Share

Dosen Pembimbing Itu Suamiku!
Dosen Pembimbing Itu Suamiku!
Author: Skyworld 04

Bab 1- Dosen Baru

Happy Reading Semuanya!

“Gue merasa baru kemarin semester awal terus kita di kerjain mulu sama kating dan sekarang kita sudah sampai di semester tua, Good bye kenyamanan.”

Perempuan dengan rambut panjang itu mengangguk setuju mendengar perkataan dari Vivi barusan, memang cepat sekali waktu berlalu dan kini mereka sudah masuk kedalam zona tidak nyaman lagi. Ibaratnya tahun ini adalah tahun terberat yang tidak bisa dibayangkan, tangan perempuan bernama Eva tampak mengetuk meja tempat kuliahnya pelan.

“Katanya ada dosen baru di mata kuliah geofisika dan dari kabarnya dia tampan. Speak dewa,” ucap Ana sembari menepuk pundaknya dan tersenyum penuh arti.

“Lo pasti tahu sesuatu, kan?” tanya Vivi.

“Tahu apa?” bingung Eva

“Dosen baru, kan Papa lo Kaprodi di sini. Masa iya dia enggak tahu apapun!” omel Ana

Eva menghela napas pelan, “Soal itu... gue enggak tahu, lo tahu sendiri kan ayah gue lebih tertarik dengan pengembangan media terbaru dibandingkan dosen tampan atau sejenisnya itu. Sekarang jangan pikirkan dosen tampan tapi yang harusnya kalian pikirkan adalah judul skripsi, gue ditodong mulu sama Papa gue terkait ini.”

“Lo memang enggak asyik!” keluh Vivi.

Bibir Eva hanya tersenyum dan mengedikkan bahunya tidak peduli, tangannya mengusap punggung tangannya yang terasa gatal. Ia sendiri lebih memikirkan bagaimana nasibnya dengan Logan setelah mereka hampir berpisah satu semester karena kesibukkan nya sebagai ketua BEM Kampus.

Pandangannya berdalih pada lelaki yang ada di depannya. Suasana kelas yang tadinya senyap tampak berisik karena kedatangan lelaki yang hanya memasang wajah datar memasuki kelas mereka saat ini, tatapan mata Eva mengarah pada Ana dan Eva yang kini sibuk memasang wajah kagum pada lelaki yang ada di hadapannya.

“Perkenalkan saya Muhammad Zaidan Syahrul, disini saya berprofesi atau mengajar di bagian mata kuliah Geofisika. Saya lebih senang jika kalian memanggil saya dengan sebutan Zaidan, saya lulusan Universitas Colombia dan baru kembali ke Jakarta sekitar 2 bulan yang lalu.”

“Maaf Prof, saya lihat Anda selama S1, S2, S3 berada di luar. But, kenapa Anda memilih kembali ke Jakarta? Bukankah orang yang bergelar seperti Anda akan diterima dengan lapang dada bahkan terbuka lebar untuk orang yang seperti Anda?” Eva mengangguk-angguk membenarkan perkataan dari Rafif yang sibuk dengan kertas ditangannya setelah mengajukan pertanyaan barusan.

“Its simple, saya merindukan Indonesia. And... saya lebih banyak memiliki kenalan di Indonesia ketimbang di dunia barat, apakah kalian pernah mendengar perkataan seperti ini, ‘Sejauh-sejauhnya orang pergi ke luar negeri pasti merindukan tanah kelahirannya.’ Anggap saja saya seperti itu.”

“Prof saya mau tanya,” Eva menatap tajam Ana yang ada di sebelahnya.

“Sebenarnya saya enggak terima pertanyaan, tapi karena sudah ditahap sini. Baiklah, silakan apa yang ingin kalian tanya.”

“Profesor sudah menikah?” tanya Ana

“Sory itu pertanyaan privasi,” sahut Zaidan.

“Kalau profesor jomblo alias belum menikah, saya punya teman yang bisa diajak gandengan pas wisuda nanti. Kasihan dia dianggurin sama pacarnya karena sibuk dengan urusan yang sebenarnya enggak wajib diurus,” Eva menatap tajam Ana yang kini hanya tersenyum tiga jari pada dirinya. Kode dari temannya tidak bisa ia terima, mana mungkin ia mau dengan orang sombong seperti Zaidan yang membanggakan diri di universitas Colombia.

Zaidan mengarah pada perempuan yang kini memasang raut wajah yang sama, terlihat datar. Dari seisi kelas hanya perempuan muda itu yang tidak menampilkan rasa takjub dan terpesona pada dirinya dibandingkan perempuan yang lain. Memang perempuan muda yang berbeda.

