Share

Bab 2

Author: Musim Gugur yang Sejuk
Perkataannya benar-benar membuatku naik pitam.

"Kamu menyuruh pria lain memperkosaku. Aku dilecehkan, tapi kamu malah nggak peduli, dan hanya memikirkan seminar. Sebenarnya kamu ini tunanganku atau bukan?"

Tidak disangka, tunanganku juga marah.

"Kamu sekarang seperti jalang yang minta kusetubuhi kapan saja. Tanpa diisi pun tetap basah, bahkan aku harus makan obat kuat sampai nggak bisa fokus mengajar. Kalau seperti ini terus, bagaimana aku bisa menjadi lektor kepala?"

"Dengan kondisimu yang seperti ini, seminar hari ini pasti batal lagi!"

Setelah mengatakannya, dia pergi.

Aku merasa sangat sedih hingga meneteskan air mata, tapi aku juga tahu bahwa penyebab masalah ini ada pada diriku sendiri. Jika tidak segera mencari jalan keluar, aku akan kehilangan hubungan ini.

Aku segera menyusul dan membujuk tunanganku.

"Jangan marah lagi, bukankah kamu sudah menemukan klinik? Ayo kita pergi ke sana sekarang."

Dia melepaskan tanganku dengan kasar, lalu berkata, "Kalau nggak sembuh, aku akan beli lem untuk menempelkannya padamu!"

Namun, yang bertugas di klinik ternyata adalah seorang mahasiswa laki-laki yang sedang magang menggantikan dokter, dan dia adalah mahasiswaku!

Dia tampak sangat terkejut ketika melihatku, lalu berkata, "Bu Susan?"

Aku merasa sangat malu dan langsung berbalik untuk pergi, tapi tunanganku berkata, "Untuk apa kamu malu? Aldo sudah tahu masalahmu."

Aku terdiam di tempat.

Tunanganku berulang kali berpesan kepada Aldo agar menyembuhkanku. Aku tidak bisa menahan diri untuk diam-diam mengamati Aldo.

Aldo berpenampilan kalem dan memakai kacamata. Dia terlihat seperti kutu buku, tapi bisa mengobati penyakit area sensitif wanita, sungguh tidak terduga.

"Tolong, Pak Rian keluar sebentar. Pengobatan selanjutnya bersifat rahasia," ujar Aldo.

Aku terkejut. Apa ini artinya aku harus berduaan dengannya?

Aku mulai gugup.

Tunanganku memandangku dengan penuh peringatan. "Di depan mahasiswa, kamu harus berhati-hati!"

Aku paham, dia memintaku tidak bertingkah liar di hadapan mahasiswa.

Aku juga tidak ingin bertingkah liar, tapi tubuhku belum tentu bisa mengendalikannya.

Aku merasa sangat bingung, tapi tunanganku pergi tanpa menoleh sedikit pun.

Setelah pintu tertutup, Aldo bertanya secara rinci tentang gejalaku.

Berbicara tentang hal seprivat ini di hadapan mahasiswaku sendiri membuat wajahku memerah malu. Namun, Aldo sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun.

Setelah mendengarkan penjelasanku, dia mengangguk dan menunjuk ke tempat tidur pasien di sebelah. "Bu Susan, silakan berbaring dulu."

Aku menurut dan berbaring. Namun, di detik berikutnya, Aldo membungkuk dan membuka kakiku, lalu mendekatkan kepalanya ke bawah rokku!

Aku terkejut dan langsung bangun. "Aldo, apa yang kamu lakukan?"

Wajah Aldo memerah, sepertinya karena melihat sesuatu. "Bu Susan, aku sedang memeriksamu."

Aku kira pemeriksaannya seperti USG atau semacamnya, tapi ternyata dia ingin langsung melihatnya secara langsung.

Memikirkan hal itu, bagian bawah tubuhku kembali mengencang.

Gawat, celana dalamku sudah sangat basah. Pasti tadi Aldo melihatnya.

Selain itu… mainan itu masih ada di dalam. Seharusnya tidak akan ketahuan, 'kan?

"Bu Susan, karena sudah sangat basah, celana dalamnya harus dilepas untuk pemeriksaan."

