Share

Mulut-Mulut Orang

Penulis: Atma Anatya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-11 20:10:04

Layaknya perkataan orang-orang mencibirnya aneh, yang sejak melihat pertengkaran dengan sang kekasih beberapa hari lalu. Ntah mengapa kian hari dia sendiri juga merasa bahwa memang kian aneh. Perasaan aneh dan tak asing ntah mengapa seakan terkurung demi menetap. Tak ada dorongan bisikan apalagi keinginan alami, langkahnya kala menahan pergerakan sang dosen juga bahkan tak dia sadari.

Dia tak lupa statusnya apabila masih kekasih Xavier, hanya saja sang dosen ntah mengapa tampaknya memiliki tempat rahasia. Tempat yang tak Azelin atur, harap, apalagi menginginkan. Lucunya lagi adalah... Kunci hatinya digenggam oleh Xavier selaku kekasih, tetapi mengapa hatinya terasa janggal tiap menatap bahkan melirik Arion. Rasa asing tetapi tak asing selalu mendesak menjungkir balikkan isi otak.

Melupakan status telah sekian lama berpacaran dengan Xavier. Menulikan rentetan kalimat curiga sang kakak, dan teguran Jala selaku sang sahabat. Azelina menatap ragu bangunan bertingkat tiga di hadapannya. Bangunan memang masih kokoh, bersih, tetapi tak bohong bila rumah ini sangat terasa sunyi dan gersang tanpa interaksi hangat selama waktu sangat lama. Bermodalkan iseng dan cerdik membuat Azelina, mendapatkan alamat rumah lama sang dosen.

Pagar gerbang dari stainless membuat daun pintu rumah Arion tak mampu dipandang dari luar. Suami dari Bibi yang merawat rumah mulai jengah, kala sang tamu tak kunjung berani mengetuk pagar atau menekan bel di luar. Padahal orang tua Arion sengaja menyediakan bel di luar, dan dalam agar saat gerbang terbuka setidaknya pintu selalu terkunci aman. Umpatan seringan kapas hampir saja terucap, karena tiba-tiba terbuka menjadi dua dari dalam.

"A--" Menutup mulut dengan mengigit bibir bawah kala beberapa huruf lagi genap umpatan.

Arion mengernyit kala suara gerbang tua menusuk indera pendengaran. Mengabaikan pemikiran, mungkin suami Bibi membeli jajan atau mencari udara. Dia tak berniat mengintip melalui balkon, karena berniat meluruskan tubuhnya masih nyeri dan linu sehabis keluar dari rumah sakit. Usia tak lagi belasan layaknya remaja, membuat tubuh Arion bengkak sana-sini, dengan beberapa tulang bergeser. Beruntunglah tak sampai patah, apalagi nyawanya mengucapkan perpisahan padahal jatuh dari jurang.

"Anda mencari siapa ya, Nona?"

"Apakah ini benar kediaman Pak Arion Prakasa?"

Kode-kode siaga berterbangan berbisik, mengamati gadis muda di hadapannya tanpa melewatkan seujung pun. Kening keriput itu mengernyit, menatap penuh pengamatan sang gadis. "Siapa anda? Ada keperluan apa mencari Tuan Muda? Anda siapanya, Tuan? Apakah Tuan telah anda beritahu?"

Azelina membuka mulut tak menyangka. Waspada itu memang perlu dalam keadaan apapun, tetapi tetap saja dirinya risi. Memang seantagonis itukah wajahnya? Mengabaikan perasaan semu, demi memastikan keadaan sang dosen sekaligus ajakan berangkat kuliah bersama.

"Saya salah satu mahasiswi Pak Arion. Jadi bolehkah saya menemui beliau walau tanpa janji?"

Berganti sang satpam yang terkejut. Curiga dan aneka kalimat tanya terpatri. Apakah gadis ini calon pengganti nyonya muda? Apabila iya maka dirinya ingin menuntut alam bagaimanapun caranya, walau tentu terkesan bak orang gangguan jiwa yang bodoh. Paras, tubuh, dan suara gadis di hadapannya baru dia sadari apabila mirip dengan mendiang nyonya muda.

"Benarkah anda mahasiswi? Anda bukan Nyonya muda Azalea? Atau anda kembaran dirahasiakan? Adik Nyonya muda tak diketahui?"

