Share

52. Kelompok

Author: Cutegurl
last update Last Updated: 2025-07-31 21:02:47

Matahari baru saja menyembul dari balik cakrawala ketika para peserta kompetisi medis internasional AORTA mulai memenuhi aula besar yang dibangun di tengah Pulau Avicenna. Aula itu megah, berdinding kaca transparan yang memungkinkan mereka melihat hamparan laut biru dan hutan tropis yang mengelilinginya. Namun suasana di dalamnya tegang, bukan karena cuaca, melainkan karena sorotan tajam dari puluhan mata yang mengamati satu sama lain.

Elvario duduk di bangku bagian tengah, mengenakan seragam putih bersih yang telah disediakan panitia. Satu-satunya hal yang membedakannya dari peserta lain adalah name tag yang tersemat di dadanya, bertuliskan:

Dr. Elvario – Indonesia.

Di sisi kanan dan kirinya duduk peserta-peserta lain dari berbagai negara. Beberapa tampak berbisik-bisik, ada yang sibuk membaca catatan, dan tak sedikit yang menyapu pandangan penuh percaya diri ke sekeliling ruangan.

"Selamat datang, para kandidat terbaik dari seluruh dunia!"

Suara berat itu menggema dari a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    81. Semuanya merasa kehilangan

    Udara di dalam ruang perawatan terasa hening dan berat. Sekilas, ruangan itu terlihat tenang, dengan deretan alat medis yang berdiri kokoh di samping tempat tidur. Lampu-lampu redup memberikan suasana temaram yang seolah mendukung kesunyian yang menyelimuti setiap sudut ruangan. Tapi siapa pun yang masuk ke sana akan segera merasakan tekanan emosi yang luar biasa, seakan waktu berhenti di hadapan tubuh yang terbaring diam di ranjang. Tubuh Elvario tampak damai, seakan hanya sedang tidur biasa. Namun ketenangan itulah yang membuat semua orang semakin khawatir. Sudah hampir dua hari lamanya, dan dia belum juga membuka mata. Tuan Sujana berdiri di sisi ranjang El, tanpa suara, hanya menatap pemuda itu dengan pandangan yang tidak biasa. Matanya merah, bukan karena marah, tapi karena terlalu sering menahan tangis. Pria tua itu kini tak lagi tampak seperti pengusaha besar yang dihormati, melainkan seperti seorang ayah yang kehilangan arah. Tangan kirinya menggenggam erat sandaran temp

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    80. Satu selamat, satu sekarat

    Langit di atas rumah sakit Medical Core tampak gelap, awan bergulung tanpa hujan, seperti ikut menahan napas atas sesuatu yang besar yang sedang terjadi di dalam. Tuan Darma turun dari mobil dengan langkah cepat, nyaris setengah berlari. Setibanya di lobi rumah sakit, ia disambut oleh kepala perawat yang langsung menunduk dalam-dalam. “Maaf, Tuan Darma… tapi kami tidak bisa mengantar Anda ke ruangan Tuan Sujana.” Darma menyipitkan mata. “Kenapa?” Perawat itu menelan ludah gugup. “Karena... ruangan tempat beliau dirawat telah... diblokir oleh orang-orang dari pihak beliau sendiri. Semua dokter dan staf dilarang masuk. Kami bahkan tidak bisa memantau perkembangan Tuan Sujana dari ruang observasi, karena alat-alat pengawasan di ruangan itu... tidak terhubung.” Darma diam sejenak. “Siapa yang ada di dalam?” tanyanya, nada suaranya mulai mengeras. “Dokter Elvario, Tuan.” Mata Darma langsung membesar. Seketika kilatan kenangan menyambar ingatannya, saat El menyelamatkan Al

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    79. Teknik berbahaya

    El kemudian menarik napasnya dalam-dalam. Ia duduk di sisi ranjang pasien dengan punggung tegak sempurna. Cahaya di ruangan itu hanya menyala satu. Yaitu dari lampu gantung redup yang tergantung di atas meja instrumen, meninggalkan bayangan lembut yang menyelimuti sebagian wajah Tuan Sujana. Di hadapannya, delapan jarum emas berkilau di atas nampan logam, masing-masing telah disterilkan dan ditandai dengan simbol kecil di pangkalnya. Sebuah penanda urutan titik vital yang harus ditusuk. Jari El bergerak perlahan, mengambil jarum pertama, tangan kanannya sedikit gemetar. Jarum Pertama: Baihui Titik pusat roh, di ubun-ubun kepala. El menyingkap rambut tipis Tuan Sujana, menyapu keringat halus di kulit kepala pria tua itu. Ia meraba dengan ujung jari, mencari titik tepat di mana seluruh energi langit dan bumi dikatakan bersatu, tengah-tengah ubun-ubun, di pertemuan garis lurus dari hidung dan kedua telinga. Setelah yakin, El mengangkat jarum setinggi mata. Ia menahan napas, l

