"Apa ini?" Arion bertanya saat Zahira memasangkan baju untuknya.
"Kamu pakai bajuku dulu. Besok aku akan belikan kamu baju baru." Zahira berusaha menahan tertawanya, saat melihat wajah pria tampan nan tinggi dan tegap itu, menjadi cantik."Ini baju apa?" Tanyanya. Kening pria tampan itu berkerut memandang baju yang di pakainya."Daster," jawab Zahira."Daster?" Arion kembali mengulang kata yang diucapkan Zahira."Iya, baju kaos kedodoran. Kamu sedang sakit dan banyak jahitan di tubuh mu. Baju ini sangat cocok untuk mu, kainnya lembut dan tidak ngepas." Zahira berbicara asal sambil membujuk si lelaki. Bersyukur pria itu tidak tahu daster, sehingga bisa membodohi si pria seperti ini.Arion hanya menganggukkan kepalanya dan percaya dengan apa yang dikatakan Zahira. "Pantas saja panjangnya sampai selutut ku."Perutnya sudah kram menahan tertawa. Bahkan sekarang wajah Zahira sudah tampak merah karena harus menahan napas dan ketawa yang siap meledak. "Tunggu sebentar, aku mau ke kamar mandi." Zahira tersenyum dan kemudian berlari meninggalkan Arion.Zahira tertawa ngakak ketika sudah berada di dalam kamar mandi. Perutnya sungguh terasa sakit karena menahan ketawanya sejak tadi.Setelah puas tertawa, Zahira kembali ke dapur dan melihat Arion yang masih berdiri di dekat kompor."Aku lupa, kamu pakai celana ku dulu." Zahira mengambil celana berbentuk segitiga."Aku tidak mau, warnanya pink." Arion menolak."Ini milikku, aku sangat menyukai dan menyayangi celana ini. Jadi kerena alasan itu aku selalu menyimpannya dengan baik." Zahira tersenyum. Apakah cara ini ampuh atau tidak, yang penting di coba saja, pikirnya."Baiklah aku akan memakainya. Tapi bantu aku, aku tidak bisa memakai nya sendiri." Arion tersenyum senang.Baru saja mendengar Zahira memberikan barang kesayangannya, Arion sudah merasa berbunga-bunga dan jantungnya berdegup semakin cepat. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan ketika berdekatan dengan wanita manapun.Ternyata tidak sulit untuk meminta pria itu, agar mau memakai pakaian yang di berikan nya. Dengan cepat, Zahira memakai celana tersebut.Arion hanya diam dan pasrah saat Zahira memasukan kakinya kedalam celana berbentuk segitiga berwarna pink. "Bila wanita lain melihat tubuhku, maka mereka akan memohon untuk di sentuh. Tapi kenapa dia tampak biasa saja. Bahkan dia terlihat tidak terpesona dengan wajah tampanku. Apa aku hari ini tidak tampan? Sepertinya aku harus mencari cermin, nanti," batinnya."Sudah," Zahira tersenyum."Tapi ini tidak nyaman." Arion memandang kebagian bawah perutnya. Rasanya tidak nyaman memakai CD milik Zahira."Itu karena belum terbiasa." Zahira berusaha untuk tetap menahan ketawanya.Arion memandang pakaian yang di pakainya. Meskipun merasa aneh dengan baju yang dipakainya, namun pria itu tetap tidak melakukan protes.Setelah pria itu memakai baju, barulah Zahira bisa berkonsentrasi. Begitu air panas mendidih, dibuatnya dua Cakir kopi."Ini minum dulu." Zahira meletakkan kopi panas untuk Arion.Arion diam memandang kopi panas yang di suguhkan si gadis. Berlahan-lahan dia menyeruput kopi buatan Zahira.Benar saja rasa kopi itu pas di lidah. Tenggorokan yang tadinya kering kini terasa segera.Zahira yang duduk di depan Arion meminum kopinya sambil memandang si pria."Aku tadi hanya pergi ke warung sebentar, untuk membeli kopi dan gula. Saat aku kembali, kamu sudah ada di rumah ku. Bagaimana cara kamu masuk?""Pintu rumah mu tidak di kunci dan sedikit terbuka," jawab Arion.Zahira menganggukkan kepalanya. "Mengapa kamu bisa seperti ini, apa mau aku melaporkan hal ini ke kantor polisi, Jono?" Gadis itu berkata dengan serius."Tidak usah, aku akan urus nanti." Arion tersenyum."Baiklah, tapi kamu tidak bisa lama berada di rumahku." Zahira berkata dengan kepala tertunduk. Setiap