Beranda / Romansa / Dosenku Calon Suamiku / Lama Tak Mengunjungi Sang Wanita

Share

Lama Tak Mengunjungi Sang Wanita

Penulis: Atma Anatya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-10 20:05:38

Kala hidup netra tak henti-henti mengamati kesenjangan sosial. Tetapi kala bukan selimut tebal membalut kulit kala dingin, tidak juga selimut dengan lubang-lubang membungkus. Maka netra tertutup sempurna dengan kemustahilan kembali ke dunia, justru memukul telak pemikiran orang-orang. Kala hidup kau berbeda dan direndahkan.

Tetapi bagaimana kabar kala seluruh tubuh tanpa terlewat terbalut tanah? Bukankah status kala nisan menghias suatu lahan tanah kosong, itu cukup menjadi definisi antonim kesenjangan sosial? Harta kau perjuangan di kehidupan tetapi kala menjadi penghuni liang tanah, tak mungkin rasanya tumpukan harta ikut masuk menemani. Tubuh terbujur kaku hanya menanti waktu mengikis menyisakan tulang.

Tempat penghuni bergelar almarhum dan almarhum telah dapat Arion lihat. Tanjakan menuju pemakaman telah aman terlewati, walau sekian lama tak bermain kemari. Kumpulan bunga segar kesukaan penghuni hati menemani samping kursi kemudi. Tak lagi sesak kala tanah mulai dicangkul menimbun tubuh kaku sang wanita.

Bukan pula rasa berbunga-bunga setiap melihat senyum dan mendengar tawa sang wanita. Rasa rindu dan pusing bersarang dalam diri. Ingin rasanya merengek dengan egois, agar sang wanita kembali menjadi teman cerita. Tetapi kewarasan menampar keinginan gila.

Tak sederas kala hari pertama kematian sang penghuni hati, air mata penyekaran sekian lama jauh mampu bisa ditahan. Menatap sendu pahatan batu nisan menjadi hiasan rumah sang istri. Menghela nafas mengenyahkan sesak ditiap relung, lucu memang kala melewati tanjakan sesak tak hinggap. Menatap sendu serta tersenyum getir kala berhadapan dengan tulisan nisan. Tidak hangat wajah Azalea dia belai bukan pula dinginnya kulit terakhir dikecup, melainkan usapan dan kecupan rindu berharap semilir angin berbaik hati jadi merpati.

"Hai wanitaku."

Air mata hendak egois mengalir menghiasi pipi. Berdeham sekaligus memukul mata agar tak mengalir. Tangan berurat itu meraba saku mencari alat menyembunyikan air mata, agar wanita jauh di alam sana tak jahil mengintip keadaan matanya. "Bagaimana kabarmu di sana?"

"Sudah tidak sakit bukan, Rissa?"

"Apakah buah hati kita bandel pada mamanya?"

"Pasti kau memilah nama indah untuknya."

"Apakah di sana seindah itu hingga kalian tak mengajakku juga?"

"Ris, apakah anak kita di sisimu? Mintalah dia bersembunyi sejenak, karena aku hendak menceritakan mengenai hal dewasa."

Menghela nafas kala mata terasa memburam. "Apa Nak? Kau bilang telah dewasa karena telah 21 tahun? Di mata Papa kau adalah bayi. Ah, andai kalian menemani Papa kemanapun."

Antara menangis atau geram dengan aksi Arion, manakah yang dominan kalian rasakan? Geram karena Arion terkesan bak pasien rumah sakit jiwa? Geram rangkaian kalimat terkesan berbumbu egois? Atau menangis karena ikut iba dengan nasib Arion?

Arion bukanlah penyandang jiwa retak hingga rusak, karena dia rasa sang hati telah lega. Atau kelegaan fana karena bertahun-tahun tak mengunjungi makam semata? Puas dengan bicara pada semilir angin ditemani nisan, Arion mengecup nisan sang istri. Hati terasa berat berpisah, tetapi akal sehat menampar telak.