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    78. Bisa diselamatkan, dengan teknik sulit

    Langkah Elvario terasa berat saat ia kembali ke ruangannya. Tubuhnya mungkin masih bergerak, tapi pikirannya jauh tertinggal di ruang IGD, menatap wajah Tuan Sujana yang pucat dan menggantung antara hidup dan mati. Setelah memastikan tidak ada siapa pun di lorong, El membuka pintu dengan cepat dan menutupnya rapat. Ia memutar kunci dua kali hingga terdengar bunyi klik yang tegas. Lampu ruangan sengaja tidak dinyalakan penuh. Cahaya remang dari lampu meja cukup untuk menyinari bagian tengah ruangan tempat El berdiri. Elvario menghela napas panjang, sebelum dirinya menggenggam cincin giok yang menghubungkan dirinya dengan sang guru, tabib terkutuk. Kemudian, El duduk bersila di lantai. Kedua telapak tangan diletakkan saling bertemu di depan dada, dan ia menutup mata. Tiga kali ia mengusap giok itu. Setiap usapan seperti membangkitkan sesuatu yang tersembunyi. Sebuah energi halus namun kuat merambat dari cincin, menjalar ke ujung-ujung sarafnya. Udara di sekitar mulai bergetar,

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    77. Racun berbahaya?

    Bersama dengan Dokter Keysha, Elvario duduk menyandarkan tubuhnya yang lelah pada sandaran kursi. Di depannya, kantong makanan hangat dari dokter Keysha sudah nyaris kosong. Bau nasi dengan gurihnya ayam masih tersisa di udara, namun ketegangan hari itu membuat rasa kenyang tak kunjung terasa. Baru saja ia meletakkan sumpit ke dalam wadah makanan, ponselnya bergetar keras di atas meja. Layar menyala, menampilkan tulisan tebal: “IGD - PRIORITAS” Dengan sigap, Elvario mengangkatnya. “Dokter El! Kami baru saja mendapat laporan dari tim pengawal Tuan Sujana. Beliau kejang-kejang di dalam mobil, sesaat setelah keluar dari acara pertemuan bisnis. Mereka sedang menuju rumah sakit, ETA tiga menit!” Detak jantung El seolah melonjak. “Tuan Sujana?” gumamnya. Suara di telepon mengiyakan, penuh ketegangan. Tanpa banyak pikir, El bangkit dan berlari keluar dari kantin, mantel putihnya mengepak diterpa angin koridor. Di depan UGD, para perawat sudah bersiap dengan brankar, sarung tangan la

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    76. Ungkapan terima kasih tak terhingga

    Langit di luar rumah sakit sudah berubah sangat pekat. Hujan gerimis mulai turun, menyisakan suara tetesan air yang terpantul di kaca-kaca jendela ruang tunggu. Di lorong depan ruang ICU, suara tangis tertahan terdengar samar, diiringi helaan napas cemas dari kerabat pasien yang baru saja menjalani operasi panjang dan penuh risiko. Pintu ruang operasi terbuka perlahan. Elvario melangkah keluar dengan masker masih tergantung di leher dan sarung tangan operasi yang telah dilepas. Seragam medisnya penuh bercak darah, sebagian masih basah. Beberapa helai rambutnya terlepas dari ikatan, dan napasnya terdengar berat. Tapi di balik wajah yang lelah itu, ada sorot mata yang tenang. Seseorang langsung berdiri dari bangku. Seorang wanita paruh baya dengan mata bengkak karena menangis. Di sebelahnya, seorang pria yang sejak tadi tak berhenti mondar-mandir langsung menghampiri Elvario. “Dokter! Bagaimana anak saya?!” Suara wanita itu pecah di udara, sarat ketakutan dan harapan yang mengga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status