Beranda / Romansa / Dosen Ngebet Nikah / Bab 6 Please, Save Raina!

Share

Bab 6 Please, Save Raina!

Penulis: Ulfah N
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-26 16:12:08

Bagaimana bisa seorang mahasiswi jurusan pendidikan matematika dari awal berpikir kuliahnya akan terhindar dari mata kuliah hitung-menghitung? Mana mungkin bisa! Statistika I saja sudah cukup membuat Raina pusing, apalagi ditambah dengan hal-hal menyebalkan belakangan ini. Bagaimana dia bisa lulus untuk Statistika II?

Raina menghampiri kursi Adli dengan wajah kusut. "Geser, dong!"

Adli menggeser duduknya ke sebelah dan membiarkan temannya. "Tumben duduk sama gue!"  Dia tersenyum menatap wajah suntuk Raina.

"Gue gencatan senjata sama Anes mulai hari ini!" Wanita itu mengeluarkan buku dari tas dengan kasar.

Adli tertawa renyah. Dia menyugar rambutnya. "Ada perang apaan emang?"

Raina yang menyaksikan langsung ketampanan pria di sebelahnya itu langsung menahan senyum. Di mana harga diri kalau kentara sekali tampang mupengnya? "Lo tim gue atau Anes?"

Adli Winata pura-pura berpikir. Matanya tak putus melihat gerak-gerik lucu Raina. Dia bisa melihat wanita itu memainkan pulpen karena iseng. "Tim Raina," ucapnya menenangkan. 

Jawaban Adli tadi berhasil membuat Raina tersenyum simpul. "Bisa aja lo buat gue GR! Nggak cukup apa PHP-in gue tiga tahun?" Wanita itu melotot kesal.

Adli Winata adalah spesies pria yang baik pada semua wanita. Namun, tak kunjung memberi pengumuman akan memilih yang mana. Semua dianggap teman baik. Semua diberi senyuman dan ... kalian juga tahu, 'kan? Yang patah hati akan menjadi semua teman wanitanya di kampus.

Kenapa Raina masih suka dengan teman seperti itu? Apakah hatinya siap potek? Entahlah! Dia hanya suka terhadap cara Adli melakukan apa pun. Cara menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Tawa renyahnya siang ini juga menjadi bagian dari alasan Raina menyukai pria itu. Perhatian yang seujung kuku saja sudah terasa aduhai bagi wanita itu.

Tiba-tiba kebisingan kelas menjadi terkontrol. Tidak ada suara tawa canda dari sudut mana pun. Begitu Raina mengangkat kepala, benar saja, Irham Nusahakam sudah berdiri di muka kelas.

Raina memanjangkan pandangan demi mencari Anes. Ya, di mana Anesya Paramitha? Teman yang beberapa menit lalu berhasil membuatnya curigation alias curiga. Anes konsisten duduk di barisan paling depan dekat pintu ruangan.

"Kenapa kursi di depan meja saya kosong?" tanya Irham setelah opening mengajar.

Raina menatap miris kepada kursi paling depan, barisan paling kiri. Siapa juga yang mau jadi tumbal duduk di sana? Ternyata ada yang tidak bisa dibeli oleh ketampanan! Meski teman-temannya sepakat Irham Nusahakam adalah mahkluk Tuhan yang sangat tampan, tak ada dari mereka yang sanggup duduk di depannya dengan otak mengeluarkan asap.

"Kamu, yang duduk paling belakang! Silakan pindah ke sini!" Suara tegas dosen itu sampai ke telinga Raina juga, tapi dia abai.

Yang duduk di belakang kan banyak. Jadi, kemungkinan besar bukan dirinya. Raina menoleh kepada Adli yang sedang menatapnya iba. "Kenapa, sih?"

"Raina, lo disuruh maju," ucap Adli pelan.

Raina menggelengkan kepala dan menunduk. Tatapannya bertumbukkan pada pulpen dan buku di atas meja. "Apa nggak ada sasaran yang lebih pas selain gue apa?"

"Kamu yang pakai pasmina hijau muda. Materi tidak akan saya mulai sebelum kursi ini terisi!"

Raina mengepalkan kedua tangannya. Dia ini sebenarnya sedang belajar matematika atau uji nyali?

"Raina Atqiyya!"

Wanita itu mengangkat kepala dan tersenyum. Tatapan Raina tertuju langsung pada mata yang  sejak tadi ingin dihindarinya. "Bapak Irham, mata saya rabun dekat, jadi kalau nulis harus jauh dari papan tulis!"

Jawaban Raina mengundang gelak tawa teman-temannya. Namun, memancing hal lain. Kemarahan. Wanita itu berpikir ulang atas jawaban konyolnya tadi. Apakah Irham akan marah? Bagus, dong! Dengan marah, artinya tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.