Ucapan Aldo yang terus terang membuatku malu hingga tidak berani menatapnya. Aku melepas celana dalamku dengan canggung.

Mata Aldo membelalak dan daun telinganya memerah.

Aku mendengar suara dia menelan ludah.

Tubuhku makin terangsang.

Tiba-tiba, Aldo menunduk dan mendekatkan wajahnya, napasnya yang hangat menyentuh kulitku.

Badanku langsung tegang, lalu gemetar sebelum akhirnya mengeluarkan cairan.

Aldo mengangkat kepalanya dari antara pahaku dan menjilat sudut bibirnya dengan ekspresi polos. "Asin."

Aku ingin menghilang.

Tunanganku benar, aku memang benar-benar seorang jalang. Aldo hanya mendekat untuk memeriksaku, tapi aku sudah kehilangan kendali di hadapannya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 8

    "Kamu gila, ya?"Aldo memegang pipinya yang sakit akibat tamparan, lalu berkata, "Aku tahu Bu Susan nggak bisa terima permintaanku begitu saja. Kalau begitu, aku beri Bu Susan waktu satu minggu. Minggu depan, di waktu yang sama, temui aku di sini dan berikan jawabannya."Menjelang waktu pertemuan yang ditentukan Aldo, aku masih belum bisa mengambil keputusan. Karena terlalu cemas, aku jatuh sakit dan pingsan karena demam.Akhirnya, aku dibawa ke rumah sakit oleh rekan-rekan di kantor.Saat aku sadar, tunanganku sedang duduk di tepi tempat tidur sambil menatapku dengan wajah lelah.Melihat pemandangan itu, hatiku terasa tersentuh, sekaligus makin merasa bersalah padanya."Kamu sudah merasa mendingan? Mau makan sesuatu?"Mendengar perhatiannya, aku hanya diam seribu bahasa. Kepalaku dipenuhi pikiran tentang bagaimana Aldo akan membalas dendam padaku.Melihat aku diam saja, tunanganku mengelus kepalaku dan berkata ingin membelikan bubur untukku.Begitu dia keluar, seseorang yang tidak ter

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 7

    Adegan vulgar itu membuat wajahku pucat pasi.Itulah yang terjadi antara aku dan Aldo di klinik hari itu.Kepalaku terasa kacau. Aku kembali membuka forum lagi dan memastikan tidak ada satu pun yang menyadari wanita jalang di dalam video itu adalah dosen pujaan mereka. Barulah aku perlahan merasa tenang.Hari itu, di klinik hanya ada aku dan Aldo. Tunanganku menunggu di luar, jadi hanya ada satu orang yang mungkin merekamnya.Itu pasti Aldo!Namun, untuk apa dia menyebarkannya?Sekilas ingatanku melayang pada pesan yang aku terima semalam.[Aldo: Bu Susan, bayi besarku sangat merindukanmu. Merindukan kehangatanmu, hingga membuatnya tegang dan kaku.]Saat itu aku sangat marah dan tidak menyangka dia berani menggunakan hal itu untuk mengancamku, jadi aku langsung menyuruhnya pergi.Aldo hanya seorang mahasiswa. Tidak mungkin dia berani membongkar rahasiaku.Namun, siapa sangka, dia ternyata merekamnya!Aku mengirim pesan menanyakan keberadaannya dengan amarah yang membara. Aldo langsung

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 6

    "Siapa yang minta kamu bertanggung jawab!"Amarahku meluap.Aku hanya ingin hidup tenang dengan tunanganku dan menikah dua tahun lagi.Aldo segera meminta maaf. "Maaf, aku salah bicara."Melihatnya begitu bersalah sampai hampir menangis, nada suaraku melunak."Tolong rahasiakan hal ini. Jangan sampai ada siapa pun yang tahu."Bagaimanapun, aku adalah dosen pujaan di kampus. Jika tersiar kabar bahwa aku berbuat mesum dengan mahasiswa dan mengidap penyakit kecanduan seks, karierku akan hancur.Aku mengira Aldo akan langsung setuju, karena bagaimanapun juga, dialah yang membuatku terbakar oleh hasrat hingga tidak bisa mengendalikan diri.Tidak disangka, dia malah ragu-ragu dan mengajukan sebuah syarat kepadaku."Bu Susan, bisakah kita melakukannya sekali lagi? Itu adalah pengalaman pertamaku. Nggak kusangka, itu begitu nikmat. Sekarang aku sudah nggak tahan lagi."Aku terkejut mengetahui dia masih perjaka.Kalau begitu, mungkin aku tidak terlalu dirugikan. Namun, untuk melakukannya lagi..

