Beranda / Romansa / Dosa Dalam Pelukan Brondong / Malam yang Mengubah Segalanya

Share

Dosa Dalam Pelukan Brondong
Dosa Dalam Pelukan Brondong
Penulis: Desy Cichika Harish

Malam yang Mengubah Segalanya

last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-17 01:46:26

“Kalau seperti ini... apa aku masih sama? Masih Sheana yang kamu kenal dulu?”

Sheana menatap dalam, hanya beberapa inci dari wajah Ellan—baru saja bibirnya lepas dari pemuda yang terpaut belasan tahun darinya itu.

Ellan tak menjawab. Tapi ia bertindak. Tangannya menangkap lengan Sheana, menariknya kembali. Dalam sentakan cepat, tubuh wanita itu dibalik, dan bibir mereka bertemu lagi.

Ciuman itu rakus. Kasar. Terburu-buru. Tangannya menyusup ke balik kaos longgar Sheana, menyentuh kulit hangat yang selama ini hanya jadi imajinasi.

Sentuhan berubah liar. Remasan menggantikan kelembutan. Bisikan Sheana yang memintanya tenang, tenggelam oleh gejolak yang tak terbendung.

Pakaian mereka lepas satu per satu. Tak ada lagi jarak, hanya napas yang menyatu dan panas tubuh yang menyesakkan ruang.

“Shea…” bisik Ellan.

Panggilan itu nyaris seperti peringatan—tapi tak cukup kuat menghentikan amukan di dadanya. Tatapan mereka bersentuhan. Dalam mata Sheana ada getar—bukan penolakan, tapi ragu yang hanya Ellan bisa memahaminya.

Ia tak berhenti. Melangkah, melebur, memecah rindu, sepi, dan luka yang tak kunjung pulih.

“Aku kangen banget sama kamu, Shea…” desisnya.

Tubuh mereka menyatu, dalam gerakan yang menyakitkan sekaligus penuh gairah.

Mereka saling mencari, berganti posisi, berlayar dalam sunyi. Hingga akhirnya, dalam desakan terakhir, Ellan mencapai puncak. Ia tenggelam di pelukan Sheana, dengan wajah terkubur di leher wanita itu.

Saat menarik diri, matanya menangkap sesuatu di dada kiri Sheana. Sebuah tato kecil bertuliskan satu huruf.

“Ini... inisial namaku?” bisiknya, nyaris tak percaya.

Sheana tak menjawab. Tapi malam itu, waktu seolah berhenti di kamar yang hanya milik mereka.

Cinta mereka adalah luka.

Cinta mereka adalah kenangan.

Terlalu menyakitkan untuk diingat,

Tapi terlalu indah untuk dilupakan.

Meski jarak dan waktu telah memisahkan mereka selama bertahun-tahun.

***

Sheana bersandar di dada Ellan. Kulit mereka masih hangat, napas mulai tenang. Jari-jari Ellan menyusuri rambutnya pelan, seperti ingin merekam semuanya.

Ellan mencium ubun-ubunnya. “Aku masih ingat malam pertama kita ketemu,” bisiknya nyaris tak terdengar.

Sheana tak menjawab. Tapi genggamannya pada tangan Ellan menguat—itu cukup sebagai jawaban.

“You looked so... out of place. Tapi entah kenapa, kamu juga jadi wanita paling cantik di ruangan itu.”

Suara Ellan nyaris mengantuk, tapi ingatannya tajam.

“Waktu itu kamu ngeliat aku kayak orang asing yang nggak penting. But that night, something clicked.”

“Stop,” gumam Sheana dengan mata terpejam. “You’re making it sound too romantic.”

Ellan terkekeh pelan.

“Biarin. Karena emang itu yang aku rasa. You were chaos... Tapi tiap kali deket kamu, dunia aku malah lebih tenang. Kamu bikin hidup aku jungkir balik, tapi aku juga nggak mau semuanya kembali kayak dulu.”