Irham berdiri dari kursinya. Dia berjalan dengan langkah berirama. Semua yang menyaksikan tindakan itu bisa memastikan ke mana pria itu akan datang. Ke mana lagi kalau bukan ke tempat Raina sedang duduk.

"Kamu bisa berdiri sebentar?" tanya Irham begitu berada di samping meja Raina.

Raina menggigit bibirnya sebentar dan terpaksa berdiri. Penonton hanya bisa menahan napas, menahan sorak sorai, bahkan mungkin ingin batuk pun harus ditahan. Kalau tidak mau dipatahkan kaki dan tangannya oleh kobaran emosi dari dosen muda tersebut.

Setelah Raina berdiri, Irham membungkukkan badan sedikit agar bisa menyejajarkan wajahnya dan wanita itu. "Sekarang masih rabun dekat?" tanyanya dari jarak sekitar 20 cm terhadap wajah Raina.

"Hooo!"

"Cieee!"

"Pak, saya juga rabun dekat!"

"Tolong, Pak, tolooong!"

"Yaelah, pak ...."

Sementara itu, Irham tersenyum kecil mendengar respons para mahasiswa. Bagaimana dengan Raina? Wanita itu membuang muka saat jarak wajah Irham dan dirinya hanya sekitar satu jengkal.

Pria itu segera menegakkan badan saat menyadari wanita di hadapannya tampak akan menangis. "Silakan pindah!" ucapnya tegas.

Raina merapikan tas dan berjalan mendahului dosennya untuk segera sampai di kursi penderitaan. Sudah menjaga jarak saja dia masih bisa dirundung seperti tadi, bagaimana bila jarak mereka hanya dipisahkan oleh mejanya dan meja dosen? Please, save Raina! 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nona SHerna
baru baca udah koin, black list juga ntar nih komik
goodnovel comment avatar
Yeni Rosdiani
kok bisa lanjut baca Pake join sih......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dosen Ngebet Nikah   Ekstra 1

    Menikah itu ibadah. Namun, jangan sampai Irham mendengar hal yang diyakini Raina ini. Dia bisa semakin ngebet untuk melaksanakan ibadah yang kelak akan menjadi kesukaannya.Raina bukan bergidik, tetapi pipinya malah bersemu merah.Malam semakin larut. Bahu dan punggung Raina rasanya rontok seperti baru selesai outbond atau bahkan mendaki gunung. Dia ingin segera membersihkan wajah dan tidur.Irham masuk kamar dengan wajah kelelahan, tetapi tetap terpancar kebahagiaan. Dia baru saja membantu Maira dan Collin membawakan hadiah-hadiah teman Raina ke mobil untuk disimpan di rumah Raina langsung.Kelopak mawar di atas kasur sudah berantakan di bawah. Irham menarik napas. Raina pasti sudah mengibasnya dengan membabi buta. Wanita itu sudah bilang tidak mau ada bed ala-ala pengantin baru.Irham membuka jas dan kemejanya dan duduk di pinggir kasur. Dia tahu Raina sedang mandi dan membersihkan wajah. Adegan membukakan baju pengantin yang Irham bayangkan ambyar sudah. Buktinya, Raina sudah buru-

  • Dosen Ngebet Nikah   Bab 100. Kapal yang Berlayar

    "Saya terima nikah dan kawinnya Raina Atqiyya binti ..."Itu adalah kalimat paling romantis yang didengar seorang penulis. Dari ribuan kalimat dalam novel romansanya, dia tidak pernah menulis satu kalimat pun seindah itu.Raina tidak membayangkan akan menikah dengan Irham, si paling ngajak ribut setiap hari.Anes sibuk bersorak-sorai sejak orang-orang berkata sah, apalagi saat Irham memakaikan cincin di jari manis tangan kiri Raina. Dia tidak peduli dengan keanggunan gaun bridesmaid berwarna silver yang sedang dipakainya. Ada yang berbeda dari Anes. Wanita itu memakai hijab. Tentu saja setelah perdebatan panjang dengan Raina.Anes semakin gregetan dengan sikap malu-malu ala perawan Raina saat dokumentasi foto-foto buku nikah. Dia asyik tertawa dan menjepret dari berbagai sudut tanpa peduli sosok yang sejak tadi terpesona dengan penampilan barunya.Ya, itu adalah Vino, yang ikut tersenyum saat Anes tertawa.Irham terlihat sangat bahagia seolah matanya mengeluarkan binar cinta saat mena

