sial!

Sungguh Jayme tak pernah begini gugup menghadapi wanita. Tentu saja, bahkan ia bisa dengan mudah mengajak wanita manapun naik ke atas ranjangnya hanya dengan kedipan mata elangnya itu. Namun, dengan wanita satu ini, ia seperti kehilangan segala kesaktian, layaknya dikebiri.

Wanita satu ini ... berbeda dari wanita kebanyakan.

Sementara Jayme tengah berperang dengan kegugupan yang menyergap hatinya, Zanara tampak tak sabar. Terlihat dari beberapa kali ia mengembuskan napas. Hal itu justru membuat Jayme makin tak karuan.

"Oke, aku hanya ingin katakan ... uhm ... ah, sial! Zee, maukah kau menunggu sebentar saja? Uhm, hanya lima menit, aku janji akan segera kembali." Jayme berusaha berkompromi dengan Zanara, karena nyatanya ia sudah tak mampu lagi tawar-menawar dengan hatinya yang kini mungkin tengah merasakan ketertarikan luar biasa akan pokok pembahasan yang ingin ia bicarakan dengan wanita cantik itu.

"Dokter Demir, apakah kau sedang mengerjaiku?" tanya Zanara, tampak geram.

Melihat gurat kekesalan di wajah Zanara, Jayme dengan sigap mengibaskan kedua tangannya. "T-tidak, Zee ... sungguh, a-aku hanya butuh waktu sebentar, oke? Kalau begitu tiga menit saja. Bagaimana?"

Zanara sudah mengulas ekspresi lain, seolah tak mau mendengar apa pun jika Jayme hanya berniat mengulur waktu.

Ah, sialan!

Jayme tak henti mengumpat dalam hati. Ia tak pernah tampak begitu bodoh di hadapan wanita.

"Baiklah ... terserah bagaimana nanti pandanganmu tentangku, aku katakan saat ini saja ...." Jayme membenarkan pijakan kakinya agar ia tidak limbung, karena kondisinya saat ini terlalu mengkhawatirkan. Entah apakah ia akan tetap bisa berdiri tegak setelah mengatakan segalanya. Kakinya saja sekarang rasanya seolah tak bertulang.

"Meski sekuat apa pun kau menjauh, meski kau memintaku untuk pergi, mengusirku, menjauhkan diri ... aku tak akan pernah pergi. Dan sejauh apa pun kau melarikan diri dariku, aku akan terus mengejarmu. Karena aku ...." Kalimatnya kembali terhenti.

Ia sadar bagian inilah yang tersulit. Bukan karena ia tak mampu mengucapkan, melainkan karena Zanara sudah pernah menolaknya ketika ia katakan bahwa ia jatuh cinta pada sosok indah itu.

"Aku mulai terbiasa seperti ini. Aku sudah katakan, cinta itu ... meski kau tak percaya, itulah nyatanya yang kurasakan terhadapmu, Zee."

Kini Zanara yang mematung dan tak tahu harus berkata apa. Ini bukan hal baru baginya. Sudah beberapa kali ia mendengar kata cinta sari beberapa pria, lagi pula, Jayme sudah mengatakan berulang kali. Namun, bedanya ... mungkin Jayme kurang beruntung karena momen spesial baginya ini justru terjadi di saat tak tepat, pada orang yang tidak tepat.

Andaikan Jayme mengatakannini semua sebelum dirinya bertemu Mark, mungkin Zanara akan memberi respon terbaik yang seharusnya diterima pria itu.

Satu lagi hal aneh dari Jayme. Meski ia telah melakukannya berulang kali, tetap saja setiap kali ia mengatakan perasaannya pada Zanara, pria itu akan gugup.

Apakah ia mengira Zanara tidak merasakan kegugupan yang sama?

Wanita itu juga tak jauh berbeda. Hanya saja, ia tak merasakan perasaan cinta itu. Tidak lagi. Setidaknya, tidak semudah sebelumnya, karena baginya, Jayme sama seperti pria lain yang datang dalam hidupnya hanya selingan yang suatu saat akan berganti. Seperti musim yang datang dan berlalu.

"Kumohon, jangan samakan aku dengan pria-pria yang pernah datang dan pergi dalam hidupmu, Zee. Mereka yang kemudian menyakitimu, hingga kau tak lagi bisa merasakan cinta ... aku tidak seperti mereka. Aku akan terus buktikan padamu, bahwa saat yang lain pergi, aku akan bertahan di sisimu."

Oke. Ini sudah terlalu jauh. Bukan lagi seperti apa yang dibayangkan oleh Zanara. Pria ini ... ia mulai memaksa, mulai menegaskan bahwa ia bersikeras untuk bertahan. Lantas, apa lagi yang harus dikatakan oleh Zanara selain diam dan menerima?