kali bertatap mata dengan pria itu, membuat ketawanya siap menyembur keluar."Aku tahu, namun aku belum mampu untuk pergi. Aduh, perutku kenapa perih sekali." Wajah Arion meringis menahan rasa sakit."Kamu jangan terlalu banyak bergerak. Aku akan memberikan kamu obat penghilang rasa nyeri, Apa kamu mau aku antar ke kamar?""Tidak usah, aku mau duduk di sini saja." Arion tersenyum tipis, bahkan sangat tipis hingga tidak terlihat oleh Zahira."Apa kamu yakin ingin tetap duduk di sini?""Iya, didalam kamar panas.""Aku di sini hanya sendiri. Karena itu aku tidak memasang AC di kamar tamu. Jujur saja baru kamu yang tidur di sana," jelas Zahira."Apa di kamarmu ada AC?" Tanya Arion dengan mata terbuka lebar."Apa kamu mau tidur diluar?" Zahira memandang Arion dengan mata melotot.Dengan cepat pria itu menggelengkan kepalanya. Ternyata gadis itu sangat pintar dan bisa membaca isi kepala pria mesum sepertinya.Arion terpesona setiap kali melihat wajah cantik dan imut Zahira. Hingga dia tidak berniat untuk beristirahat. Entah kondisi tubuhnya yang begitu kuat, atau karena rasa ketertarikan yang sangat besar hingga membuatnya tidak perduli dengan rasa sakit. Perasaan seperti ini bahkan baru dia rasakan seumur hidup."Lanjutkan minum kopimu, aku mau masak dulu. Jika ingin beristirahat di kamar, juga boleh." Gadis Cantik itu beranjak dari duduknya dan memeriksa isi kulkas. Setelah melihat isi dalam kulkas, akhirnya dia memutuskan untuk membuat sop daging sapi. Berhubungan pria yang menjadi pasiennya, sedang terluka dan daging sapi tidak akan memberikan rasa gatal untuk luka yang dialami si pria."Kamu sedang memasak apa?" tanya Arion yang sejak tadi hanya diam dan memperhatikan apa yang dikerjakan Zahira. Terkadang senyum mengembang di bibirnya, padahal hanya mendengar suara wajan yang beradu dengan Sutil.Jika Zahira sedang memasak, mungkin suara wajan dan Sutil bisa terdengar oleh tetangga. Hal ini yang membuat Arion tidak mampu menahan senyumnya."Untuk sementara ini, kamu tidak boleh makan ikan laut, ayam potong, makan seafood seperti udang berserta teman-temannya." Belum sempat melanjutkan ucapannya, pria itu sudah menghentikannya dengan sebuah pertanyaan."Jadi apa yang aku bisa makan? Bila aku tidak boleh makan semuanya, aku bisa mati." Setelah mendengar apa yang disampaikan Zahira, pria itu panik.Zahira terawat ketika mendengar pertanyaan lucu Arion. Ekspresi wajah pria itu, sungguh sangat menggemaskan."Kenapa kamu tertawa?" Pria itu terlihat bingung."Daging sapi, ayam kampung, ikan sungai, boleh. Disarankan untuk mengkonsumsi ikan gabus, karena semakin mempercepat penyembuhan luka." Zahira menjelaskan setelah puas mentertawakan Arion."Sepertinya aku harus mencatat apa yang kamu sampaikan, agar aku tidak salah makan nanti." Arion tersenyum."Iya boleh, nanti akan aku berikan catatannya. Kamu juga tidak boleh makan makanan instan seperti mie instan, makanan kaleng, dan berbagai macam makanan siap saji lainnya " Zahira berkata tanpa memandang Arion. Dia takut tidak mampu menahan tawanya, saat melihat tampilan dan wajah si pria yang... begitu "luar biasa"! ***Jangankan Zahira, kayanya karyawan dan musuh-musuh Arion juga bakal ketawa kalau lihat dia pakai pakaian Zahira, kan? Terima kasih sudah membaca tulisanku. Ikuti terus, ya! Jangan lupa vote dan komentar