Semilir angin seakan-akan tengah tertawa terbahak-bahak melihat kekonyolan Arion. Ia kian kencang membuat pasir ikut berterbangan. Langkah Arion terpaku kala baru puluhan langkah menjauh dari nisan. Netranya menatap ragu tetapi rindu dengan wanita dan gadis berusia 21 tahun.

"Ka--kalian..." Lidah itu terasa terbelit rantai karena terasa berat.

Waktu berjalan tetapi senyum itu gagal dilunturkan waktu. Manis dan menawan begitulah senyum sang wanita. Arion mendekap wanita mirip sekali dengan sang istri. Netranya menatap bangga kala mengamati gadis berusia 21 tahun. Paras mirip dengannya hanya versi menggunakan rambut palsu saja, gadis itu hanya asyik mengamati dengan kaki diluruskan.

'Mas.'

"Sa--sayang?"

Tak peduli panggilan bernada teguran itu, Arion kembali mendekap Azalea. Sorot mata kerinduan terpancar dari keduanya. Kerinduan terasa pelik mengalahkan kepelikan kala menjelah labirin, waktu dan alam seakan menjadi cambuk sekaligus musuh. Arion mengusap surai lebat nan bergelombang sang istri, mulai semburat putih bagian atas dan bawah rambut saja. Surai lebat telah kembali tanpa kehadiran sang istri di alam kehidupan nyata.

"Di--dia--"

Menoleh mengikuti arah pandang sang suami. Anggukan kepala serta senyum diberikan. 'Putri kita, Mas.'

Tak ada pembangunan terjadi di tempatnya berpijak, tetapi langkahnya dibuat terkunci walau hanya setengah centipun. Netra itu kian panas bahkan tak sadar sejak kapan kacamata mata tak bertengger. "Siapa namanya?"

Gadis dijadikan pusat perhatian sejoli itu beranjak. Senyum kaku layaknya sang papa terukir di pipi tirusnya. Mengecup pipi basah sang Papa, gadis itu mengamati wajah benar-benar mirip dengannya. 'Papa...'

Tak tahan dengan kerinduan kian sesak dalam durasi mulai perdetik. Arion mendekap gadis bertubuh seramping sang istri. "Putriku."

'Namanya Vanya Gabriela Prakasa, Mas'

Arion menarik sang istri pula agar masuk dalam dekapan. Lisannya tak henti-henti mengucap terimakasih, jangan pergi, dan mantra untuk Sang Pencipta.

'Ma, waktu kita habis.' Teguran Vanya justru membuat Arion kian mempererat dekapan.

'Mas, kami pamit lagi, ya. Sampai jumpa di sana. Jangan terkurung dalam masa lalu, Mas. Gadis di ujung sana ku yakin telah menyentuh hati ini.'

'Sampai jumpa, Pa.' Kedua bidadari Arion sangat kompak berpamitan.

Arion kembali terpaku kala bayangan kedua wanitanya secara utuh telah menghilang. Tubuh kekarnya tak kuasa menopang lutut melemas. Tenaganya memang tak sekuat lelaki, tetapi melihat posisi waspada Arion membuat langkahnya secepat si tak bertapak kaki. Jemari lentik itu mendekap tubuh pria diujung jurang.

"Pak Arion!"

"Tidak! Pak, jangan melangkah."

"Pak, sudah, Pak."

"Pak, saya mohon sadar!"

"Pak--"

Bibir tebal itu langsung mencumbu bibir tipis yang lebih muda. Gadis pemilik bibir membelalakkan mata terkejut dengan pergerakan tiba-tiba. Ingin mendorong agar menjauh, tetapi mengapa hatinya justru bergemuruh? Apabila keselarasan itu susah maka tolong perihal hati agar bisa.

"Pak Arion, kenapa? Anda ada perlu apa kemari?" Bukan kalimat protes terucap, melainkan pertanyaan khawatir berhasil dikeluarkan.