Sheana diam. Hening menggantung.

Tatapannya menyentuh langit-langit kamar yang remang, membangkitkan kenangan yang begitu jelas, begitu hidup.

Beberapa tahun yang lalu,

Ia berdiri di tepi lounge dengan segelas wine di tangan dan mini dress yang membingkai tubuhnya dengan anggun. Memperlihatkan lekuk yang tak lagi muda, tapi justru menampilkan kedewasaan yang mahal.

“Lo cantik banget, sumpah,” bisik Grace, menyilangkan kaki sambil menyesap cocktail. “Tapi auranya… depressing abis. Kayak lo baru ditinggal nikah.”

Sheana menghela napas. “Lo tahu yang lebih parah?”

“Apa?”

“Gue bahkan belum sempet ditinggal. Gue masih dijadiin figuran di rumah sendiri.”

Grace mendecak pelan. “Sheana... lo tuh smart, classy, desirable. Masalahnya bukan di lo, tapi di suami lo yang super membosankan itu.”

“Boring, tapi masih jadi alasan Mama Dirga nelpon gue tiap hari,” gumam Sheana. “Dan malam ini gue harus pulang cepet karena beliau mau nginap besok.”

“Oh for f—” Grace menahan umpatan. “Forget Dirga. Malam ini, lo butuh… disruption. Dan—ah, perfect timing.”

Sheana tidak menjawab. Tatapannya menelisik kerumunan, memperhatikan tawa berlebihan para wanita di antara rayuan palsu dari pria-pria muda yang menjual senyum seperti komoditas. Manis tapi tak sepenuhnya tulus. Semua terasa... kosong.

“Gue nggak yakin ini ide bagus,” gumamnya, jari-jarinya menyentuh permukaan dingin gelas wine yang belum ia sentuh.

Grace mendesah, lalu menyandarkan tubuh. “Lo tuh terlalu kaku, Na. Bukan berarti lo harus tidur sama siapa pun. Kadang, lo Cuma butuh seseorang buat dengerin lo sambil nemenin minum. That’s it.”

“Dan cowok-cowok itu… dibayar buat pura-pura peduli?” sindir Sheana.

“Enggak semua pura-pura. Ada yang emang pinter bikin perempuan ngerasa hidup lagi.” Grace melirik seseorang di kejauhan, lalu mengangkat tangan, memberi isyarat.

Sheana buru-buru menarik lengannya. “Grace, serius. Gue Cuma pengen duduk, minum, terus pulang.”

“Terlambat.” Grace terkekeh. “He’s coming.”

Dan di detik itulah, Sheana melihatnya. Seorang pria muda, berpakaian hitam kasual yang dipadu dengan jaket kulit dan sneakers putih bersih. Rambutnya sedikit messy, senyumnya terlalu percaya diri, tapi bukan tipe yang menyebalkan. Usianya mungkin dua puluh lima, atau lebih muda. Tapi caranya berjalan... tidak seperti anak-anak.

“Ellandra, ini Sheana. Temen gue,” kata Grace cepat, sebelum berdiri. “She’s a bit tense, so be nice.”

“Always,” sahut Ellan, suaranya dalam dan lembut. Matanya langsung menatap Sheana tanpa ragu. “Hi.”

Sheana meneguk ludah. “Grace, gue—”

“Terserah lo mau ngobrol atau enggak. Tapi paling enggak, kasih kesempatan,” ujar Grace sambil berjalan menjauh, meninggalkan mereka berdua dalam jarak yang terlalu dekat untuk sebuah pertemuan pertama.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dosa Dalam Pelukan Brondong    Pesta, Kabur... Just You and Me