  • Dosen Ngebet Nikah   Bab 99. Klise Romansa

    Percuma pesona Irham Nusahakam kalau tidak bisa membuat Raina menginginkannya.~ Irham yang sedang memikirkan cara untuk melakukan hal halal setelah akad==="Sekarang kita pikir dulu, Sayang." Irham mengulurkan tangan, menarik Raina untuk duduk di sebelahnya.Mereka sedang berada dalam kantor Irham.Raina ingat setahun lalu Irham pernah tidak membukakan pintu untuknya. Kalau diingat-ingat, Raina jadi sebal pangkat seribu terhadap pria di sebelahnya. Sok bersikap dingin padahal akhirnya tetap mengejar Raina. Siapa lagi kalau bukan Irham Nusahakam?"Pikir apa?" tanya Raina. Dia membuka box rujak jambu kristal yang tadi dibelinya di jalan menuju kantor Irham. Meskipun sudah sore, tetapi tidak mengurangi keinginan Raina untuk memakan buah tersebut."Tentang kita. Tentang akad." Irham menatap Raina penuh perhatian. Namun, as always, yang ditatap sibuk mengalihkan pandangan.Wanita itu mencicipi jambu kristalnya dengan khusyuk. Matanya seolah mengeluarkan cahaya bintang karena terlalu exci

  • Dosen Ngebet Nikah   Bab 98. Siapa yang Orang Ketiga?

    Berada di antara kalian membuatku sakit. Namun, aku juga bahagia karena melihat Raina bahagia.~ Adli Winata galau tak berkesudahan.===Jadi, siapa sebenarnya yang orang ketiga? Adli atau Irham? Irham lebih dulu menyukai Raina bahkan sejak gadis itu masih bau keringat. Namun, Adli lebih dulu menapaki masa-masa kuliah bersama Raina. Dia lebih dulu memperkenalkan diri. Yang pasti, mereka memiliki ruang berbeda dalam hati Raina.Adli curiga pemilik akun fanbase itu adalah orang di sekitar lokasi syuting, tetapi siapa? Pria itu mengambil handphone dari saku. Setidaknya rumor bisa ditutup dengan postingan ini. Dia menarik lengan Raina untuk mendekat. Begitu juga dengan Irham. Jadi, posisi Adli sekarang berada di antara pasangan itu.Irham mengerutkan kening. "Kamu mau ngapain?" tanyanya waspada.Adli hanya berdecak sebal dengan mata melirik Irham penuh kekesalan.Sementara, Raina hanya tersenyum melihat interaksi di antara dua pria tersebut."Foto dulu buat kenangan." Adli mengangkat tang

  • Dosen Ngebet Nikah   Bab 97. Janur Kuning Belum Melengkung

    Apa ada yang lebih bahagia daripada menikah dengan orang yang kamu cintai dan mencintaimu? - Irham Nusahakam Apa ada yang lebih ikhlas daripada melihat orang yang kamu cintai menikah dengan pilihannya? - Adli Winata Apa ada yang lebih galau daripada mencintai orang yang telanjur mencintai orang lain? - Aldian =========== Setelah chating ingin bicara pada waktu itu, Raina tiba-tiba sibuk bolak-balik kantor webtun untuk beberapa kali rapat dan ACC komiknya yang akan diadaptasi menjadi sebuah drama web series. Dia pun seketika lupa kalau memiliki seorang tunangan yang kesabarannya setinggi gunung Everest. Ya, ketinggian 8800 meter di atas permukaan laut. Meskipun kesabarannya setinggi gunung, akan tetapi terkadang berubah menjadi setipis tisu. Seperti hari ini, Raina terkejut melihat Irham sudah duduk di lobi kantor. Dia baru saja bertemu Kriss untuk rapat dan baru mendapat bocoran bahwa Irham memiliki saham di perusahaan tersebut sejak beberapa tahun lalu. Apa itu juga dilakukann

  • Dosen Ngebet Nikah   Bab 96. Sengaja Menempel padamu.

    "Pak Irham sengaja ya nempelin aku terus supaya enggak mau ditinggal?"Raina and her bucin fiancee.--------Ini sudah beberapa jam sejak Raina hanya membalas pertanyaan Irham dengan senyum. Sungguh, dia malu kalau harus berkata tidak sanggup berjauhan dari Irham. Lagipula, tingkat kebucinan Raina belum setinggi itu. Kalau diukur pakai penggaris, kebucinan Raina mungkin hanya 5 cm, jauh berbeda dibanding kebucinan Irham yang menjulang tinggi.Sekarang, mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Awalnya, mama meminta Raina untuk tinggal di Bogor saja. Namun, Raina tidak betah tinggal di rumah mamanya sendiri. Dia lebih nyaman tinggal di rumahnya, meskipun kesepian.Sejak kehadiran Irham, kesepian hanya sebuah keadaan, buktinya hati Raina terus saja dipenuhi keramaian tentang pria itu.Irham melirik Raina yang pagi ini memakai sebuah dress berbahan crinkle airflow premium dengan jilbab lebih cerah dan bermotif. Dia secara natural menarik senyuman. Bagaimana ini? Irham sama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status