Tak peduli posisi dirinya lebih tinggi, Arion berlutut di bawah sang mahasiswi. Menatap paras sang mahasiswi dengan rasa campur aduk. Dia mencium sepatu kotor Azelina, semakin membuat sang gadis terkejut.

"Pak! Sudah, Pak. Anda kenapa, Pak?"

"Sa--saya..."

"Ya? Anda kenapa, Pak?"

"Tolong saya, Zelin. Saya mohon tolong saya."

Keningnya mengkerut kian jelas pertanda kebingungan menumpuk. "Dalam hal apa yang bisa saya bantu, Pak?"

"Tolong lepaskan saya agar menemani mereka!"

Arion mendorong Azelina sekuat tenaga, hingga membuat keduanya sama-sama terjatuh. Jurang tepat di belakang punggung Arion, membuat dia akan berguling ke bawah dalam hitungan detik. Mengabaikan kotornya tanah bercampur pasir. Mengabaikan pula cumbuan bibir tebal beberapa saat lalu, Azelina berlari mencari keberadaan sang kakak.

"Kak!"

"Kak Val!"

"Valko Aryasatya Bastian!"

Tubuhnya didekap sang kakak kala hendak kembali terjatuh. Kening Valko mengernyit curiga dan bertanya-tanya. Apakah sang adik dikejar penggali kubur, jenazah bangkit dari kubur, atau penunggu makam?

"Ada apa?"

"Di sana--"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dosenku Calon Suamiku    Acara Di Bar

    Grup chat tak henti-henti diisi ramainya diskusi mengenai kepastian acara malam nanti. Sekitar pukul delapan malam, asisten dosen mengundang seluruh kelas Azelina untuk menuju ke bar. Katanya sih untuk perayaan penyambutan Robert. Semula para mahasiswa tak minat, karena budaya mereka tidaklah seperti orang luar. Ya, walau tempat tinggal mereka beberapa diisi orang luar negeri juga.WhatsApp grupFakultas Management C+62 822 6156 3013| Guys, ini nanti jadinya jam berapa?+62 822 1665 0331| Udah tanya Mr. Robert?+62 822 3103 6516| Mr-Mr kayak judul lagu aja.| Panggil Pak aja nggak sih? Toh, beliau juga di Indo bukan luar.+62 813 0642 0652| Iya kita darah lokal bukan luar berasa anak bule.+62 813 6024 6025| Pada belum tanya, ya?+62 813 2560 2460| Eh iya, gue lupa masukin grup Pak Richard.| Kita buat grup baru yang isinya ada Pak Richard

  • Dosenku Calon Suamiku    Asisten Dosen Baru

    Suasana kelas Azelina hari ini terlihat memanas. Ada umpan ada mangsa begitulah perumpamaan judul kelas hari ini. Desas-desus beredar membuat semua penasaran membuncah. Penasaran fisik, paras yang menjadi sebagai asisten dosen. Sekaligus mengapa dosen wanita itu dengan jenaka, baru beberapa saat pergantian semester tapi telah mengajukan cuti.Tak sebatas mengambil cuti ntah sampai kapan. Tetapi mengapa bisa dosen itu langsung mendapatkan, gambaran asisten dosen menggantikan selagi tak mengajar. Tak bisakah diganti dengan jam kosong atau tugas semata? Ntah mengapa pernyataan seseorang di internet yang pernah berkata 'Semakin jauh semester mahasiswa atau mahasiswi, mereka sering dibuat merasa salah pilih jurusan. Tetapi saat selesai skripsi barulah merasa bangga.'"Hari ini beneran udah diganti si dosen pengganti, Bu Ketu?" Berganti semester maka kelas Azelina juga sepakat, mengganti ketua kelas jadi perempuan."Kabarnya s

