Share

Bab 4

Penulis: Musim Gugur yang Sejuk
Aldo saat ini terlihat sangat dominan, satu tangan menahan kakiku agar tidak bergerak, sementara matanya mengamati ekspresi wajahku yang kehilangan fokus.

"Gatal? Atau sakit?"

"Gatal."

"Kalau di sini?"

Tangan Aldo menyusup lebih dalam.

Aku membelalakkan mata, buru-buru mengangkat tangan untuk menahan lengannya.

Namun, Aldo sudah menekan titik itu.

Sensasi menyengat yang memenuhi seluruh kepalaku membuat tubuhku gemetar hebat, bagian bawahku langsung banjir.

Namun, ini tidak cukup!

Tubuhku menginginkan lebih.

Aldo tiba-tiba menarik tangannya.

Tubuhku langsung terasa hampa, tapi kakiku masih terbuka lemas tidak berdaya.

Aldo kembali berubah menjadi pemalu, matanya menghindar. "Bu Susan, aku nggak menyangka kamu begitu sensitif, sampai bisa seperti ini hanya dengan tangan saja."

Di hadapan mahasiswaku sendiri, aku sampai seperti ini. Rasa maluku membakar wajah. Saat hendak berkata sesuatu, mataku justru tertuju pada celana training abu-abu Aldo yang menggembung di bagian selangkangan.

Besar sekali!

Aku menelan ludah. Tidak disangka, Aldo yang tampak kalem ini ternyata memiliki aset yang mengesankan. Kabarnya mahasiswa laki-laki sekarang memang garang, di ranjang mereka semua seperti mesin pengebor yang tidak kenal lelah.

Tidak! Apa yang kupikirkan? Tunanganku masih menunggu di luar!

Aku tersentak oleh pikiranku sendiri dan jadi lebih tenang. Syukurlah Aldo tidak tahu isi kepalaku. Kalau dia tahu, semua citraku sebagai guru profesional akan hancur di matanya.

"Aldo, apa masih perlu tes dengan alat?"

"Tentu. Pemeriksaan dengan alat adalah bagian terpenting."

Setelah mengatakannya, Aldo mengeluarkan sebuah kotak besar dan membukanya. Isinya ternyata berbagai macam mainan dengan beragam ukuran, panjang, dan bentuk. Ada yang untuk dihisap, dan ada yang bergetar.

Aku berkata dengan terkejut, "Harus coba semuanya?"

Aldo mengangguk, lalu menjelaskan, "Kebanyakan pasien wanita dengan penyakit kecanduan seks nggak mengalami ketergantungan pada setiap alat, tapi dari pemeriksaan tadi, aku menyimpulkan Bu Susan adalah kasus khusus. Apa pun yang bisa masuk atau menggesek akan memicu penyakit kecanduan seksmu."

Jadi maksudnya aku begitu bergairah sampai bisa terangsang oleh apa saja?

Aldo justru berkata dengan serius, "Dengan alat-alat ini, kita akan menguji titik dan tingkat sensitivitas Bu Susan. Aku akan oleskan obat desensitisasi dengan konsentrasi berbeda pada masing-masing alat untuk bantu Bu Susan menyelesaikan pengobatan desensitisasi."

Ucapannya terlalu profesional dan aku pun tidak benar-benar menyimak. Melihat semua alat itu, aku khawatir nanti tidak bisa menutup kakiku saat keluar dari ruangan ini. Bahkan lebih dari itu, mungkin sampai bengkak hingga tidak bisa mengenakan celana dalam.

Jika tunanganku melihatnya, dia pasti akan berpikir yang tidak-tidak.

Memikirkan itu, aku menyela Aldo yang sedang menyemprotkan cairan pembersih pada alat-alat itu. "Semua ini sudah pernah kucoba..."

Aldo menatapku dengan terkejut.

Wajahku memanas, aku menghindari pandangannya dengan malu. "Nggak peduli alat mana yang digunakan, setiap titik sensitif di tubuhku pasti akan langsung bereaksi. Lebih baik, langsung saja berikan obatnya."

Aldo mengangguk dengan wajah memerah. "Baiklah, kalau begitu kita akan menggunakan yang replika."

"Ukuran Pak Rian yang mana?"

