Share

Bab 3

Auteur: Musim Gugur yang Sejuk
"Bu Susan bukan sengaja gitu." Aku menahan rasa malu sambil meminta maaf, dan berusaha keras merapatkan kedua kaki.

"Nggak apa-apa, Bu Susan. Ini hanya reaksi alami tubuh," ucap Aldo dengan wajah tenang. Rasa maluku pun perlahan hilang.

Namun, Aldo lanjut berkata, "Bu Susan, pemeriksaannya belum selesai. Tolong buka kakinya."

Aku pun terpaksa membuka kakiku membentuk huruf M.

Aldo mengambil senter.

Melihat kebingunganku, dia menjelaskan, "Agar lebih jelas melihatnya."

Rasa gugup dan malu kembali muncul. Saat dia menyorotkan senter ke sana kemari, pikiranku menjadi kacau.

Jangan-jangan dia mencium bau tidak sedap dariku...

Seharusnya tadi aku membersihkan diri dulu sebelum datang.

"Sedikit kemerahan dan bengkak. Hmm, kenapa masih terbuka terus?"

Aldo mengulurkan tangannya dengan penasaran. Aku langsung merapatkan kakiku.

Barulah aku tersadar, tangannya terjepit di area sensitifku. Seketika, rasa basah pun mengalir deras.

Aldo juga ikut memerah. "Bu... Bu Susan, tolong buka kakinya. Aku mau keluarkan tanganku."

Aku merasa sangat malu sampai ingin menghilang.

Untungnya, Aldo sudah menemukan masalahnya.

"Sepertinya ini karena Bu Susan terlalu sering merangsang diri sendiri, sampai menyebabkan kecanduan."

Aku sudah tidak peduli lagi dengan rasa malu dan buru-buru bertanya, "Lalu, harus bagaimana?"

"Pertama-tama, harus menurunkan sensitivitas, atau desensitisasi. Untuk itu, kita harus cari tahu dulu alat-alat apa saja yang bisa merangsang titik sensitif Bu Susan."

Aku juga tidak begitu paham, jadi aku hanya berbaring dengan patuh di tempat tidur pasien, membuka kaki ke arahnya, dan mengangkat rok hingga ke pinggang.

Aldo mengenakan sarung tangan, lalu dengan malu-malu berkata, "Bu Susan, klinik ini kehabisan cairan pelumas, jadi pemeriksaan hanya bisa dilakukan secara langsung."

Bahkan tanpa pelumas pun aku sudah basah. Tentu saja aku mengiyakan.

Agar lebih mudah memeriksa, Aldo menarik kursi dan duduk di ujung tempat tidur, lalu menarik kakiku lebih dekat ke arahnya.

Sekarang, tubuhku terbuka lebar di hadapannya.

Aldo memasukkan dua jarinya ke dalam.

Aku menahan erangan yang hampir keluar dari mulutku, lalu bertanya, "Bukannya pakai alat?"

"Aku perlu merasakan dengan jari dulu, agar bisa memastikan nanti saat menggunakan alat, nggak akan menyakiti Bu Susan."

Mendengar itu, hatiku tersentuh.

Aldo benar-benar baik.

Untuk memudahkan pemeriksaan, Aldo mengangkat bagian kepala tempat tidurku. Dia mengeluarkan mainan yang masih menempel di tubuhku, dan aku bisa melihat dengan jelas tangannya yang berurat itu bergerak keluar-masuk.

"Bu Susan, kalau nggak nyaman, bilang saja."

"Nggak nyaman? Ini sangat nyaman!" jawabku spontan. Begitu menyadari ucapanku, aku langsung malu dan tidak berani menatapnya.

Aldo tidak mempermasalahkan, dia malah memberiku semangat. "Kalau Bu Susan merasa nyaman, boleh bersuara. Dengan begitu, aku bisa menilai tingkat sensitivitas setiap area dari reaksi Bu Susan."

Aku langsung melirik ke arah pintu.

Tunanganku masih di luar. Bagaimana jika dia mendengar eranganku?