  • Dosenku Calon Suamiku    Pergantian Semester

    Suasana sarapan terkesan membosankan bagi gadis itu. Dia rasa lebih baik makan berdua saja dengan sang pria, tetapi hari terasa indah dan bersemangat sebangun tidur. Daripada demikian sudah hari ini pergantian semester, Arion tak bisa mengantar harus mengambil dokumen walau akan bertemu di kampus, sang kakak sibuk bekerja di perusahaan papa mereka. Uh, rasanya dia sangat ingin sekali melompati hari ini saja."Dek lo sakit, ya?"Azelina yang membisu walau diberi pertanyaan Valko, seketika membuat sang kepala keluarga meletakkan sejenak sendok dan garpunya untuk menyentuh dahi Azelina. "Kamu lagi ada masalah, Vi?"Masih membisu semata membuat ayah dan anak itu kompak saling pandang. Sang Mama menepuk lengan putrinya. "Nak, kamu kenapa? Sakitkah? Atau lagi ada masalah?"Bahkan walau sebatas lirikan pun tak terjadi. Azelina sebatas menatap hidangan sarapannya masih utuh. Dia menunduk tanpa merasakan pega

  • Dosenku Calon Suamiku    Kerja Kelompok

    "Jangan lupa ya hari ini ada kerja kelompok di rumahnya Bu Arion!""Loh jadinya di rumah si Azel?"Kelompok dibentuk dengan masing-masing terdiri dari lima orang. Tak ada yang memilih sendiri, melainkan dosen memilih secara acak sehingga tak terjadi pengasingan. Tak sebatas kelompok saja dibentuk, tetapi masing-masing ketua kelompok juga sang dosen yang menentukan. Protes dalam hati sebatas terpendam di masing-masing mahasiswa-mahasiswi semata.Gadis semula sibuk menghubungi kakaknya untuk meminta dijemput, apabila tengah di kampus seketika terhenti mengetikkan pesan. Atensi pada benda kotak pipih itu berganti menjadi, menatap kedua lelaki dan dua gadis di depannya. Ekspresi menyebalkan mampu Azelina baca dengan jelas. Sepertinya api akan membakar, apabila melihat jenis minyak dipegang Azelina.Gadis itu menghela nafas. Sebenarnya dia malas apabila status tetangga dan kekasih dirinya dan Arion terkua

  • Dosenku Calon Suamiku    Berangkat Bersama

    Bagaikan semut dan makanan, orang-orang itu seketika berkerumun. Perumpamaan layaknya semut saja terasa kurang, karena lisan itu menjelma bak hewan rayap. Rayap memakan kayu, dan orang-orang memakan orang secara hidup-hidup. Tidak-tidak dengan membunuh memakai senjata tajam, tetapi lisan dan netra mengalahkan senjata tajam dan racikan racun menjadi senjata."Eh, itu yang baru parkir bukannya mobil Pak Ari?""Loh bukannya keluar udah nggak jadi dosen, ya?""Ngarang lo kata adik gue sekelas sama Azel cuma cuti soalnya dinas kerjaan.""Eh, tapi bukannya pas kemarin kapan itu wajah Pak Ari yang masuk berita kota?""Kayaknya kalau gue nggak salah ingat sih iya. Tapi masak keliatan nggak sadar sama darah gitu tapi masih hidup?""Heh! Namanya juga tangan Tuhan siapa yang tahu?""Bisa aja kemarin itu bukan wajah Pak Ari.""Ma

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuliah dan Kerja

    Gadis itu menatap datar dan malas layar handphone-nya. Rentetan kalimat rayuan itu terasa hambar, terkalahkan dengan pahitnya akhir kalimat. Helaan nafas berat dia lakukan. Ntah salah ekspetasi atau kejamnya realita pun membingungkan diri.WhatsApp notifikasiPak Ari-Arion off| Gadisku.| Apakah masih memilih pakaian?| Perlu bantuan memilih?| Menurutku kamu memesona dalam pakaian apapun.| Dua tiga ikan lele, jangan kelamaan le. Nanti malam kita kemalaman buat makan lele.| Canda Neng. Ya kali bidadari dikasih makan lele sama raja.| Ayo cepat sedikit Zel, keburu kelasmu di mulai. Aku tidak bisa memaklumi loh apalagi aku masih cuti dan akan sibuk bekerja di perusahaan.Singkat, padat, mengesalkan sekali jelasnya. Masih cuti... Dua kata utama sukses membuat harinya terasa memburuk. Wajah gadis itu semula cerah seketika kembali masam. Padahal perkiraannya adalah tumpukan tu

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuraslah Uang Saya, Nona!

