Share

Dosen Duda Kesayanganku
Dosen Duda Kesayanganku
Author: Archaeopteryx

Prolog

Author: Archaeopteryx
last update Last Updated: 2025-08-20 21:47:29

Seorang gadis mengenakan piyama bergambar Keropi melayangkan pandangan pada sosok di hadapannya. Bintang Arganta Yudha, laki-laki berusia 32 tahun, tepatnya tiga belas tahun lebih tua dari sang gadis duduk terpekur dengan ekspresi wajah seperti biasanya, datar, tenang, dan misterius.

Gadis tomboy, tapi tetap cantik dengan rambut panjangnya bernama Chandragitha Nara menggenggam secarik kertas. Ini adalah malam pertamanya di Purwokerto, kota kelahiran laki-laki yang baru kemarin resmi menjadi suaminya sekaligus tempatnya menimba ilmu di bangku universitas.

Tentu atmosfer terasa sedemikian aneh dan asing untuknya. Kemarin dia memang sudah tidur sekamar dengan suaminya. Tapi dalam rumah itu masih ada orang tua dan kerabatnya. Dan statusnya masih "perawan" karena laki-laki yang biasa dipanggil Argan belum menjamahnya. Nara berharap laki-laki itu tak akan pernah menyentuhnya.

Lidahnya serasa kelu. Namun, dia sudah yakin untuk membacakan poin-poin yang harus dipatuhi Argan selama mereka menikah. Nara terpaksa mengiyakan perjodohan orang tua masing-masing setelah dia terganjal kasus hukum dan terancam kehilangan segalanya. Gadis bengal itu digiring ke kantor polisi karena kedapatan bergabung dalam pesta narkoba di salah satu night club. Nara bukan pemakai, apalagi pengedar, tapi keberadaannya di situ memaksanya untuk ikut diamankan.

Dari hasil pemeriksaan urine, hasilnya negatif. Tentu saja, karena ia tak pernah mengonsumsi narkoba. Namun, seperti pepatah bahwa seseorang dinilai dari siapa sahabatnya, nama baik gadis itu ikut tercoreng.

Orang tua sang gadis merasa kecolongan. Dia percaya anak gadis mereka bisa menjaga diri. Kendati berat hati melepas putri bungsunya kuliah di perantauan, tapi mereka tak bisa menahan langkah sang putri yang akan berjuang meraih masa depan. Kepercayaan mereka justru dikhianati.

Ayah dan ibu Nara marah besar. Dia bersyukur memiliki sahabat lama yang tengah mencari istri untuk anaknya yang berstatus duda dengan satu anak laki-laki berusia delapan tahun. Istri sang duda meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Yang membuat semua terasa seperti kebetulan yang manis adalah sang duda bekerja sebagai dosen di universitas tempat Nara kuliah, hanya saja mereka beda fakultas.

Berharap anak gadis ada yang menjaga dengan baik selama kuliah di Purwokerto, maka orang tua sang gadis mengusulkan pada sahabat lama mereka untuk menjodohkan anak-anak mereka. Gayung bersambut. Sahabat lama mereka bersedia melamar Nara untuk putra sulungnya.

Orang tua sang gadis bersyukur dan lega karena sang anak mendapatkan seorang suami yang religius dan insya Allah bisa membimbingnya dengan baik. Mereka sudah lelah menyaksikan gaya hidup anak gadisnya yang cenderung liar, suka clubbing, dan seenaknya.

Nara tak bisa menolak karena ia tak mau mengecewakan orang tuanya kedua kali, begitu juga dengan Argan yang tak bisa menolak permintaan orang tuanya. Ia memang sempat berpikir, Nara terlalu muda untuknya. Namun, ia berharap Nara bisa mengisi kekosongan hati Sakha akan kerinduan pada sosok ibu. Ibunya meninggal saat Sakha berusia lima tahun. Meski anak itu lebih pantas dikatakan sebagai adik Nara, dibanding anak tirinya.

Nara mengembuskan napas pelan. "Pak, saya akan membacakan poin-poin yang harus Bapak patuhi."

Argan terdiam. Ia mendengar ucapan gadis yang di matanya seperti anak kecil itu dengan seksama. Sungguh ia tak menyangka, saat ini gadis yang berusia tiga belas tahun lebih muda darinya telah sah menjadi istrinya.