    Sheana menarik napas, mencoba tidak gemetar. “Aku pikir kamu tahu, aku cukup pintar untuk nggak ngelakuin sesuatu yang bodoh.” Sunyi. Dirga hanya menatap Sheana tanpa kedip. Seolah mencari kebenaran dari kata-kata istrinya itu. “Dia cuma kenalan, Ga. Aku nggak minta kamu percaya langsung. Tapi kalau kamu masih anggap aku istrimu, minimal hargai keputusan aku untuk jujur sekarang.” Dirga masih diam, lalu makin mendekati Sheana tapi tidak menyentuhnya. Jarak mereka hanya satu napas. Tangannya menyelipkan rambut istrinya ke belakang telinga, seolah penuh kasih. “Aku cuma pengin kamu ingat,” katanya pelan, “bahwa segala sesuatu yang kamu lakukan sekarang... akan selalu punya konsekuensi.” Sheana mengangguk. “Aku tahu.” “Kamu tahu, Na…” bisiknya. “Aku nggak marah.” Sheana menatapnya ragu. “Aku cuma pengen ngerti,” lanjut Dirga, suaranya nyaris seperti pelukan. “Apa kamu lagi nyari sesuatu yang nggak bisa kamu dapet di rumah ini? Atau dari aku?”

  • Dosa Dalam Pelukan Brondong    Antara Pelarian dan Pengkhianatan

    Sheana hampir menjatuhkan ponselnya.Jarinya gemetar saat membaca pesan itu lagi.[ Keluar sama Grace ternyata cuma alibi, ya? ]Matanya menyapu sekitar, seolah paranoia mulai menempel seperti kabut. Lampu strobo, dentuman bass, orang-orang menari tanpa peduli dunia. Tapi Sheana tahu—ada mata yang mengawasinya.“Aku harus pulang,” gumamnya pelan, mencoba bangkit.Ellan menangkap lengannya, lembut tapi cukup kuat untuk menahan.“Sheana.” Suaranya rendah. “Siapa yang kirim pesan itu?”Dia menggeleng. “Nggak penting.”“Tapi bikin kamu pengen kabur di tengah malam yang udah sempurna ini?” Ellan mencondongkan tubuh, suara musik membuat dia harus bicara lebih dekat. “Tell me.”Sheana menarik napas panjang. “Itu... seseorang yang seharusnya nggak tahu aku di sini. But somehow, dia tahu.”“Dirga?”Sheana mengangguk. Ia memaksakan senyum. “Tapi aku udah biasa kayak gini. Aku bisa urus sendiri.”Ellan berdiri, mendekatinya lebih dekat dari seharusnya. “No. You’re not alone. Not tonight.”“Ellan

  • Dosa Dalam Pelukan Brondong    Special Service, Only For You

    Ellan menuruni tangga bersama Sheana dan mengantar wanita itu pulang. Langit malam masih berpendar lampu-lampu kota, tapi di antara mereka berdua, hanya ada keheningan yang bicara paling keras. Mobil berhenti agak jauh dari rumah, tepat di bawah bayang pohon. Jalanan sepi, udara malam sedikit lembap, dan lampu depan rumah Sheana menyala redup, seperti sengaja menunggu. Ellan mematikan mesin, lalu menoleh pelan. Matanya menatap dalam, serius, tapi tetap menyisakan kelembutan yang hanya Sheana yang tahu. “Next time,” katanya, suara serak dan jujur, “aku nggak bakal nunggu kamu chat duluan. Aku yang bakal nyari kamu.” Sheana diam. Pandangannya lurus ke depan, ke arah rumahnya, tapi pikirannya justru tersangkut pada sorot mata Ellan. Detak jantungnya—kencang, dalam, dan sulit diabaikan—menjawab semuanya. Tapi tetap saja, lidahnya kelu. Ellan mendekat sedikit, hanya beberapa senti. “Aku tahu kamu nggak biasa percaya orang. Tapi kamu juga tahu, I’m not just some guy.” Sheana menol