Aldo mengeluarkan beberapa mainan replika dan meletakkannya di hadapanku.

Aku memilih yang paling besar, dalam hati aku merasa sedikit bangga.

Namun, ekspresi Aldo tetap datar tanpa perubahan.

Aku pun berbaring lagi, rokku kembali tersingkap. Aldo mengoleskan salep pada mainan replika itu, tapi dia belum juga bertindak.

"Bu Susan, untuk memaksimalkan sensitivitas dan penyerapan obat, lebih baik pakai penutup mata."

Setelah memakai penutup mata, semua indraku terasa lebih tajam. Di dalam hati, aku merasa sangat terangsang dan bersemangat.

Namun, karena ini dilakukan di depan pria yang bukan tunanganku, aku juga merasa sedikit gugup.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 8

    "Kamu gila, ya?"Aldo memegang pipinya yang sakit akibat tamparan, lalu berkata, "Aku tahu Bu Susan nggak bisa terima permintaanku begitu saja. Kalau begitu, aku beri Bu Susan waktu satu minggu. Minggu depan, di waktu yang sama, temui aku di sini dan berikan jawabannya."Menjelang waktu pertemuan yang ditentukan Aldo, aku masih belum bisa mengambil keputusan. Karena terlalu cemas, aku jatuh sakit dan pingsan karena demam.Akhirnya, aku dibawa ke rumah sakit oleh rekan-rekan di kantor.Saat aku sadar, tunanganku sedang duduk di tepi tempat tidur sambil menatapku dengan wajah lelah.Melihat pemandangan itu, hatiku terasa tersentuh, sekaligus makin merasa bersalah padanya."Kamu sudah merasa mendingan? Mau makan sesuatu?"Mendengar perhatiannya, aku hanya diam seribu bahasa. Kepalaku dipenuhi pikiran tentang bagaimana Aldo akan membalas dendam padaku.Melihat aku diam saja, tunanganku mengelus kepalaku dan berkata ingin membelikan bubur untukku.Begitu dia keluar, seseorang yang tidak ter

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 7

    Adegan vulgar itu membuat wajahku pucat pasi.Itulah yang terjadi antara aku dan Aldo di klinik hari itu.Kepalaku terasa kacau. Aku kembali membuka forum lagi dan memastikan tidak ada satu pun yang menyadari wanita jalang di dalam video itu adalah dosen pujaan mereka. Barulah aku perlahan merasa tenang.Hari itu, di klinik hanya ada aku dan Aldo. Tunanganku menunggu di luar, jadi hanya ada satu orang yang mungkin merekamnya.Itu pasti Aldo!Namun, untuk apa dia menyebarkannya?Sekilas ingatanku melayang pada pesan yang aku terima semalam.[Aldo: Bu Susan, bayi besarku sangat merindukanmu. Merindukan kehangatanmu, hingga membuatnya tegang dan kaku.]Saat itu aku sangat marah dan tidak menyangka dia berani menggunakan hal itu untuk mengancamku, jadi aku langsung menyuruhnya pergi.Aldo hanya seorang mahasiswa. Tidak mungkin dia berani membongkar rahasiaku.Namun, siapa sangka, dia ternyata merekamnya!Aku mengirim pesan menanyakan keberadaannya dengan amarah yang membara. Aldo langsung

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 6

    "Siapa yang minta kamu bertanggung jawab!"Amarahku meluap.Aku hanya ingin hidup tenang dengan tunanganku dan menikah dua tahun lagi.Aldo segera meminta maaf. "Maaf, aku salah bicara."Melihatnya begitu bersalah sampai hampir menangis, nada suaraku melunak."Tolong rahasiakan hal ini. Jangan sampai ada siapa pun yang tahu."Bagaimanapun, aku adalah dosen pujaan di kampus. Jika tersiar kabar bahwa aku berbuat mesum dengan mahasiswa dan mengidap penyakit kecanduan seks, karierku akan hancur.Aku mengira Aldo akan langsung setuju, karena bagaimanapun juga, dialah yang membuatku terbakar oleh hasrat hingga tidak bisa mengendalikan diri.Tidak disangka, dia malah ragu-ragu dan mengajukan sebuah syarat kepadaku."Bu Susan, bisakah kita melakukannya sekali lagi? Itu adalah pengalaman pertamaku. Nggak kusangka, itu begitu nikmat. Sekarang aku sudah nggak tahan lagi."Aku terkejut mengetahui dia masih perjaka.Kalau begitu, mungkin aku tidak terlalu dirugikan. Namun, untuk melakukannya lagi..