"Poin pertama, jangan sentuh saya sebelum saya wisuda. Saya tidak mau hamil sebelum lulus."

Laki-laki gagah dan berwibawa itu cukup tersentak mendengar penuturan istrinya.

Nara melirik suaminya sepintas. Ia akui ketampanan wajah Argan begitu menawan. Namun, ia tak mau terpikat. Seleranya bukan laki-laki yang jauh lebih tua darinya, meski dia tampak baby face sekalipun.

"Poin kedua, jangan menganggap pernikahan ini nyata. Jangan menganggap saya sebagai istri, sebenar-benarnya istri. Saya pun tak akan menganggap Bapak sebagai suami. Poin ketiga, jangan membebani saya dengan pekerjaan rumah tangga, saya tak suka." Nara menghela napas sejenak.

"Poin keempat, Bapak bebas berpacaran dengan wanita lain yang Bapak cintai dan saya juga berhak jatuh cinta pada laki-laki lain, yang lebih muda dari Bapak tentunya. Poin kelima, Bapak jangan melarang saya bergaul dengan teman-teman dan beraktivitas di luar rumah, saya juga nggak akan melarang Bapak. Poin keenam, izinkan saya untuk menjadi diri saya sendiri. Poin ketujuh, kita akan tidur seranjang, tapi tolong jangan macam-macam sama saya." Nara menghela napas. Ada rasa lega yang seolah menjalar ke seluruh bagian tubuhnya.

Argan membisu, tak merespons apapun. Bisa saja ia mentahkan semua yang disebutkan Nara. Saat ini Nara sudah sah menjadi istrinya. Ada serangkaian kewajiban dan hak sebagai istri yang harus ia jalankan. Namun, Argan cukup memahami. Nara hanyalah gadis 19 tahun yang masih labil. Ia bisa membaca kondisi psikis Nara tengah berantakan, hancur lebur tak berbentuk.

Siapa pun akan tertekan dengan pernikahan yang tak diinginkan. Dia bisa melihat gadis itu begitu tertekan di balik pembawaannya yang terkesan sangar dan kuat. Ia putuskan untuk membiarkan Nara berbuat seenaknya mengaturnya. Paling tidak sampai kondisi psikisnya membaik.

"Boleh aku meminta sesuatu juga darimu?" Argan menatap wajah polos dan cute Nara begitu menelisik.

Nara sedikit salah tingkah. Ia berharap Argan tak meminta sesuatu yang aneh darinya, apalagi meminta haknya. Nara sama sekali belum siap dan mungkin tak akan siap sampai beberapa tahun ke depan.

"Boleh, asal jangan macam-macam," tukas Nara.

"Aku nggak minta banyak. Cukup sayangi anakku. Minimal bacakan cerita sebelum dia tidur dan kecup keningnya. Itu saja." Argan menatapnya datar. Ia beranjak dan melangkah menuju kamar.

Nara tercenung. Ia tidak begitu menyukai anak kecil. Dan sekarang ia harus terbiasa dengan kehadiran Sakha dalam kehidupannya. Nara beranjak dan berjalan menuju kamar Sakha. Nara membuka sedikit pintu kamar dan melirik sang anak yang sudah terpejam.

Nara memasuki kamar Sakha yang bernuansa serba biru. Ia menutupkan selimut ke tubuh Sakha dan mengecup kening anak itu. Sakha di matanya adalah sosok anak pendiam dan tertutup. Saat pernikahan kemarin, ia terlihat datar dan lebih banyak menghampiri neneknya. Nara menduga, jauh di lubuk hati Sakha, ia tak pernah menyetujui pernikahan ayahnya dan dirinya.

Nara melirik selembar kertas yang tergeletak di meja belajar Sakha. Nara memerhatikan baik-baik gambar yang tercetak di kertas itu. Ada laki-laki dewasa, perempuan dewasa, dan seorang anak laki-laki di tengah-tengah. Di bawah gambar masing-masing karakter ada tulisan yang menunjukkan siapa saja orang yang ada dalam gambar. Ayah-Sakha- Ibu. Nara juga membaca satu kalimat berbunyi 'I miss you Ibu...'