"Apakah sudah selesai?" tanya wanita itu, tak juga merubah ekspresinya sejak tadi. Membuat berbagai tanya bermunculan di benak Jayme.

Apakah wanita ini benar-benar tak memiliki hati? Ataukah ia hanya berusaha menekan segala rasa demi melindungi hatinya dari rasa sakit yang pernah hadir karena pengkhianatan?

"S-sudah. Tapi ... bolehkah aku tinggal sebentar saja?"

"Kau sudah mulai kelewat batas, Dokter Demir. Aku sudah memberi waktu untukmu, dan sekarang kau meminta hal lain."

"Aku hanya rindu pada kalian. Aku ingin bertemu Marion."

'... dan kau,' batin Jayme.

"Marion harus beristirahat. Kalian sudah menghabiskan waktu bersama seharian ini, bukan? Kau bahkan menguras habis perasaanku dengan membawa Marion tanpa izin. Hari ini cukup. Kumohon, pulanglah, Dokter Demir."

Zanara tampaknya sudah memperjelas apa yang ia inginkan. Ia tak pernah menghalangi Jayme bertemu Marion sebelumnya, tapi sekarang dengan terpaksa ia lakukan.

Ia sedang terlalu lelah hari ini, dan memikirkan kemungkinan datangnya masalah lain dengan keberadaan Jayme di sana, tentu saja membuatnya berpikir ulang untuk mengizinkan pria itu tinggal meski sebentar.

Beruntungnya, Zanara berurusan dengan pria yang sedang tergila-gila dan bahkan mungkin terlalu mencintainya. Apa pun yang dilakukan Jayme adalah yang terbaik bagi wanita itu. Dan kini Zanara butuh waktu, maka itu yang akan Jayme berikan.

"Baiklah ... mungkin aku akan mampir lain waktu. Selamat beristirahat, sampaikan salam sayangku untuk Marion ...."

'... dan untukmu, tentunya,' lanjut Jayme dalam batinnya, dan kemudian ia berbalik tanpa menunggu reaksi Zanara, karena wanita itu tak akan memberi tanggapan apa pun, seperti yang selalu ia lakukan selama ini.

Jika Jayme ingin pergi, maka pergi saja. Zanara tak akan memintanya tinggal, atau sekadar memanggilnya.

Namun, entah mengapa kali ini wanita itu justru menunjukkan sikap berbeda. Biasanya, ia akan langsung menutup pintu sesaat setelah Jayme pamit, bahkan sebelum pria itu sempat menyelesaikan kalimatnya. Kali ini, Zanara setidaknya bersedia menanti hingga pria itu berbalik.

Dan satu hal yang membuat Jayme menghentikan langkah, kala mendengar panggilan dari seseorang yang tentu saja suaranya tak asing di telinganya.

"Dokter Demir, tunggu!"

Andaikan ia tidak sedang berada di hadapan Zanara, mungkin saat ini juga ia akan melompat kegirangan.

Wajar saja. Sikap ramah tak pernah ada dalam kamus seorang Zanara Miller. Bahkan selama hampir dua tahun ini, hanya sikap ketus dan dingin yang Zanara berikan pada Jayme setelah banyak hal yang dilakukan pria itu untuknya.

Hal paling berharga yang sesungguhnya diakui oleh Zanara di lubuk hati terdalamnya adalah kehadiran pria itu di setiap momen bahkan di saat tersulitnya.

Zanara tidak meminta itu, karena baginya itu semua hanya akan membuatnya lemah. Namun sekali lagi, ia hanya manusia biasa. Tetap saja di dasar sanubarinya ingin berterima kasih. Namun, ia tak tahu dengan cara bagaimana dan kapan saat yang tepat.

Meski hanya satu kalimat tak akan pernah bisa membalas apa yang telah dilakukan pria itu, tetapi setidaknya Jayme tahu bahwa Zanara tak pernah mengabaikan kebaikannya.

Pria itu berbalik perlahan, antara tak yakin dengan apa yang baru saja ditangkap oleh gendang telinganya.

Benarkah Zanara menghalangi langkah kepergiannya? Mengapa? Apakah ia ingin memberi jawaban atau sekadar tanggapan atas ungkapan hatinya beberapa menit lalu?

"Ya, Zee? Apakah ada lagi yang bisa kulakukan untukmu? Atau ... apakah ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?" tanya pria itu, dengan harap cemas yang menyergap kalbu. Menanti wanita pujaan hatinya menyampaikan hal yang mungkin akan membuatnya tidur nyenyak malam ini.

Ia masih menunggu, hingga Zanara akhirnya buka suara, menyampaikan sesuatu yang tak pernah ia duga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 133: Happy Ending (2)

    Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 132: Happy Ending

    Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 131: Kenneth or Brandon? (2)

    Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 130: Kenneth or Brandon?

    Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 129: Tertangkap!

    “Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 128: Pria di Balik Tudung

    Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status