“Kita mulai pembelajaran saja,”

Seisi kelas tampak menghela napas pelan, yang diharapkan oleh mereka adalah membahas kontrak kelas yang harus dipatuhi atau sebagai macamnya bukan langsung masuk kedalam pembelajaran sekarang ini. Memang sebuah harapan yang sia-sia.

“Oh! Saya ingin bertanya satu hal disini, apakah disini ada yang mengambil tentang pengembangan media pembelajaran dan teknologi pembelajaran? Kalau ada harap segera temui saya setelah kelas selesai karena saya mempunyai rekomendasi bagus yang bisa dijadikan referensi.”

Eva hanya mengedikkan bahunya tidak tahu saat temannya tampak mengguncang tubuhnya perlahan. Ia tidak menyukai tipe bagaimana Zaidan mengajar, apalagi kelakuan lelaki itu beberapa menit yang lalu seperti seseorang habis menelan batu. Menyebalkan untuk dirinya, apalagi tatapan Zaidan pada dirinya seakan-akan ingin menerkamnya hidup-hidup.

“Lo suka sama Pak Zaidan?” bisik Ana.

“No!”

“Kenapa?” tanya Ana.

“Apa gue harus menyukai orang yang sama seperti kalian, lagian dia terlalu tua. Kalian ini kenapa sih? Gue itu ibaratnya masih menjalin hubungan sama Logan, kami belum putus seperti dugaan-dugaan kalian,” keluh Eva.

Tatapan matanya berdalih pada lelaki yang kini berada di depan kursinya sembari menatapnya dengan pandangan yang sulit dijelaskan.

“Kamu Eva, benar?” tanya Zaidan.

“Enggak bukan, saya Ana.”

Ana yang di sebelahnya tampak menoyor kepala Eva dan membuat sang empu kini mengaduh kesakitan akibat ulah dari perempuan yang menjadi rekan kelasnya itu. Teman-temannya memang anarkis sekali dan tega melakukan ini pada dirinya, bagaimana bisa mereka melakukan itu pada dirinya.

“Benar Pak, dia Eva. Anaknya Kaprodi fakultas Fisika,” Eva menatap kesal Vivi yang tampak cari muka pada lelaki yang ada di depannya.

“Pantas saja wajah kamu membuat saya enggak merasa asing, tolong temui saya nanti karena ada data yang harus saya berikan kepada ayah kamu dan hari ini katanya beliau sedang mengikuti seminar diluar kota.”

“Tapi Papa saya baliknya nanti siang, Bapak profesor masih bisa bertemu dengan Papa disini. Kenapa saya harus jadi BABU Profesor?” tanya Eva.

Zaidan tersenyum kemudian mendekat ke arah perempuan yang kini memundurkan tubuhnya berniat menjauh dari lelaki di hadapannya itu. Menurut Eva, dosen baru mereka adalah orang aneh yang pernah ia temukan dan bukan dosen pada umumnya.

“Saya akan memberikan poin plus kalau kamu mau membantu saya.”

“Duh! Saya enggak peduli, saya anti yang namanya jadi BABU. Kalau Profesor membutuhkan sesuatu bisa menyuruh orang lain dan jangan saya, dosen di sini saja segan dengan saya. Tapi kenapa profesor menyebalkan untuk saya?” tanya Eva.

Zaidan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya, “Saya memberikan dua poin plus untuk kamu kalau kamu mau membantu saya untuk mengurus masalah ini, dan saya akan memberikan bimbingan gratis untuk kamu.”

“No... thank you. Saya sudah mendapatkan Dosen bimbingan lain yang sudah diatur, saya enggak mau Bapak profesor yang menjadi dosen pembimbing saya, meskipun Profesor adalah orang yang mudah dipercaya dan memiliki pengetahuan yang tinggi.” Zaidan tersenyum tipis dan memandang perempuan di depannya yang kini menatapnya dalam.

“Owww... so sweeettttt!!! Lirikkan pasangan mata maut, pasti akan berubah menjadi cinta.” Eva mengalihkan pandangannya dan menatap tajam perempuan yang menjadi rekannya itu.

Eva juga tidak mengerti kenapa mereka melakukan itu, intinya ia sama sekali tidak memiliki ketertarikan pada lelaki yang ada di depannya itu. Dan ia juga berharap nantinya tidak memiliki dosen pembimbing seperti lelaki yang menyebalkan di hadapannya.

Zaidan memamerkan smirk tipisnya, “Saya bisa mengubah takdir kamu menjadi sesuatu yang mungkin enggak kamu ketahui,” bisik Zaidan membuat Eva membulat mendengar perkataan dari lelaki yang ada di depannya.

Gila! Zaidan gila karena sudah melakukan ini pada dirinya.

To be continued

Comments (1)
goodnovel comment avatar
reni sulpika
Cerita nya menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status