Share

BAB 2 - PENDERITAAN QUEENZA

"Gak ... gak mungkin, ini sudah pasti anaknya mas Ervan! Aku yakin itu," ucap Queenza. Ia mencoba mengenyahkan pikiran yang sempat terlintas dibenaknya. Ia tak ingin menduga-duga dan akan menyakini hatinya, jika anak yang tengah ia kandung adalah anak dari suaminya.

Queenza pun kembali fokus pada masakannya. Ia tak ingin memikirkan sesuatu yang akan membuat kepalanya semakin pusing. Setelah selesai dengan masakannya. Ia pun bergegas pergi ke kamar untuk memanggil sang suami.

Namun, saat Queenza akan ke kamar. Ia tanpa sengaja berpapasan kembali dengan kakak iparnya itu di tangga. Queenza dengan cepat menundukan kepalanya. Ia tak ingin melihat sorot mata Dimas yang tajam itu.

"Udah selesai masaknya?" tanya Dimas saat Queenza akan melewatinya.

Queenza hanya menganggukan kepalanya dan segera pergi dari hadapan Dimas.

Quuenza pergi dengan jantung yang berdebar kencang. Entah apa yang tengah ia rasakan saat ini. Apa mungkin ia tengah merasakan perasaan berdosa pada sang suami sehingga jika ia berpapasan atau bertemu dengan Dimas, jantungnya akan berdetak dengan cepat.

"Ah iya, sudah pasti ini itu perasaanku yang merasa sangat bersalah pada mas Ervan," gumam Queenza sambil terus berjalan ke arah kamar.

Tiba di kamar.

"Mas! Makanannya udah siap!" ucap Queenza pada suaminya.

Ervan mendongakkan kepalanya, ia segera berdiri lalu pergi dan meninggalkan Queenza begitu saja.

Queenza menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia sebenarnya sudah tak kuat dan tak tahan lagi dengan pernikahan ini. Namun, ia harus bertahan karena ia sudah berjanji pada sahabatnya dan ia pun tak ingin terjadi apa-apa pada ibu dan adiknya.

Queenza dengan cepat menyusul suaminya. Ia tak mau jika Ervan marah lagi padanya.

Tiba di ruang makan, Queenza menghentikan langkah kakinya saat melihat Dimas yang tengah duduk di meja makan.

Queenza pun memberanikan diri dan mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Ia tak ingin membuat Ervan curiga padanya, dan saat Queenza hendak duduk di kursi sebelah Ervan. Ervan sudah lebih dulu berucap yang membuat Queenza urung untuk duduk.

"Kamu mau ngapain? Jangan duduk, berdiri di belakang!" titah Ervan.

Queenza pun menurut dan segera berdiri di belakang Ervan.

Dimas yang melihat perlakuan Ervan pada Queenza mengangkat sebelah alisnya.

'Perasaan pas waktu ibu sama ayah ada, Ervan gak sekasar ini sama istrinya! Apa memang hubungan mereka itu tak baik sejak awal?' batin Dimas sambil terus menatap Queenza. Matanya menyipit saat ia tanpa sengaja melihat pipi Queenza yang sedikit bengkak. 'Itu pipinya kenapa bengkak gitu?' Sambungnya masih dalam hati.

"Kenapa lo lihat bini gue segitunya? Lo naksir bini gue?" sentak Ervan pada Dimas.

Dimas segera mengalihkan pandangannya ke arah lain saat mendengar ucapan Ervan.

"Enggak," jawabnya singkat.

"Awas aja kalau berani macam-macam sama bini gue. Habis lo," ucap Ervan dengan nada yang mengancam.

GLEKK!

Queenza menelan salivanya dengan kasar saat mendengar ancaman sang suami. Entah apa yang akan suaminya perbuat pada dirinya, saat tau jika ia dan kakak iparnya itu sudah pernah menghabiskan malam yang panas.

Queenza dengan cepat menuangkan nasi dan lauk pauk ke piring Ervan.

Dimas terus memperhatikan gerak-gerik Queenza. Keningnya mengkerut saat ia melihat pergelangan tangan Queenza yang lebam. Ia menatap intens pergelangan tangan Queenza.

"Ekhemm!" Queenza berdehem saat menyadari tatapan Dimas yang terus menatap pergelangan tangannya. Ia pun dengan segera menyembunyikan luka lebam itu, dengan cepat ia mundur kembali ke belakang Ervan.

Dimas yang penasaran ingin bertanya. Tapi urung, saat melihat tatapan tajam Ervan padanya. Ia pun dengan segera menyantap makanan yang sudah dimasak Queenza. Sudut bibirnya terangkat saat ia merasakan masakan adik iparnya itu. Ini kali pertamanya makan masakan Queenza, karena selama ini ia tak pernah sarapan di rumah semenjak ayah dan ibunya pergi keluar kota.

Setelah selesai Dimas dengan cepat berdiri dan pergi begitu saja dari sana tanpa berucap apapun.