Mendadak Nara tercekat. Seorang ibu tak akan pernah tergantikan di hati sang anak. Dengan hanya membaca sebaris kalimat itu, Nara bisa merasakan kerinduan Sakha yang menggila akan sosok ibunya. Hatinya bergerimis. Belum reda kesedihannya karena pernikahan yang tak diharapkan ini, muncul kesedihan lain karena sang anak yang begitu merindukan sosok ibunya dan belum bisa menerimanya sebagai bagian dari keluarganya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosen Duda Kesayanganku   Bonus Chapter 2 (Cherry-Guntur)

    Waktu berlalu begitu cepat. Cherry bersyukur antar dua keluarga sudah sepakat menentukan tanggal pernikahan. Awalnya Cherry hampir putus asa karena ibu dari Guntur belum sepenuhnya setuju. Beliau lebih menyukai Layla. Namun karena usaha pantang menyerah dari Guntur untuk meyakinkan sang ibu, juga usaha Cherry untuk mendekati calon ibu mertuanya, perlahan Bu Sekdes mau memberikan restu. Hubungan Cherry dan Layla juga semakin baik. Layla ikhlas melihat laki-laki yang disukainya menikah dengan temannya sendiri. Ia yakin akan ada jodoh terbaik yang sudah dipersiapkan Allah untuknya.Pernikahan Cherry dan Guntur diadakan di Cilacap, di kediaman Pak Sekdes dan Bu Sekdes. Hal ini sudah menjadi kesepakatan dua keluarga. Teman-teman KKN Cherry semuanya diundang. Suasana bahagia terasa mengharu biru kala Guntur menjabat tangan ayah Cherry dan mengucap akad."Saya terima nikah dan kawinnya Cherry Liana Arin binti Nugraha Wildan dengan mas kawin tersebut tunai.""Sah saudara-saudara?""Sah.""A

  • Dosen Duda Kesayanganku   Bonus Chapter 1 (Cherry-Guntur)

    Cherry mengembuskan napas berkali-kali, menetralkan deru napas yang seolah berkejaran. Irama jantungnya terdengar tak beraturan tapi pacuannya lebih cepat dari biasanya. Ia sedikit nervous, gugup, berdebar, dan deg-degan. Bukan perasaan jatuh cinta seperti pertama kali jatuh cinta pada Guntur, tapi lebih kepada perasaan takut mengecewakan teman. Ia takut Layla marah dan tak mau lagi bertemu dengannya setelah membicarakan soal ini.Cherry mengirim pesan whatsapp untuk Layla.La, aku ada di teras kost. Aku pingin ketemu.Tak lama kemudian, suara pintu bergeser. Cherry menatap Layla keluar dari balik pintu. Cherry melengkungkan segaris senyum di bibirnya. Layla membalas senyumnya dengan senyum yang sangat tipis."Masuk Cher..." Cherry mengikuti langkah Layla ke kamarnya. Sejak terlibat cinta segitiga, interaksi dua sahabat itu tak lagi lepas dan selalu ada atmosfer canggung di antara keduanya."Ada apa, Cher?" Layla duduk di karpet sembari memeluk boneka panda kesayangannya.Cherry yang

  • Dosen Duda Kesayanganku   Chapter 103

    Nara berdzikir dan memusatkan fokus pada proses persalinan bayinya yang insya Allah akan lahir sebentar lagi. Segala rekam jejak moment berharga dalam perjalanannya seolah berseliweran di kepala. Ia teringat saat bersanding di pelaminan bersama Argan. Awal menikah, ia belum bisa menerima status pernikahannya. Dengan kesabaran dan ketulusan, Argan berhasil membimbingnya, memberikan cinta yang luar biasa indah. Sebulan yang lalu ia wisuda. Dengan perut yang sudah besar, ia menjadi satu-satunya mahasiswi yang wisuda dalam keadaan hamil. Kebahagian membuncah. Perjuangannya selama skripsi yang ia lalui tidak mudah dengan kondisi berbadan dua telah berbuah manis. Kini ia dihadapkan pada perjuangan yang lebih mendebarkan. Ia terbaring, setelah sebelumnya mondar-mandir karena merasa tak nyaman dengan posisi berbaring. Kontraksi masih setia menerjang. Yang awalnya frekuensinya tidak begitu sering, kini terasa semakin sering dan teratur. Nara berkali-kali mengusap perutnya. Bibirnya meringis

