공유

40. Kenangan lama

작가: Cutegurl
last update 최신 업데이트: 2025-07-27 22:29:36

Langit malam menyelimuti atap Rumah Sakit Medical seperti lembaran kain hitam yang dibubuhi bintang samar. Hujan belum turun, tapi aroma tanah basah mulai menguar dari rerumputan taman yang ada di depan ruang IGD. Di koridor lantai empat, cahaya lampu neon menyinari lantai marmer yang mengilap. El kembali ke ruangannya setelah berjam-jam berkutat menyelamatkan nyawa pasien kritis yang datang dengan gejala aneurisma otak.

Ia menghembuskan napas pelan saat mendorong pintu ruangannya. Denting kecil terdengar dari engsel pintu yang berayun lembut. Langkah El pelan, sedikit berat. Rambutnya agak kusut, dan beberapa kancing jas dokternya tidak tertutup rapat. Ada sedikit noda darah yang belum sempat dibersihkan di bagian ujung lengan jas putih itu. Namun, matanya masih tajam dan jernih, tanda bahwa fokus dan pikirannya masih menyala penuh.

Tapi ruangan itu kosong.

Tidak ada Alya.

Hanya aroma samar teh melati yang tersisa, mengendap di udara—bekas cangkir yang tadi digunakan gadis
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    72. Gadis penyelamat?

    Ruangan IGD yang sebelumnya hanya dipenuhi suara mesin pemantau kini menjadi pusat perhatian karena teriakan seorang ibu yang sedang dikuasai emosi. Suara Sinta masih menggema, memekakkan lorong rumah sakit dengan amarah dan tangis yang bercampur menjadi satu. Para perawat dan staf medis tak berani menyela. Sementara dua satpam hanya bisa berdiri siaga, menunggu aba-aba untuk bertindak. Namun sebelum siapa pun sempat melakukan sesuatu, suara langkah cepat menghentak lantai, ringan, tapi pasti. Seorang perempuan muda dengan jas dokter putih muncul di ujung lorong. Residen tahun keempat itu, dokter Azalea muncul dengan wajah serius. Rambutnya disanggul rapi, dan sorot matanya tajam namun tidak liar. Ia bukan siapa-siapa di antara keluarga pasien, bukan pula tokoh besar di rumah sakit, tapi saat melihat pemandangan itu, dia tahu dia harus bicara. Tanpa ragu, Azalea berjalan melewati beberapa perawat yang menahan napas, lalu berdiri tegak di samping Elvario. “Saya minta maaf, Bu

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    71. Kemarahan

    Langit mendung menggantung di atas atap rumah sakit pagi itu, seakan ikut merasakan duka yang menyelimuti keluarga kecil yang baru saja tiba. Di lorong yang sepi dan dingin, langkah Sinta dan Ari bergema pelan, penuh kecemasan. Wajah mereka pucat, lelah karena semalaman menahan perasaan campur aduk. Tak satu pun dari mereka berbicara sejak mereka menerima kabar, bahwa Tama, putra tunggal mereka, ditemukan bersimbah darah di dalam sel tahanannya, dan tiga luka tusuk menghantam tubuhnya, dan kini ia terbaring tak sadarkan diri di ruang ICU. Mereka berhenti tepat di depan dinding kaca ruang perawatan intensi. Ada dua polisi yang berjaga di sana. Di balik kaca, tubuh Tama terbujur diam di atas ranjang. Selang-selang menempel di sekujur tubuhnya, dadanya naik-turun dengan bantuan ventilator, wajahnya pucat dan tampak begitu rapuh. Sinta menempelkan tangannya ke kaca, suaranya tercekat saat menyebut nama anaknya. “Tama…” Air matanya jatuh begitu saja, tak terbendung. Ari berdiri di

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    70. Pasien itu, ternyata musuhnya