Aldo pun tersadar, lalu tersenyum canggung. "Kalau begitu, aku akan menilai dari reaksi tubuh Bu Susan saja."

Setelah mengatakannya, jari Aldo menekan lebih kuat.

Aku menggigit bibirku keras-keras dan hampir kehilangan kendali.

Kemudian, berbagai sentuhan dan tekanan beruntun menyusul.

Kakiku secara tidak sadar merapat, tapi Aldo membukanya paksa.
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 8

    "Kamu gila, ya?"Aldo memegang pipinya yang sakit akibat tamparan, lalu berkata, "Aku tahu Bu Susan nggak bisa terima permintaanku begitu saja. Kalau begitu, aku beri Bu Susan waktu satu minggu. Minggu depan, di waktu yang sama, temui aku di sini dan berikan jawabannya."Menjelang waktu pertemuan yang ditentukan Aldo, aku masih belum bisa mengambil keputusan. Karena terlalu cemas, aku jatuh sakit dan pingsan karena demam.Akhirnya, aku dibawa ke rumah sakit oleh rekan-rekan di kantor.Saat aku sadar, tunanganku sedang duduk di tepi tempat tidur sambil menatapku dengan wajah lelah.Melihat pemandangan itu, hatiku terasa tersentuh, sekaligus makin merasa bersalah padanya."Kamu sudah merasa mendingan? Mau makan sesuatu?"Mendengar perhatiannya, aku hanya diam seribu bahasa. Kepalaku dipenuhi pikiran tentang bagaimana Aldo akan membalas dendam padaku.Melihat aku diam saja, tunanganku mengelus kepalaku dan berkata ingin membelikan bubur untukku.Begitu dia keluar, seseorang yang tidak ter

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 7

    Adegan vulgar itu membuat wajahku pucat pasi.Itulah yang terjadi antara aku dan Aldo di klinik hari itu.Kepalaku terasa kacau. Aku kembali membuka forum lagi dan memastikan tidak ada satu pun yang menyadari wanita jalang di dalam video itu adalah dosen pujaan mereka. Barulah aku perlahan merasa tenang.Hari itu, di klinik hanya ada aku dan Aldo. Tunanganku menunggu di luar, jadi hanya ada satu orang yang mungkin merekamnya.Itu pasti Aldo!Namun, untuk apa dia menyebarkannya?Sekilas ingatanku melayang pada pesan yang aku terima semalam.[Aldo: Bu Susan, bayi besarku sangat merindukanmu. Merindukan kehangatanmu, hingga membuatnya tegang dan kaku.]Saat itu aku sangat marah dan tidak menyangka dia berani menggunakan hal itu untuk mengancamku, jadi aku langsung menyuruhnya pergi.Aldo hanya seorang mahasiswa. Tidak mungkin dia berani membongkar rahasiaku.Namun, siapa sangka, dia ternyata merekamnya!Aku mengirim pesan menanyakan keberadaannya dengan amarah yang membara. Aldo langsung

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 6

    "Siapa yang minta kamu bertanggung jawab!"Amarahku meluap.Aku hanya ingin hidup tenang dengan tunanganku dan menikah dua tahun lagi.Aldo segera meminta maaf. "Maaf, aku salah bicara."Melihatnya begitu bersalah sampai hampir menangis, nada suaraku melunak."Tolong rahasiakan hal ini. Jangan sampai ada siapa pun yang tahu."Bagaimanapun, aku adalah dosen pujaan di kampus. Jika tersiar kabar bahwa aku berbuat mesum dengan mahasiswa dan mengidap penyakit kecanduan seks, karierku akan hancur.Aku mengira Aldo akan langsung setuju, karena bagaimanapun juga, dialah yang membuatku terbakar oleh hasrat hingga tidak bisa mengendalikan diri.Tidak disangka, dia malah ragu-ragu dan mengajukan sebuah syarat kepadaku."Bu Susan, bisakah kita melakukannya sekali lagi? Itu adalah pengalaman pertamaku. Nggak kusangka, itu begitu nikmat. Sekarang aku sudah nggak tahan lagi."Aku terkejut mengetahui dia masih perjaka.Kalau begitu, mungkin aku tidak terlalu dirugikan. Namun, untuk melakukannya lagi..