Azelina mengernyitkan dahi, merasa asing dengan nama disebut dan bertanya-tanya dengan maksud pertanyaan. Siapakah Azalea? Mengapa dirinya dianggap demikian? Apakah terdapat kesamaan sebagai faktor?

"Ma--maaf Pak, saya adalah Vierra Azelina Clarissa. Saya bukan pemilik nama anda sebut. Saya tak mengenal wanita anda sebut, walau sebutan anda katakan sedikit menggambarkan. Saya bukan siapa-siapa dan tak lebih dari mahasiswi baru di bawah didikan Pak Arion."

Perasaan aneh yang bersarang di hati membuat Azelina, tak kuasa menyebut ulang nama Azalea. Ntah perasaan bagaimana rincinya karena dia pun juga merasa aneh.

"Baiklah silakan masuk."

Satpam menginterogasi Azelina juga membantu membukakan pintu, sehingga Azelina tak lebih lagi membuang tenaga. Pria telah merapikan kancing kemeja satin, menyisir rambut, seketika mematung kala mengendus aroma tak asing di indera penciuman. Menghentikan segala rencana kegiatan, demi menanti gadis tampak melangkah hingga ke ruang tengah.

"Vierra Azelina Clarissa!"

Pemilik nama terperanjat kala melihat pria dicari-cari, tanpa diketahui terlebih dahulu menyapa inderanya. "Pak Arion, anda apa kabar, Pak? Apakah badan anda tak linu? Bagaimana dengan tulang bergeser apakah telah kembali? Saya membaca grup kelas, katanya anda akan kembali?"

Arion memejamkan mata mengubur rasa tak asing. Dia menghela nafas panjang. Terlampau mirip hingga rasanya sang kewarasan terkikis. Penawar? Ntahlah rasanya jenis dan bentuk bagaimanapun telah tak mampu selain satu kunci.

"Bagaimana anda bisa tahu alamat saya, Rissa?"

Bak anak ketahuan aksi jahilnya dari orang tua, Azelina menggaruk tengkuk tak gatal, seraya tersenyum kikuk. "Saya mencari tahu sendiri dengan cara saya pokoknya, Pak."

Terkesan menggelikan bahkan menjijikkan, karena dia sendiri sangat menyadari. Tetapi sikap Azelina terlalu duplikat Azalea, sehingga berulangkali membangkitkan jiwa muda Arion. Jiwa yang sempat terkubur bersama Azalea dan buah hati di janin kala itu.

"Ya sudah, kalau begitu ayo berangkat bersama saya saja sekalian. Lumayan bukan uang bensin kakak anda aman. Anda tak bertanya-tanya dengan perubahan kekasih anda. Tak cemas dengan reaksi kekasih sahabat anda yang lelaki itu."

Senada dengan warna kemeja satin saat ini tengah mencetak dadanya. Mobil berukuran panjang dan berwarna hitam itu telah masuk ke pekarangan kampus. Tak ingin ketinggalan jaman, dosen hampir paruh baya itu ikut mengganti mobil keluaran terbaru. Langkah kaki dengan tujuan berbeda-beda seketika bergeming, kala melihat sang dosen mengitari pintu sisinya.

Ada kejanggalan yang aneh maka sudah pasti apa? Yaps, lisan-lisan mengalahkan panjangnya mulut entoklah jawabannya. Tak seterang mata burung hantu kala malam yang tanpa penerangan. Netra mahasiswa-mahasiswi saling memantau pergerakan Azelina.

"Hei-hei lihatlah ke parkiran dosen khusus!"

"Wah gila sekali si Azelina."

"Tak tahu diri sekali dia sudah kemarin diberi tumpangan Xavier, kali ini justru berganti ke mobil dosen."

"Gue curiga ternyata si mahasiswi baru tanpa ospek itu ternyata menjual diri."

"Kasian si Kak Valko sih."

"Eh, tapi aneh kenapa Pak Arion kayak kesakitan ya?"

"Ssst kayak nggak tahu aja lo. Bisa aja ulah Azelina brutal jadi Pak Arion gitu."

"Rakus banget sih Zelin."

"Sebenarnya saya juga ingin mendorong mereka agar tiada. Apabila tak mengingat tangan saya akan kotor, mengalahkan terkena kubangan lumpur karena orang seperti itu," celetuk Arion melihat Azelina meremas kencang tangan.