    Bak remaja tengah mengalami pubertas, pria berusia 40-an itu juga merasakan demikian. Judul lebih tepatnya adalah pubertas kedua kalinya. Sorot garang lelaki itu hilang dengan senyum tak kunjung luntur walau tak menggunakan formalin. Bau obat-obatan tak lagi tercium digantikan dengan parfum kesukaannya.Lelaki itu tak henti senyum-senyum sembari mengawasi penampilannya. Tak jauh berbeda dari sang pria, si gadis jauh lebih parah dengan bimbang memilih busana. Ya, pandangan buram serta membayang, tubuh lemas, gemetar, wajah pucat, halusinasi datang tak menentu semua sirna dalam sekedip. Seakan-akan berita hari kemarin tak pernah rilis, pertengkaran kemarin pun tak pernah terjadi.Mengabaikan kewajiban telah berhari-hari tak disentuh. Melupakan waktu dan tempat yang seharusnya ditapaki, kini keduanya lebih sepakat mengunjungi suatu tempat. Gedung bertingkat dengan tingkat kedinginan tak perlu diragukan. Aneka busana dan hidangan lokal maupun lu

  • Dosenku Calon Suamiku    Maukah Kamu?

    Tubuhnya masih terasa kaku keseluruhan. Semu-semu kebiruan juga belum pudar sebagai pembuktian beberapa hari lalu. Wajahnya berangsur tak begitu pucat, sejak indra penciuman menerima aroma semu-semu kedatangan Arion berada di apartemen. Terkesan lucu dan konyol memang bagi orang lain, tetapi bagi orang sekitar Azelina itu semua bukan masalah selagi gadis itu hendak kembali makan.Kewarasan sempat hilang dimakan berita kini perlahan kembali. Gadis itu menoleh ke sana kemari lalu menoleh ke bawah, tepatnya mengamati sang kakak rela tidur tidur di kasur bawah. Tatapannya terkunci menatap lamat-lamat Valko. Aneka pemikiran menghias benak, tak tahan minta diungkapkan namun sang penjawab masih terlelap lelah.Tak ingin menganggu tidur sang Kakak Azelina berniat ke luar kamar. Suara bising dibuat Azelina membuat Valko terbangun walau masih dalam mata tertutup. Senyum miring terukir kala kaki Azelina hendak melewati tubuhnya, beruntung dia memilih tidur tak jauh dari pin

  • Dosenku Calon Suamiku    Kejutan Atau Halusinasi?

    Wajah ayunya yang kini telah berubah bak mayat hidup, yang kian terasa buruk. Beberapa memar dan luka memang berujung memperburuk keindahan kulitnya. Tak sebatas semburat kebiruan, melainkan beberapa luka dengan darah juga muncul. Tak ada perih atau keram dirasa oleh gadis itu, selain hatinya yang terasa perih dan dingin.Sorot matanya masih terasa hampa tanpa hidup dan harapan. Langkahnya tak sekokoh tanaman di taman. Bibirnya tak sesegar buah baru dipetik. Dinginnya suhu tubuh tak sedingin lemari pendingin memang, tetapi tak sehangat suhu manusia pada umumnya. Pandangan gadis itupun tak begitu jelas, tak seperti kala mengurung diri di kamar.Ntah berapa lama dirinya tak sadarkan diri. Bahkan dia juga penasaran bagaimana bisa terbangun dengan indera penciuman dipenuhi oleh obat? Apakah dia sehabis menyusul Pak Arion? Apabila iya dimana dan bagaimana kabar terbaru prianya itu kini?Kening gadis tersebut berulang ka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status