Share

Bab 5

"Apa ini?" Arion bertanya saat Zahira memasangkan baju untuknya.

"Kamu pakai bajuku dulu. Besok aku akan belikan kamu baju baru." Zahira berusaha menahan tertawanya, saat melihat wajah pria tampan nan tinggi dan tegap itu, menjadi cantik.

"Ini baju apa?" Tanyanya. Kening pria tampan itu berkerut memandang baju yang di pakainya.

"Daster," jawab Zahira.

"Daster?" Arion kembali mengulang kata yang diucapkan Zahira.

"Iya, baju kaos kedodoran. Kamu sedang sakit dan banyak jahitan di tubuh mu. Baju ini sangat cocok untuk mu, kainnya lembut dan tidak ngepas." Zahira berbicara asal sambil membujuk si lelaki. Bersyukur pria itu tidak tahu daster, sehingga bisa membodohi si pria seperti ini.

Arion hanya menganggukkan kepalanya dan percaya dengan apa yang dikatakan Zahira. "Pantas saja panjangnya sampai selutut ku."

Perutnya sudah kram menahan tertawa. Bahkan sekarang wajah Zahira sudah tampak merah karena harus menahan napas dan ketawa yang siap meledak.

"Tunggu sebentar, aku mau ke kamar mandi." Zahira tersenyum dan kemudian berlari meninggalkan Arion.

Zahira tertawa ngakak ketika sudah berada di dalam kamar mandi. Perutnya sungguh terasa sakit karena menahan ketawanya sejak tadi.

Setelah puas tertawa, Zahira kembali ke dapur dan melihat Arion yang masih berdiri di dekat kompor.

"Aku lupa, kamu pakai celana ku dulu." Zahira mengambil celana berbentuk segitiga.

"Aku tidak mau, warnanya pink." Arion menolak.

"Ini milikku, aku sangat menyukai dan menyayangi celana ini. Jadi kerena alasan itu aku selalu menyimpannya dengan baik." Zahira tersenyum. Apakah cara ini ampuh atau tidak, yang penting di coba saja, pikirnya.

"Baiklah aku akan memakainya. Tapi bantu aku, aku tidak bisa memakai nya sendiri." Arion tersenyum senang.

Baru saja mendengar Zahira memberikan barang kesayangannya, Arion sudah merasa berbunga-bunga dan jantungnya berdegup semakin cepat. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan ketika berdekatan dengan wanita manapun.

Ternyata tidak sulit untuk meminta pria itu, agar mau memakai pakaian yang di berikan nya. Dengan cepat, Zahira memakai celana tersebut.

Arion hanya diam dan pasrah saat Zahira memasukan kakinya kedalam celana berbentuk segitiga berwarna pink. "Bila wanita lain melihat tubuhku, maka mereka akan memohon untuk di sentuh. Tapi kenapa dia tampak biasa saja. Bahkan dia terlihat tidak terpesona dengan wajah tampanku. Apa aku hari ini tidak tampan? Sepertinya aku harus mencari cermin, nanti," batinnya.

"Sudah," Zahira tersenyum.

"Tapi ini tidak nyaman." Arion memandang kebagian bawah perutnya. Rasanya tidak nyaman memakai CD milik Zahira.

"Itu karena belum terbiasa." Zahira berusaha untuk tetap menahan ketawanya.

Arion memandang pakaian yang di pakainya. Meskipun merasa aneh dengan baju yang dipakainya, namun pria itu tetap tidak melakukan protes.

Setelah pria itu memakai baju, barulah Zahira bisa berkonsentrasi. Begitu air panas mendidih, dibuatnya dua Cakir kopi.

"Ini minum dulu." Zahira meletakkan kopi panas untuk Arion.

Arion diam memandang kopi panas yang di suguhkan si gadis. Berlahan-lahan dia menyeruput kopi buatan Zahira.

Benar saja rasa kopi itu pas di lidah. Tenggorokan yang tadinya kering kini terasa segera.

Zahira yang duduk di depan Arion meminum kopinya sambil memandang si pria.

"Aku tadi hanya pergi ke warung sebentar, untuk membeli kopi dan gula. Saat aku kembali, kamu sudah ada di rumah ku. Bagaimana cara kamu masuk?"

"Pintu rumah mu tidak di kunci dan sedikit terbuka," jawab Arion.

Zahira menganggukkan kepalanya. "Mengapa kamu bisa seperti ini, apa mau aku melaporkan hal ini ke kantor polisi, Jono?" Gadis itu berkata dengan serius.