Queenza yang melihat sikap dingin kakak iparnya itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia pun menatap sang suami yang kini tengah asyik makan.

"Duduk," seru Ervan tiba-tiba pada Queenza.

Queenza tersentak saat mendengar seruan sang suami, dengan cepat ia duduk di sebelah Ervan.

"Makan," titah Ervan sambil menyodorkan makanan sisa yang tak habis dimakan olehnya.

Queenza mengernyitkan keningnya ia tak paham dengan ucapan Ervan. Ia lalu menoleh dan menatap suaminya itu dengan tatapan penuh tanya. Apa ia tak salah dengar? Suaminya menyuruh ia memakan makanan sisa?

"Kamu menyuruh aku makan ini Mas?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga di bibir Queenza. Ia menunjuk makanan yang ada di depannya.

"Iya. Kenapa? Kamu gak mau? Ya kalau kamu gak mau, berarti hari ini kamu gak bisa makan! Aku sih gak akan memaksa kamu. Pilihan ada di tangan kamu! Kalau kamu gak mau kelaparan, ya makan itu. Tapi kalau kamu gak mau makan itu. Ya siap-siap kamu kelaparan seharian!" jawab Ervan sambil pergi berlalu dari meja makan itu.

Queenza menatap horor makanan yang ada di hadapannya. Ia menelan salivanya kasar. Ia mamandangi makanan yang entahlah harus dibilang apa. Ini terlihat seperti makanan untuk kucing dibanding makanan untuk manusia. Ia menggeserkan makanan bekas Ervan itu dan hendak mengambil makanan baru. Namun, baru juga ia membuka tutup saji, sebuah tangan mencekalnya. Queenza yang terkejut terperanjat dan tak sengaja menjatuhkan tutup saji itu. Ia lalu menoleh dan ia membelalak matanya kala ia melihat suaminya yang kini manatapnya dengan tajam.

"M-Mas?" ucap Queenza gugup.

"Kamu mau ngapain? Mau makan ini?" Tunjuk Ervan ke arah makanan yang ada di meja itu.

Queenza dengan polosnya menganggukan kepalanya.

Ervan tersenyum sinis lalu tangannya terulur ke arah rambut Queenza dan menjambaknya.

"Siapa yang suruh kamu makan makanan yang baru, Hah? Aku tadi kan suruh kamu makan ini!" ucap Ervan sambil membawa makanan sisanya tadi. Dengan kasar Ervan menyuapkan makanan itu pada Queenza.

Queenza tak berani memberontak dan memilih untuk memakan makanan yang rasanya entah lah. Susah untuk dijabarkan. Dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ia mencoba menelan makanan itu.

"Nah gitu dong! Ayo makan lagi!" ucap Ervan sambil terus menyuapi Queenza.

Queenza yang sudah tak kuat lagi untuk makan makanan itu ingin memuntahkan makanannya . Namun dengan cepat Ervan memberi ancaman untuk Queenza.

"Kalau kamu berani memuntahkan makanan itu! Siap-siap kamu mendengar kabar kematian ibu kamu!" ujarnya dengan seringai di bibirnya.

Mau tak mau Queenza mengunyah kembali makanan itu dan menelannya dengan paksa.

Setelah makanan itu habis tak tersisa. Ervan pergi begitu saja dari hadapan Queenza.

Queenza menatap nanar pungung Ervan yang kini sudah menjauh dari hadapannya. Ia tidak menyangka jika pernikahannya ini akan membawanya pada penderitaan. Andai dia tau jika akan bernasib seperti ini. Ia lebih memilih mati daripada hidup tapi mati seperti ini.

Saat Queenza mengalihkan pandangannya. Tatapan matanya tanpa sengaja melihat ponsel yang tergeletak di meja makan. Ia pun dengan cepat membawa ponsel itu.

"Punya siapa?" gumamnya sambil membolak balikan ponsel itu. Ia pun mencoba menyalakan ponsel itu dan terkejut saat melihat foto wallpaper di ponsel itu.

"Eh ... ini punya mas Dimas?" Queenza lantas berdiri dan berniat ingin menyimpan ponsel itu di kamar Dimas. Namun, saat Queenza berbalik ia terkejut melihat Dimas yang berada di hadapannya kini.

"Ma-Mas Dimas?" seru Queenza dengan gugup. Ia terkejut melihat Dimas yang ada di sana.

"Kamu mau bawa ponselku ke mana?" tanya Dimas dengan alis yang terangkat.

"Ah ... i-ini tadinya mau saya simpan. Tapi berhubung Mas Dimas ada di sini, saya kembalikan sama Mas Dimas." Queenza menyerahkan ponsel itu pada Dimas.

"Thanks," ucapnya sambil membawa ponselnya. Ia lalu mendekat ke arah Queenza dan berbisik. "Makasih atas makanannya hari ini, enak banget. Aku tidak meragukan kemampuanmu, karena apapun tentang kamu, pasti enak dan legit."

Deg!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
wah, aku suka dimas
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status