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 5

    Saat itu, Aldo memasukkan alat replika dengan sekali dorong.Aku menggigit bibirku kuat-kuat agar tidak berteriak, jari-jariku mencengkeram tempat tidur pasien, sementara tubuhku merasakan gelombang rangsangan yang datang satu demi satu."Nggak bisa, tombol pemanasnya rusak. Suhunya nggak cukup tinggi, jadi obatnya nggak bisa terserap sempurna," ujar Aldo tiba-tiba."Lalu... harus bagaimana?" Aku mulai panik. Aku datang ke klinik ini dengan tekad bulat untuk sembuh."Hmm… begini saja," ujar Aldo setelah berpikir beberapa detik. "Aku akan mengganti alatnya."Aldo menarik keluar mainan replika itu. Tanpa kusadari, kakiku merapat seakan enggan melepaskannya.Aldo terkekeh kecil.Aku kembali tersadar dan merasa sangat malu, samar-samar terdengar suara gesekan pakaian.Tidak lama kemudian, sesuatu yang besar dan panas menempel pada tubuhku, bahkan mengeluarkan hawa hangat.Seketika aku merasa ada yang tidak beres. Aku menarik penutup mata dan membelalak.Kepalaku berdenging. Aldo ternyata m

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 4

    Aldo saat ini terlihat sangat dominan, satu tangan menahan kakiku agar tidak bergerak, sementara matanya mengamati ekspresi wajahku yang kehilangan fokus."Gatal? Atau sakit?""Gatal.""Kalau di sini?"Tangan Aldo menyusup lebih dalam.Aku membelalakkan mata, buru-buru mengangkat tangan untuk menahan lengannya.Namun, Aldo sudah menekan titik itu.Sensasi menyengat yang memenuhi seluruh kepalaku membuat tubuhku gemetar hebat, bagian bawahku langsung banjir.Namun, ini tidak cukup!Tubuhku menginginkan lebih.Aldo tiba-tiba menarik tangannya.Tubuhku langsung terasa hampa, tapi kakiku masih terbuka lemas tidak berdaya.Aldo kembali berubah menjadi pemalu, matanya menghindar. "Bu Susan, aku nggak menyangka kamu begitu sensitif, sampai bisa seperti ini hanya dengan tangan saja."Di hadapan mahasiswaku sendiri, aku sampai seperti ini. Rasa maluku membakar wajah. Saat hendak berkata sesuatu, mataku justru tertuju pada celana training abu-abu Aldo yang menggembung di bagian selangkangan.Bes

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 3

    "Bu Susan bukan sengaja gitu." Aku menahan rasa malu sambil meminta maaf, dan berusaha keras merapatkan kedua kaki."Nggak apa-apa, Bu Susan. Ini hanya reaksi alami tubuh," ucap Aldo dengan wajah tenang. Rasa maluku pun perlahan hilang.Namun, Aldo lanjut berkata, "Bu Susan, pemeriksaannya belum selesai. Tolong buka kakinya."Aku pun terpaksa membuka kakiku membentuk huruf M.Aldo mengambil senter.Melihat kebingunganku, dia menjelaskan, "Agar lebih jelas melihatnya."Rasa gugup dan malu kembali muncul. Saat dia menyorotkan senter ke sana kemari, pikiranku menjadi kacau.Jangan-jangan dia mencium bau tidak sedap dariku...Seharusnya tadi aku membersihkan diri dulu sebelum datang."Sedikit kemerahan dan bengkak. Hmm, kenapa masih terbuka terus?"Aldo mengulurkan tangannya dengan penasaran. Aku langsung merapatkan kakiku.Barulah aku tersadar, tangannya terjepit di area sensitifku. Seketika, rasa basah pun mengalir deras.Aldo juga ikut memerah. "Bu... Bu Susan, tolong buka kakinya. Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status