"Coba aja tadi nurut, mau pakai selimut untuk nutupin anunya, pasti nggak bakalan aku kasih daster seperti ini," batinnya. Meskipun ada rasa bersalah terhadap pria itu, namun menurutnya ini merupakan solusi terbaik."Besok, jika situasi di luar sudah aman, aku akan ke pasar untuk membelikan kamu baju dan ikan gabus." Zahira berkata sambil memotong kentang."Aku tidak suka ikan gabus." Mendengar nama ikan itu saja, sudah membuatnya ragu untuk mencoba. "Rasa ikannya sangat enak, kamu harus mencobanya dulu," bujuk Zahira. Arion hanya diam saat mendengar ucapan gadis tersebut.Zahira sudah tidak berbicara lagi. Gadis itu mulai sibuk dengan menu yang akan dimasaknya. Sebenarnya Arion ingin beranjak dari duduknya dan berdiri di samping Zahira. Dia ingin melihat secara langsung, apa yang sedang di masakan oleh gadis tersebut. Namun luka-luka ditubuhnya terasa amat sakit, perih, nyeri dan berdenyut-denyut, hingga membuat pria itu memilih untuk tetap duduk"Apa sudah selesai?" Arion memand
Pria itu menatap wajah cantik Zahira. Sampai saat ini ia masih belum percaya bahwa gadis itu seorang dokter."Bila melihat wajahmu aku sangat tidak percaya kalau kamu itu seorang dokter, karena kamu tampak masih sangat muda." Akhirnya Arion mengungkapkan keraguannya. Zahira tersenyum ketika mendengar keraguan yang dirasakan oleh pria tersebut. "Usia 5 tahun aku sudah kelas 1 SD dan aku selalu mendapat juara kelas di sekolahku. Bahkan aku selalu memegang juara umum di sekolah. Aku selalu berprestasi, mulai dari sejak di taman kanak-kanak hingga sampai aku tamat SMA. Di usia 17 tahun aku sudah menyelesaikan sekolah SMA dan aku lulus di kedokteran. Umur 21 tahun aku berhasil menyelesaikan studi S1 kedokteranku dan cumlaude dengan IPK 3,95 dan menyelesaikan studi 3,6 bulan. 1,6 tahun, aku selesai koas." Dengan penuh kebanggaan gadis itu menceritakan presentasi yang dimilikinya. Mulut Arion terbuka ketika mendengar penjelasan dari Zahira. Ini untuk pertama kalinya, ia mendengar cerita g
"Ina." Arion memanggil gadis yang sedang merapikan meja makan."Iya mas," jawab Zahira. Setelah melakukan perdebatan panjang untuk sebuah panggilan, akhirnya Zahira memanggil pria itu dengan sebutan mas. Karena si pria tidak ingin terlihat tua bila di panggil om, atau uncle."Apa kamu merasa kalau rumah ini sedang dipantau dari luar?" Arion bertanya dengan raut wajah serius. "Iya mas, tadi aku mengintip di jendela. Masih ada 2 orang yang terus memandang ke sini." Zahira berkata dengan santai.Arion diam ketika mengetahui ternyata gadis itu mengetahui hal tersebut. Namun Zahira terlihat santai tanpa ada ketakutan di wajahnya. Padahal saat ini keselamatannya sedang terancam. "Apa kamu tidak takut?" "Takut sebenarnya tapi ya mau gimana lagi. Pengennya bersembunyi di dalam ruang bawah tanah, tapi sayangnya nggak punya. Jadi ya hanya bisa pasrah." Zahira tersenyum.Arion menarik napas panjang kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan. "Maafkan aku yang sudah menyeret mu ke dalam perm
"Silahkan masuk, saya akan memeriksa kondisinya." Zahira mempersiapkan ketiga pria itu untuk masuk. Ia merasa lega, karena warga yang mengantar, ikut masuk ke dalam rumah. Kedua pria yang datang bersama dengan pasien duduk di lantai, sedangkan pria yang terluka direbahkan di lantai yang beralaskan karpet. "Sebentar, saya ambil alat medis di kamar." Zahira tampak tenang dan kemudian pergi untuk mengambil perlengkapan medisnya. Dengan cepat ia datang dengan membawa tas yang berisi alat medisnya. Wanita itu mulai memeriksa kondisi detak jantung pasien. Kondisi bahu pasien terbelah, hingga ia tidak bisa membuka pakaian si pria. Zahira akhirnya menggunting baju yang dipakai pria tersebut. "Kondisi luka sangat parah, bahkan lukanya sampai ke bagian tulang dan bersyukur tangan tidak putus. Pasien juga sudah banyak kehilangan darah. Hanya saja saya tidak bisa memberikan penanganan yang intensif untuk pasien. Berhubung alat medis yang tidak memadai. Jadi saran saya, teman anda langsung