  • Dosa Dalam Pelukan Brondong    Rahasia-Rahasia Kecil

    "Keluar rumah malam-malam. Duduk di mobil orang asing. Chat cowok yang kamu temui di diskotik.""Kamu bukan orang asing. Kamu cowok bayaran."Ellan tertawa. "Ouch. Tapi fair enough."Sheana menggigit bibir, tak berkata-kata."Aku bisa tahu kamu lagi hancur, tapi kamu jago banget nutupinnya," lanjut Ellan, suaranya lebih serius sekarang. "Kamu tuh... the kind of woman yang kalau jatuh, tetap duduk anggun di atas puing-puing."Sheana menoleh pelan. "Itu gombal?""Bukan. Itu observasi."Mereka terdiam lagi. Tapi kali ini bukan karena canggung, melainkan karena masing-masing sedang mendengarkan pikirannya sendiri."Kamu selalu gini ke semua klien kamu?" tanya Sheana akhirnya."Enggak juga. Biasanya aku nggak diajak ngobrol panjang. Mostly cuma diminta temenin dinner, atau pretend jadi boyfriend buat impress teman-temannya. You’d be surprised how lonely rich people are."Sheana mengangguk pelan. "Kamu enggak takut? Ketemu macem-macem orang?""Awal-awal iya. Tapi sekarang? Dunia ini tempat

  • Dosa Dalam Pelukan Brondong    Aku Bosan, Tapi Ada Kamu

    Kamar dipenuhi aroma sabun segar, bercampur dengan uap hangat dari kamar mandi yang baru saja digunakan. Dirga melangkah keluar dengan handuk melingkar di pinggang, rambutnya masih basah dan air menetes dari ujung dagunya. Tubuhnya yang tegap dan terawat memancarkan pesona maskulin yang tak pernah gagal menggetarkan dada Sheana—meski ia tak akan pernah mengakuinya secara terang-terangan.Sheana menelan ludah pelan. Punggungnya menegang saat Dirga lewat di dekat tempat tidur tanpa mengucap sepatah kata pun. Jarak mereka hanya selemparan bantal, tapi terasa seperti dipisahkan ribuan kilometer.Sudah berapa lama mereka seperti ini? Dingin, formal, nyaris tanpa sentuhan. Padahal mereka tidur di ranjang yang sama.Ia teringat perjodohan itu—tiga belas tahun lalu. Ayahnya yang terlilit utang besar pada perusahaan milik keluarga Bimantara akhirnya menyerah. Demi menutup aib dan menyelamatkan bisnis keluarga, Sheana dikorbankan.“Anggap saja ini investasi jangka panjang,” begitu kata ayahnya.

  • Dosa Dalam Pelukan Brondong    Pria Muda Berbahaya

    “Ellan,” panggil Alvino.Ia mengangguk. “Dad.”Matanya sekilas beradu pandang dengan Sheana. Hanya sepersekian detik. Tapi cukup untuk menyampaikan ribuan kalimat yang tak bisa diucapkan di ruangan itu.Sheana seketika menolak irama normal jantungnya.Itu benar-benar Ellan yang ia kenal beberapa malam lalu.Wajah pemuda itu tampak sedikit lelah, tapi masih sama. Matanya menyapu ruangan dengan tenang.Keduanya terdiam. Mata mereka terkunci satu sama lain. Sekilas, napas Sheana tertahan. Ellan pun tampak membeku di tempat, seolah waktu di sekitarnya berhenti berdetak.Dirga menoleh, heran melihat keheningan yang aneh itu.“Kamu kenal?” tanyanya pelan pada Sheana.Sheana cepat-cepat menggeleng. “Nggak. Cuma... kaget aja.”Ellan tersenyum. Bukan senyum gigolo. Tapi senyum anak muda yang baru saja menemukan sesuatu yang tak terduga. Ia melangkah masuk, menyapa ayahnya dengan cepat, lalu—dengan penuh kesadaran—berdiri tepat di depan Sheana.Dirga bangkit, menjabat tangan Ellan. “Akhirnya bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status