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 5

    Saat itu, Aldo memasukkan alat replika dengan sekali dorong.Aku menggigit bibirku kuat-kuat agar tidak berteriak, jari-jariku mencengkeram tempat tidur pasien, sementara tubuhku merasakan gelombang rangsangan yang datang satu demi satu."Nggak bisa, tombol pemanasnya rusak. Suhunya nggak cukup tinggi, jadi obatnya nggak bisa terserap sempurna," ujar Aldo tiba-tiba."Lalu... harus bagaimana?" Aku mulai panik. Aku datang ke klinik ini dengan tekad bulat untuk sembuh."Hmm… begini saja," ujar Aldo setelah berpikir beberapa detik. "Aku akan mengganti alatnya."Aldo menarik keluar mainan replika itu. Tanpa kusadari, kakiku merapat seakan enggan melepaskannya.Aldo terkekeh kecil.Aku kembali tersadar dan merasa sangat malu, samar-samar terdengar suara gesekan pakaian.Tidak lama kemudian, sesuatu yang besar dan panas menempel pada tubuhku, bahkan mengeluarkan hawa hangat.Seketika aku merasa ada yang tidak beres. Aku menarik penutup mata dan membelalak.Kepalaku berdenging. Aldo ternyata m

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 4

    Aldo saat ini terlihat sangat dominan, satu tangan menahan kakiku agar tidak bergerak, sementara matanya mengamati ekspresi wajahku yang kehilangan fokus."Gatal? Atau sakit?""Gatal.""Kalau di sini?"Tangan Aldo menyusup lebih dalam.Aku membelalakkan mata, buru-buru mengangkat tangan untuk menahan lengannya.Namun, Aldo sudah menekan titik itu.Sensasi menyengat yang memenuhi seluruh kepalaku membuat tubuhku gemetar hebat, bagian bawahku langsung banjir.Namun, ini tidak cukup!Tubuhku menginginkan lebih.Aldo tiba-tiba menarik tangannya.Tubuhku langsung terasa hampa, tapi kakiku masih terbuka lemas tidak berdaya.Aldo kembali berubah menjadi pemalu, matanya menghindar. "Bu Susan, aku nggak menyangka kamu begitu sensitif, sampai bisa seperti ini hanya dengan tangan saja."Di hadapan mahasiswaku sendiri, aku sampai seperti ini. Rasa maluku membakar wajah. Saat hendak berkata sesuatu, mataku justru tertuju pada celana training abu-abu Aldo yang menggembung di bagian selangkangan.Bes

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 3

    "Bu Susan bukan sengaja gitu." Aku menahan rasa malu sambil meminta maaf, dan berusaha keras merapatkan kedua kaki."Nggak apa-apa, Bu Susan. Ini hanya reaksi alami tubuh," ucap Aldo dengan wajah tenang. Rasa maluku pun perlahan hilang.Namun, Aldo lanjut berkata, "Bu Susan, pemeriksaannya belum selesai. Tolong buka kakinya."Aku pun terpaksa membuka kakiku membentuk huruf M.Aldo mengambil senter.Melihat kebingunganku, dia menjelaskan, "Agar lebih jelas melihatnya."Rasa gugup dan malu kembali muncul. Saat dia menyorotkan senter ke sana kemari, pikiranku menjadi kacau.Jangan-jangan dia mencium bau tidak sedap dariku...Seharusnya tadi aku membersihkan diri dulu sebelum datang."Sedikit kemerahan dan bengkak. Hmm, kenapa masih terbuka terus?"Aldo mengulurkan tangannya dengan penasaran. Aku langsung merapatkan kakiku.Barulah aku tersadar, tangannya terjepit di area sensitifku. Seketika, rasa basah pun mengalir deras.Aldo juga ikut memerah. "Bu... Bu Susan, tolong buka kakinya. Aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status