Azelina menatap datar Arion. Ntahlah perasaan campur aduk, membuat dia memilih netral dengan ekspresi datar. Dia menganggukkan kepala kecil tanpa diketahui Arion. Orang lain hanyalah tahu menggonggong tanpa fakta.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dosenku Calon Suamiku    Acara Di Bar

    Grup chat tak henti-henti diisi ramainya diskusi mengenai kepastian acara malam nanti. Sekitar pukul delapan malam, asisten dosen mengundang seluruh kelas Azelina untuk menuju ke bar. Katanya sih untuk perayaan penyambutan Robert. Semula para mahasiswa tak minat, karena budaya mereka tidaklah seperti orang luar. Ya, walau tempat tinggal mereka beberapa diisi orang luar negeri juga.WhatsApp grupFakultas Management C+62 822 6156 3013| Guys, ini nanti jadinya jam berapa?+62 822 1665 0331| Udah tanya Mr. Robert?+62 822 3103 6516| Mr-Mr kayak judul lagu aja.| Panggil Pak aja nggak sih? Toh, beliau juga di Indo bukan luar.+62 813 0642 0652| Iya kita darah lokal bukan luar berasa anak bule.+62 813 6024 6025| Pada belum tanya, ya?+62 813 2560 2460| Eh iya, gue lupa masukin grup Pak Richard.| Kita buat grup baru yang isinya ada Pak Richard

  • Dosenku Calon Suamiku    Asisten Dosen Baru

    Suasana kelas Azelina hari ini terlihat memanas. Ada umpan ada mangsa begitulah perumpamaan judul kelas hari ini. Desas-desus beredar membuat semua penasaran membuncah. Penasaran fisik, paras yang menjadi sebagai asisten dosen. Sekaligus mengapa dosen wanita itu dengan jenaka, baru beberapa saat pergantian semester tapi telah mengajukan cuti.Tak sebatas mengambil cuti ntah sampai kapan. Tetapi mengapa bisa dosen itu langsung mendapatkan, gambaran asisten dosen menggantikan selagi tak mengajar. Tak bisakah diganti dengan jam kosong atau tugas semata? Ntah mengapa pernyataan seseorang di internet yang pernah berkata 'Semakin jauh semester mahasiswa atau mahasiswi, mereka sering dibuat merasa salah pilih jurusan. Tetapi saat selesai skripsi barulah merasa bangga.'"Hari ini beneran udah diganti si dosen pengganti, Bu Ketu?" Berganti semester maka kelas Azelina juga sepakat, mengganti ketua kelas jadi perempuan."Kabarnya s

  • Dosenku Calon Suamiku    Pergantian Semester

    Suasana sarapan terkesan membosankan bagi gadis itu. Dia rasa lebih baik makan berdua saja dengan sang pria, tetapi hari terasa indah dan bersemangat sebangun tidur. Daripada demikian sudah hari ini pergantian semester, Arion tak bisa mengantar harus mengambil dokumen walau akan bertemu di kampus, sang kakak sibuk bekerja di perusahaan papa mereka. Uh, rasanya dia sangat ingin sekali melompati hari ini saja."Dek lo sakit, ya?"Azelina yang membisu walau diberi pertanyaan Valko, seketika membuat sang kepala keluarga meletakkan sejenak sendok dan garpunya untuk menyentuh dahi Azelina. "Kamu lagi ada masalah, Vi?"Masih membisu semata membuat ayah dan anak itu kompak saling pandang. Sang Mama menepuk lengan putrinya. "Nak, kamu kenapa? Sakitkah? Atau lagi ada masalah?"Bahkan walau sebatas lirikan pun tak terjadi. Azelina sebatas menatap hidangan sarapannya masih utuh. Dia menunduk tanpa merasakan pega

  • Dosenku Calon Suamiku    Kerja Kelompok

    "Jangan lupa ya hari ini ada kerja kelompok di rumahnya Bu Arion!""Loh jadinya di rumah si Azel?"Kelompok dibentuk dengan masing-masing terdiri dari lima orang. Tak ada yang memilih sendiri, melainkan dosen memilih secara acak sehingga tak terjadi pengasingan. Tak sebatas kelompok saja dibentuk, tetapi masing-masing ketua kelompok juga sang dosen yang menentukan. Protes dalam hati sebatas terpendam di masing-masing mahasiswa-mahasiswi semata.Gadis semula sibuk menghubungi kakaknya untuk meminta dijemput, apabila tengah di kampus seketika terhenti mengetikkan pesan. Atensi pada benda kotak pipih itu berganti menjadi, menatap kedua lelaki dan dua gadis di depannya. Ekspresi menyebalkan mampu Azelina baca dengan jelas. Sepertinya api akan membakar, apabila melihat jenis minyak dipegang Azelina.Gadis itu menghela nafas. Sebenarnya dia malas apabila status tetangga dan kekasih dirinya dan Arion terkua

