Home / Romansa / Dokter Cinta Pemikat Hati / Chapt 7: Mencari Kepastian

Share

Chapt 7: Mencari Kepastian

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2022-12-29 12:13:27

Jayme sudah berdiri di depan pintu dengan sebuket bunga di tangannya, ia ulurkan pada Zanara. Tak ada maksud apa pun, tidak juga demi merayu wanita itu agar lebih memilih dirinya ketimbang kembali pada mantan suaminya. Sungguh semua itu murni untuk menghibur.

Namun, niat baiknya sepertinya tak mendapat sambutan baik. Seperti biasa, Zanara dengan tanpa ekspresi menyambut dan menanyakan tujuan Jayme datang ke apartemennya.

"Apa tujuanmu datang kemari? Bukankah kau sudah puas bermain dengan Marion? Sekarang apa lagi?" desis Zanara, tajam. Namun, tetap menjaga intonasi dan volume suara agar tak didengar langsung oleh Marion.

"Zee ... jangan salah sangka dulu. Aku ingin bicara denganmu. Boleh?"

"Perkara apa? Aku sedang tak ingin membicarakan masalah yang sering kau tanyakan, tentang romansa atau apa pun itu." Wanita itu membuang wajah ke arah lain, tak ingin memandang wajah Jayme secara langsung. Bagaimana pun ia hanyalah manusia biasa, bisa saja pria itu akan memasang wajah memelas dan pada akhirnya Zanara akan luluh.

"Tentang kita."

"Itu lagi," keluhnya, tampak jenuh. "Bicarakan itu dengan wanita lain saja, Dokter Demir."

Zanara menutup pintu dan nyaris mematahkan tangan Jayme yang dengan sengaja menghalangi daun pintu itu agar tak menutup. Dan bodohnya, ia melakukan itu dengan tangannya.

"Akkh!" Jayme dengan cepat menarik anggota tubuhnya itu dari pintu, yang justru memperparah sakit yang ia derita.

Jangan tanyakan bagaimana reaksi Zanara. Ia bukan perempuan berhati dingin seperti yang orang sangkakan. Ia juga punya perasaan, dan punya belas kasih. Melihat kebodohan pria yang akhirnya membawa kerugian bagi dirinya sendiri, Zanara tentu saja tak sampai hati.

"Kau ini apa-apaan? Apa kau ingin kehilangan tanganmu?" Zanara bergegas masuk dan keluar dengan kotak berisi obat-obatan.

Zanara, dengan telaten dan cekatan, mengeluarkan apa saja yang dibutuhkan untuk mengobati luka yang sebenarnya hanya sedikit lecet. Tak berpengaruh pada Jayme yang bahkan pernah merasakan yang lebih sakit dibanding ini, dan ia bisa bertahan. Namun, kapan lagi ia bisa bersentuhan dengan wanita ini, jika bukan sekarang?

Wanita itu tak pernah membolehkan dirinya menyentuh meski itu hanya sekedar bersalaman. Dan satu hal lagi yang membuat Jayme rela sebentar saja menjadi laki-laki cengeng, perhatian dan ketelatenan Zanara yang diberikan untuknya, merupakan hal yang sangat langka.

Jayme memandangi wanita yang kini tengah mengoleskan krim pada lukanya. Ia tak memerhatikan kalau ada luka lain yang justru disadari oleh Zanara. Bisa saja mengalami dislokasi atau cidera lain. Karena itu Zanara mengambil bebat dan membebatkannya pada tangan pria itu.

Meski ia selalu memakai topeng dingin di luar, Zanara tetaplah wanita baik hati bagi Jayme. Sampai kapan pun ia akan selalu menjadi wanita baik hati, karena itu adalah karakternya.

Jangan tanyakan dari mana Jayme mengetahuinya. Menjadi dokter jiwa selama beberapa tahun, membuatnya mampu melihat sisi lain seseorang dari cara berbicara, bahasa tubuh, bahkan sekadar mengedipkan mata pun bisa menjadi sarana bagi Jayme untuk membaca pikiran orang lain.

Ia bukan cenayang, tentu saja. Hanya kemampuan yang pastinya dimiliki oleh orang yang bergelut dengan kejiwaan orang lain.

"Kau sangat telaten melakukannya. Terima kasih," ucap Jayme, berusaha mencairkan suasana karena ia bisa melihat kalau Zanara kini tengah merasa gugup.

Wanita itu tak menghentikan apa yang sedang ia lakukan, tetapi tidak juga mengangkat wajah demi menatap manik kecoklatan milik Jayme. Ia tetap menunduk dan fokus pada peralatan di tangannya.

"Jangan besar kepala! Aku sudah biasa melakukan ini, jadi tak hanya dirimu, pada siapa pun mungkin aku akan lakukan hal yang sama."

"Termasuk pada pria tadi?"

Zanara kali ini terganggu dengan kalimat yang diucapkan Jayme. Ia berhenti dari apa yang tengah dilakukannya sejak tadi, lalu matanya menatap kosong. Hanya sebentar. Karena di detik berikutnya, ia sudah kembali merawat luka Jayme dan mempercepat gerak tangannya mengikat bebat yang telah membungkus tangan Jayme dengan sempurna.