    Malam itu, Elvario berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah tenang, meski napasnya masih sedikit berat setelah hari yang begitu panjang. Setelah berjam-jam menghadapi berbagai operasi mendesak akibat kecelakaan, El akhirnya bisa bernapas lega. Ia bahkan sempat mengatur jadwal kunjungan untuk pasien-pasien rawat inap yang memerlukan evaluasi lebih lanjut esok hari. Langkahnya tertuju ke ruang ganti. Ia telah bersiap untuk pulang. Namun baru saja tangannya hendak menyentuh gagang pintu, suara panggilan dari interkom IGD terdengar nyaring memenuhi ruang kosong malam itu. "Dr. Elvario, mohon segera ke IGD. Ada kasus darurat. Pihak kepolisian baru saja menelepon tentang pasien narapidana dengan kondisi luka tusuk multipel akibat perkelahian di dalam lapas.” El terdiam sejenak, menarik napas panjang. Matanya menatap langit-langit ruangan seakan menenangkan pikirannya sebelum ia kembali melangkah menuju lift. Langkahnya kini lebih cepat dari sebelumnya. Di lantai bawah,

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    69. Pertanyaan berani

    Setelah berjam-jam bergelut dengan darah, luka terbuka, dan detak jantung yang hampir berhenti, El akhirnya bisa menghembuskan napas lega. Pasien terakhir yang ia tangani berhasil stabil setelah perjuangan panjang di ruang operasi. Dengan tangan yang masih terasa kaku dan peluh yang belum sempat ia lap, El melangkah ke ruangannya dan menjatuhkan tubuhnya ke sofa panjang di pojok ruangan. Tubuhnya berat, tulangnya seperti habis digerus waktu, tapi ada secercah kepuasan yang membuat sudut bibirnya mengembang. Hari ini, nyawa-nyawa yang nyaris direnggut oleh maut telah berhasil ia rebut kembali. Itu cukup sebagai alasan untuk ia mengistirahatkan tubuhnya, meski sejenak. Matanya mulai terpejam perlahan. Tapi belum sempat ia terlelap, suara yang sangat tidak sopan terdengar nyaring dari arah perutnya sendiri. “Krucukkk—” El membuka mata, menatap langit-langit ruangan seolah menyalahkan dunia atas nasibnya yang lupa makan. “Hhh…” ia menghela napas, bangkit dengan malas. “Sehari

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    68. Korban kecelakaan

    Alarm telepon rumah sakit meraung pelan namun jelas, memecah konsentrasi semua orang di ruang IGD pagi itu. El yang baru saja duduk di kursinya, langsung mendongak cepat ke arah perawat jaga yang menerima telepon. Wajah perawat itu pucat. "Apa yang terjadi?" tanya El cepat sambil mendekat. Perawat itu menelan ludah. "Kecelakaan... mobil pengangkut siswa sekolah. Lokasi di jalan tol arah barat, sekitar dua puluh kilometer dari sini. Mereka sudah mengirimkan ambulans dan dalam perjalanan ke sini. Kata petugas di lokasi, korban lebih dari sepuluh orang, dan beberapa di antaranya dalam kondisi kritis." Suasana langsung berubah tegang. Tidak ada waktu untuk ragu atau panik. El menghela napas pendek lalu berseru, "Tim trauma, persiapkan diri! Sekarang!" Para dokter, perawat, dan tenaga medis lain yang tergabung dalam tim trauma langsung bergerak. Wajah-wajah mereka menegang, namun semuanya sigap dan profesional. Mereka tahu, dalam kondisi seperti ini, detik adalah nyawa. El berj

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    67. Dokter untuk bedah trauma

    Elvario berdiri membelakangi jendela besar ruangannya. Tangannya sibuk menata hadiah-hadiah yang baru saja diterimanya di atas lemari kecil dekat rak buku. Sebagian kotak ia tumpuk rapi, sebagian lagi ia letakkan di sudut ruang untuk dibuka nanti sore. Vas berisi bunga dari Alya sudah berdiri manis di atas meja, sementara kotak dari dokter Azalea ia letakkan di laci dengan hati-hati. Ia bahkan belum berani membuka hadiah dari Clara, karena masih terlalu banyak pertanyaan dalam kepalanya soal kenapa gadis itu tiba-tiba muncul hari ini. Baru saja El hendak duduk, mengetik laporan di laptopnya, suara ketukan terdengar dari arah pintu. Tok. Tok. Ia menoleh. “Masuk.” Pintu terbuka perlahan, dan sosok lelaki paruh baya dengan jas abu-abu dan wajah tenang itu melangkah masuk dengan senyum tipis. “Tuan Sujana,” ujar El sambil segera berdiri. “Silakan duduk, Pak.” “Terima kasih,” sahut Tuan Sujana, mengambil tempat di kursi tamu tanpa ragu. Senyap beberapa detik menyelimuti rua

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status