"Di luar banyak nyamuk, nanti mas habis digigit, baby," Seloroh Arion. "Kalau nggak mau digigit nyamuk, ya gigit balik nyamuknya. Mas Jono jangan macam-macam ya, ingat aku dokter." Gadis itu tersenyum licik. Mendengar ucapan si gadis, pria itu menjadi lemas. Bagaimana bila dokter muda itu membuatnya tidur setiap waktu. Itu artinya, ia tidak akan memiliki banyak waktu untuk mengenal si gadis. Yang ada dibenak pikirannya saat ini, hanya ingin mengenal super Hero nya lebih jauh. Arion tertawa kering mendengar ancaman si gadis."Terima kasih kamu sudah mau membantuku dan menyelamatkan aku seperti ini." Pria itu berkata dengan penuh ketulusan."Aku sudah katakan, ini tugasku jadi jangan merasa tidak enak." Zahira tidak ingin jika Arion merasa berhutang budi kepadanya. Apa yang dilakukannya, murni karena profesinya sebagai dokter.Tanpa berkata apa-apa, Zahira membawa pria itu untuk kembali ke kamar tamu. Arion hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah. Kini ia sudah berbaring di atas tem
"Makanya jadi orang jangan mesum, kondisi sudah seperti ini masih mikir yang aneh-aneh." Zahira tertawa mengejek Arion. Arion berusaha menahan ketawanya, Agar perutnya tidak terasa semakin sakit. "Aku akan membalas mu jika aku sudah sehat nanti. Lagi pula ini pertanda kalau aku ini normal Baby."Zahira hanya diam tanpa menjawab."Tapi aku serius, aku tidak suka jika kamu melihat banyak milik pria." Arion kembali mengulang ucapannya."Aku ini seorang dokter, mulai dari anak bayi sampai kakek-kakek aku melihatnya dan bahkan aku sering memotongnya." Zahira tertawa kecil seperti psikopat.Tangan Arion reflek menyentuh pistol airnya. Tiba-tiba saja nyalinya menciut setelah mendengar perkataan Zahira. . Zahira semakin tidak habis pikir dengan ucapan si pria. Hubungan mereka hanya sebatas pasien dan dokter. Saat ini lelaki itu juga bisa menjadi pasiennya, karena masuk ke dalam rumahnya. "Tidur." Zahira tersenyum dan menarik hidung Arion. Sejak tadi dia sudah sangat geram melihat tingkah s
"Ini kunci mobil mu, aku akan kembali ke Indonesia." Bastian memberikan kunci mobil McLaren MP4/4 kepada rekannya. Pria berusia 40 tahun itu, masih menikmati hidup bebas tanpa istri dan menekuni hobi balapnya hingga ke manca Nagara. Mungkin sudah saatnya ia harus kembali ke perusahaan dan membantu sang keponakan. "Kenapa, jam 10 ini kita akan melawan Me lee?" Alex terkejut saat mendengar apa yang dikatakan rekannya."Ada masalah, aku sudah memesan tiket pesawat. Jam 9 ini, pesawat ku akan berangkat," jelas Bastian."Mengapa harus terburu-buru seperti ini Bass. Ayolah Bass, apa kau akan melewati kesempatan mengemudikan mobil balap terbaik di dunia. McLaren MP4/4, bahkan terdaftar di urutan pertama pada daftar mobil balap terkeren di dunia," bujuk Alex. Pria bermata kecil itu, mencoba membujuk sahabatnya. "Aku tertarik, namun tidak sekarang. Saat ini urusanku lebih penting." Bastian berkata sambil mengikat penuh rambutnya yang panjang sebahu. Alex sudah tidak bisa berkata apa-apa lag
"Aku tidak bisa tidur sama sekali." Arion kembali mengulang ucapannya. "Apa karena kondisi kamarmu begitu sangat panas?" tanya Zahira.Arion menganggukkan kepalanya. "Bukan itu saja." "Apa luka mu terasa sangat sakit?" Zahira kembali menanyakan kondisi pasiennya. Padahal semalam dia sudah menambahkan obat tidur agar Arion bisa beristirahat dengan baik. "Aku tidak bisa tidur karena selalu memikirkanmu." Arion tersenyum dan mengedipkan matanya. "Aku akan membuatkan sarapan untukmu." Zahira malas untuk berkomentar. Melihat sikap Arion yang seperti ini membuatnya tidak ingin memupuk rasa di hatinya. Baginya apa yang terjadi murni sebatas hubungan dokter dan juga pasien. "Baby, apa aku boleh ikut ke dapur bersama denganmu?" Entah perasaan apa yang dirasakannya saat ini. Arion hanya ingin selalu dekat dengan Zahira. Bahkan semalaman pria itu tidak bisa tidur dengan nyenyak karena selalu saja terbayang wajah cantik sang dokter. "Bila mampu berjalan silakan," jawab Zahira. "Aku mampu,