"Sudah. Kau bisa pulang sekarang, Dokter Demir!"

"Tunggu, Zee! Aku serius. Apakah jika ini terjadi pada pria itu—mantan suamimu itu, kau juga akan melakukan hal sama terhadapnya?"

Tentu saja. Namun, bukan itu yang membuat Zanara ragu menjawab. Masalahnya, pria yang disebut oleh Jayme adalah pria yang ia hindari selama dua tahun lebih. Jadi, mungkin Zanara tak akan melakukan apa yang ia lakukan pada Jayme, jika yang mengalami kesialan tadi adalah Mark.

Bukan karena Jayme istimewa, melainkan murni karena masa lalu.

"Dokter Demir, kumohon. Apakah kau tidak lelah seperti ini terus? Mau sampai kapan kau mendekatiku, sementara aku sudah katakan padamu kalau aku—" Zanara menghela napas berat. "Sudahlah, semua ini sia-sia. Lakukan saja apa pun yang membuatmu senang. Aku masuk dulu."

Jayme tampaknya tak ingin menyerah begitu saja. Ia tak membiarkan Zanara pergi. Dengan cepat tangannya mencekal lengan wanita itu. Terlalu tiba-tiba hingga membuat Zanara terhuyung dan terjatuh dalam dekapannya.

Ia tidak sedang mencari keuntungan dari kejadian itu. Jika lengannya tak merengkuh tubuh jenjang Zanara, wanita itu mungkin akan jatuh tersuruk ke lantai. Jayme tentu saja tak ingin itu terjadi. Namun, tampaknya niat baiknya itu disalah artikan oleh Zanara.

Wanita itu mendorong tubuh Jayme secara spontan. Napasnya sedikit terengah, seolah dirinya sudah melakukan beberapa putaran maraton. Sekali lagi, bagaimana pun, Zanara hanyalah wanita biasa.

Ia pernah merindukan Mark, bahkan sampai beberapa jam lalu ketika pria itu datang, Zanara ingin sekali berlari menghambur ke dalam pelukan Mark yang pasti akan selalu terbuka untuknya. Namun, ia menahan diri. Ada banyak luka yang belum sembuh, dan kembali menjatuhkan diri pada Mark sama halnya dengan bunuh diri.

"M-maaf. Aku hanya—"

"Pulanglah, Dokter Demir. Aku tidak punya apa yang kau butuhkan. Aku tidak bisa memberikan apa yang kau inginkan dan kau minta. Jangan lagi datang padaku."

"Apakah karena pria itu? Apakah kau akan kembali padanya?" Dengan cepat Jayme memotong kalimat Zanara sebelum wanita itu beranjak pergi.

Zanara berbalik. Mendengar pertanyaan Jayme membuat darahnya mendidih. Ia tak suka pertanyaan yang justru terkesan menuduh yang ditujukan Jayme padanya. Apakah ia terlihat begitu menyedihkan hingga berpikiran untuk kembali pada Mark? Apakah Zanara terlihat begitu haus akan belaian, hingga seolah akan menerima Mark lagi?

Begitukah?

"Ini bukan urusanmu, Dokter Demir. Dan jika kau berpikir aku akan terjatuh lagi pada pria yang pernah menyakitiku, kau salah besar. Aku tak akan pernah membiarkan siapa pun yang pernah menyakitiku, datang dan melakukannya sekali lagi."

"Baguslah. Aku hanya ingin mendengar itu," jawab Jayme, tampak tenang setelah mendengar perkataan wanita pujaan hatinya itu. "Kalau begitu mengenai perasaanku—"

Zanara menggeleng perlahan. "Kumohon, Dokter Demir, carilah wanita lain yang lebih sepadan denganmu dan pastinya mencintaimu sebesar rasa cintamu padanya. Aku yakin kau akan menemukan banyak sekali wanita yang jauh lebih baik dibanding diriku."

Jayme tak ingin menginterupsi perkataan Zanara meski ia sangat ingin membungkam ucapan wanita itu dengan sebuah kecupan. Ia sungguh ingin, tetapi ia cegah dirinya untuk lakukan itu. Ia hanya membelalakkan maniknya secara liar, berusaha menemukan manik hazel milik wanita itu, berharap bisa menguncinya dan mengatakan banyak hal saat itu juga.

Belum sempat ia wujudkan, Zanara berbalik dan nyaris pergi.

Namun, Jayme tak ingin membiarkan wanita itu menghindar dari apa yang seharusnya ia hadapi. Jayme sudah cukup lama menanti, setidaknya untuk sebuah jawaban bahwa dirinya masih boleh terus berada di sisi Zanara dan Marion. Ia kembali menahan kepergian Zanara dan mengatakan apa yang seharusnya ia katakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 133: Happy Ending (2)

    Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 132: Happy Ending

    Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 131: Kenneth or Brandon? (2)

    Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 130: Kenneth or Brandon?

    Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 129: Tertangkap!

    “Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 128: Pria di Balik Tudung

    Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status