  • Dosen Duda Kesayanganku   Chapter 102

    “Kalau Nara mau main sama teman, Mas ngizinin asal tahu waktu. Kalau Nara mau bebas tugas dari kerjaan rumah tangga, silakan. Mas nggak pernah nuntut Nara untuk ngerjain pekerjaan rumah tangga. Mas nggak ingin Nara merasa terbebani. Tapi coba pikirkan, setelah menikah, kehidupan Nara jauh lebih baik atau malah semakin buruk?” Nara mencerna dalam-dalam pertanyaan Argan.“Jauh lebih baik, Mas. Dulu hidup Nara kacau, berantakan. Nara nggak bisa masak dan sepertinya potensi Nara banyak yang masih terpendam. Setelah menikah, potensi itu tergali setelah Nara belajar banyak hal. Nara belajar masak, membuat mainan untuk Sakha. Nara belajar menjadi istri dan ibu yang baik meski masih jauh dari sempurna. Hidup Nara terasa jauh lebih berarti.”“Meski Nara nggak seenergik dulu karena sekarang sedang hamil, nggak bisa bebas naik turun tangga, nggak bisa main sampai malam, apa Nara ikhlas? Apa semua yang didapat Nara sekarang tidak ada manfaatnya untuk Nara dan orang-orang di sekitar Nara? Bayangk

  • Dosen Duda Kesayanganku   Chapter 101

    Nara berjalan memasuki perpustakaan bersama Tasya. Sesekali ia berhenti dan memegang pinggangnya. Rasanya sedikit pegal. Usia kandungannya sudah 21 minggu. Perkembangan skripsinya sudah hampir tiba di seminar hasil. Ia tengah rajin-rajinnya belajar dari banyak referensi. Ia berniat meminjam buku ke perpustakaan untuk tambahan referensi.Tasya mengamati wajah Nara yang terlihat pias.“Na, kamu capek ya? Istirahat aja. Biar aku yang nyari bukunya,” ucap Tasya.“Nggak, kok, Tas. Aku masih kuat.” Nara mengulas senyum. Nara berjalan menaiki tangga dengan dituntun Tasya. Ia melangkah hati-hati. Setiba di lantai kedua perpustakaan, Nara mencari buku di salah satu lorong. Ia mengambil dua buku lalu duduk lesehan, membaca buku-buku sambil selonjoran untuk meluruskan kaki dan mengurangi rasa pegal yang mendera. Punggungnya bersandar di dinding ujung lorong.Tasya masih sibuk memilih buku. Nara melihat tiga orang mahasisiwi melangkah memasuki lorong yang terbentuk antara dua rak buku yang cuku

  • Dosen Duda Kesayanganku   Chapter 100

    Setelah Ranti dan Yeti pamit, Nara melangkah ke dapur untuk memasak menu makan malam. Sakha belum pulang dari TPQ. "Na, kamu duduk saja, biar Mas yang masak." Argan memeluk Nara dari belakang dan mengusap perut istrinya. Ia mendaratkan kecupan di pipi Nara. "Emang Mas Argan nggak capek?" Argan menggeleng. Ia mengganti posisinya menghadap Nara. Argan menundukkan badan dan mengecup perut sang istri. "Dede lagi ngapain di dalam? Baik-baik selalu ya, De. Ayah kangen banget sama Dede. Kalau lagi kerja di luar, rasanya pingin cepet-cepet pulang biar bisa cepet ngobrol sama Dede dan Mama." Nara tersenyum setiap kali mendengar Argan menyapa Dede bayi di dalam perut. Suara lembutnya seolah menjadi caranya bercerita bahwa ia begitu menyayangi bayi mereka. Usapan jari-jari Argan yang lembut di perut membuat Nara merasa tenang dan nyaman. Jari-jari ini yang selalu menggenggamnya erat seolah dengan sekali genggaman ia meyakinkan bahwa dirinya akan selalu mendampingi dan menguatkan.Argan kemb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status