"Tidak usah, aku akan urus nanti." Arion tersenyum.

"Baiklah, tapi kamu tidak bisa lama berada di rumahku." Zahira berkata dengan kepala tertunduk. Setiap kali bertatap mata dengan pria itu, membuat ketawanya siap menyembur keluar.

"Aku tahu, namun aku belum mampu untuk pergi. Aduh, perutku kenapa perih sekali." Wajah Arion meringis menahan rasa sakit.

"Kamu jangan terlalu banyak bergerak. Aku akan memberikan kamu obat penghilang rasa nyeri, Apa kamu mau aku antar ke kamar?"

"Tidak usah, aku mau duduk di sini saja." Arion tersenyum tipis, bahkan sangat tipis hingga tidak terlihat oleh Zahira.

"Apa kamu yakin ingin tetap duduk di sini?"

"Iya, didalam kamar panas."

"Aku di sini hanya sendiri. Karena itu aku tidak memasang AC di kamar tamu. Jujur saja baru kamu yang tidur di sana," jelas Zahira.

"Apa di kamarmu ada AC?" Tanya Arion dengan mata terbuka lebar.

"Apa kamu mau tidur diluar?" Zahira memandang Arion dengan mata melotot.

Dengan cepat pria itu menggelengkan kepalanya. Ternyata gadis itu sangat pintar dan bisa membaca isi kepala pria mesum sepertinya.

Arion terpesona setiap kali melihat wajah cantik dan imut Zahira. Hingga dia tidak berniat untuk beristirahat. Entah kondisi tubuhnya yang begitu kuat, atau karena rasa ketertarikan yang sangat besar hingga membuatnya tidak perduli dengan rasa sakit. Perasaan seperti ini bahkan baru dia rasakan seumur hidup.

"Lanjutkan minum kopimu, aku mau masak dulu. Jika ingin beristirahat di kamar, juga boleh." Gadis Cantik itu beranjak dari duduknya dan memeriksa isi kulkas. Setelah melihat isi dalam kulkas, akhirnya dia memutuskan untuk membuat sop daging sapi. Berhubungan pria yang menjadi pasiennya, sedang terluka dan daging sapi tidak akan memberikan rasa gatal untuk luka yang dialami si pria.

"Kamu sedang memasak apa?" tanya Arion yang sejak tadi hanya diam dan memperhatikan apa yang dikerjakan Zahira. Terkadang senyum mengembang di bibirnya, padahal hanya mendengar suara wajan yang beradu dengan Sutil.

Jika Zahira sedang memasak, mungkin suara wajan dan Sutil bisa terdengar oleh tetangga. Hal ini yang membuat Arion tidak mampu menahan senyumnya.

"Untuk sementara ini, kamu tidak boleh makan ikan laut, ayam potong, makan seafood seperti udang berserta teman-temannya." Belum sempat melanjutkan ucapannya, pria itu sudah menghentikannya dengan sebuah pertanyaan.

"Jadi apa yang aku bisa makan? Bila aku tidak boleh makan semuanya, aku bisa mati." Setelah mendengar apa yang disampaikan Zahira, pria itu panik.

Zahira terawat ketika mendengar pertanyaan lucu Arion. Ekspresi wajah pria itu, sungguh sangat menggemaskan.

"Kenapa kamu tertawa?" Pria itu terlihat bingung.

"Daging sapi, ayam kampung, ikan sungai, boleh. Disarankan untuk mengkonsumsi ikan gabus, karena semakin mempercepat penyembuhan luka." Zahira menjelaskan setelah puas mentertawakan Arion.

"Sepertinya aku harus mencatat apa yang kamu sampaikan, agar aku tidak salah makan nanti." Arion tersenyum.

"Iya boleh, nanti akan aku berikan catatannya. Kamu juga tidak boleh makan makanan instan seperti mie instan, makanan kaleng, dan berbagai macam makanan siap saji lainnya " Zahira berkata tanpa memandang Arion. Dia takut tidak mampu menahan tawanya, saat melihat tampilan dan wajah si pria yang... begitu "luar biasa"!

***

Liazta

Jangankan Zahira, kayanya karyawan dan musuh-musuh Arion juga bakal ketawa kalau lihat dia pakai pakaian Zahira, kan? Terima kasih sudah membaca tulisanku. Ikuti terus, ya! Jangan lupa vote dan komentar

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status