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 5

    Saat itu, Aldo memasukkan alat replika dengan sekali dorong.Aku menggigit bibirku kuat-kuat agar tidak berteriak, jari-jariku mencengkeram tempat tidur pasien, sementara tubuhku merasakan gelombang rangsangan yang datang satu demi satu."Nggak bisa, tombol pemanasnya rusak. Suhunya nggak cukup tinggi, jadi obatnya nggak bisa terserap sempurna," ujar Aldo tiba-tiba."Lalu... harus bagaimana?" Aku mulai panik. Aku datang ke klinik ini dengan tekad bulat untuk sembuh."Hmm… begini saja," ujar Aldo setelah berpikir beberapa detik. "Aku akan mengganti alatnya."Aldo menarik keluar mainan replika itu. Tanpa kusadari, kakiku merapat seakan enggan melepaskannya.Aldo terkekeh kecil.Aku kembali tersadar dan merasa sangat malu, samar-samar terdengar suara gesekan pakaian.Tidak lama kemudian, sesuatu yang besar dan panas menempel pada tubuhku, bahkan mengeluarkan hawa hangat.Seketika aku merasa ada yang tidak beres. Aku menarik penutup mata dan membelalak.Kepalaku berdenging. Aldo ternyata m

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 4

    Aldo saat ini terlihat sangat dominan, satu tangan menahan kakiku agar tidak bergerak, sementara matanya mengamati ekspresi wajahku yang kehilangan fokus."Gatal? Atau sakit?""Gatal.""Kalau di sini?"Tangan Aldo menyusup lebih dalam.Aku membelalakkan mata, buru-buru mengangkat tangan untuk menahan lengannya.Namun, Aldo sudah menekan titik itu.Sensasi menyengat yang memenuhi seluruh kepalaku membuat tubuhku gemetar hebat, bagian bawahku langsung banjir.Namun, ini tidak cukup!Tubuhku menginginkan lebih.Aldo tiba-tiba menarik tangannya.Tubuhku langsung terasa hampa, tapi kakiku masih terbuka lemas tidak berdaya.Aldo kembali berubah menjadi pemalu, matanya menghindar. "Bu Susan, aku nggak menyangka kamu begitu sensitif, sampai bisa seperti ini hanya dengan tangan saja."Di hadapan mahasiswaku sendiri, aku sampai seperti ini. Rasa maluku membakar wajah. Saat hendak berkata sesuatu, mataku justru tertuju pada celana training abu-abu Aldo yang menggembung di bagian selangkangan.Bes

  • Dosa di Balik Kacamata Sang Dewi   Bab 3

    "Bu Susan bukan sengaja gitu." Aku menahan rasa malu sambil meminta maaf, dan berusaha keras merapatkan kedua kaki."Nggak apa-apa, Bu Susan. Ini hanya reaksi alami tubuh," ucap Aldo dengan wajah tenang. Rasa maluku pun perlahan hilang.Namun, Aldo lanjut berkata, "Bu Susan, pemeriksaannya belum selesai. Tolong buka kakinya."Aku pun terpaksa membuka kakiku membentuk huruf M.Aldo mengambil senter.Melihat kebingunganku, dia menjelaskan, "Agar lebih jelas melihatnya."Rasa gugup dan malu kembali muncul. Saat dia menyorotkan senter ke sana kemari, pikiranku menjadi kacau.Jangan-jangan dia mencium bau tidak sedap dariku...Seharusnya tadi aku membersihkan diri dulu sebelum datang."Sedikit kemerahan dan bengkak. Hmm, kenapa masih terbuka terus?"Aldo mengulurkan tangannya dengan penasaran. Aku langsung merapatkan kakiku.Barulah aku tersadar, tangannya terjepit di area sensitifku. Seketika, rasa basah pun mengalir deras.Aldo juga ikut memerah. "Bu... Bu Susan, tolong buka kakinya. Aku

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status