  • Dosenku Calon Suamiku    Berangkat Bersama

    Bagaikan semut dan makanan, orang-orang itu seketika berkerumun. Perumpamaan layaknya semut saja terasa kurang, karena lisan itu menjelma bak hewan rayap. Rayap memakan kayu, dan orang-orang memakan orang secara hidup-hidup. Tidak-tidak dengan membunuh memakai senjata tajam, tetapi lisan dan netra mengalahkan senjata tajam dan racikan racun menjadi senjata."Eh, itu yang baru parkir bukannya mobil Pak Ari?""Loh bukannya keluar udah nggak jadi dosen, ya?""Ngarang lo kata adik gue sekelas sama Azel cuma cuti soalnya dinas kerjaan.""Eh, tapi bukannya pas kemarin kapan itu wajah Pak Ari yang masuk berita kota?""Kayaknya kalau gue nggak salah ingat sih iya. Tapi masak keliatan nggak sadar sama darah gitu tapi masih hidup?""Heh! Namanya juga tangan Tuhan siapa yang tahu?""Bisa aja kemarin itu bukan wajah Pak Ari.""Ma

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuliah dan Kerja

    Gadis itu menatap datar dan malas layar handphone-nya. Rentetan kalimat rayuan itu terasa hambar, terkalahkan dengan pahitnya akhir kalimat. Helaan nafas berat dia lakukan. Ntah salah ekspetasi atau kejamnya realita pun membingungkan diri.WhatsApp notifikasiPak Ari-Arion off| Gadisku.| Apakah masih memilih pakaian?| Perlu bantuan memilih?| Menurutku kamu memesona dalam pakaian apapun.| Dua tiga ikan lele, jangan kelamaan le. Nanti malam kita kemalaman buat makan lele.| Canda Neng. Ya kali bidadari dikasih makan lele sama raja.| Ayo cepat sedikit Zel, keburu kelasmu di mulai. Aku tidak bisa memaklumi loh apalagi aku masih cuti dan akan sibuk bekerja di perusahaan.Singkat, padat, mengesalkan sekali jelasnya. Masih cuti... Dua kata utama sukses membuat harinya terasa memburuk. Wajah gadis itu semula cerah seketika kembali masam. Padahal perkiraannya adalah tumpukan tu

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuraslah Uang Saya, Nona!

    Bak remaja tengah mengalami pubertas, pria berusia 40-an itu juga merasakan demikian. Judul lebih tepatnya adalah pubertas kedua kalinya. Sorot garang lelaki itu hilang dengan senyum tak kunjung luntur walau tak menggunakan formalin. Bau obat-obatan tak lagi tercium digantikan dengan parfum kesukaannya.Lelaki itu tak henti senyum-senyum sembari mengawasi penampilannya. Tak jauh berbeda dari sang pria, si gadis jauh lebih parah dengan bimbang memilih busana. Ya, pandangan buram serta membayang, tubuh lemas, gemetar, wajah pucat, halusinasi datang tak menentu semua sirna dalam sekedip. Seakan-akan berita hari kemarin tak pernah rilis, pertengkaran kemarin pun tak pernah terjadi.Mengabaikan kewajiban telah berhari-hari tak disentuh. Melupakan waktu dan tempat yang seharusnya ditapaki, kini keduanya lebih sepakat mengunjungi suatu tempat. Gedung bertingkat dengan tingkat kedinginan tak perlu diragukan. Aneka busana dan hidangan lokal maupun lu

  • Dosenku Calon Suamiku    Maukah Kamu?

    Tubuhnya masih terasa kaku keseluruhan. Semu-semu kebiruan juga belum pudar sebagai pembuktian beberapa hari lalu. Wajahnya berangsur tak begitu pucat, sejak indra penciuman menerima aroma semu-semu kedatangan Arion berada di apartemen. Terkesan lucu dan konyol memang bagi orang lain, tetapi bagi orang sekitar Azelina itu semua bukan masalah selagi gadis itu hendak kembali makan.Kewarasan sempat hilang dimakan berita kini perlahan kembali. Gadis itu menoleh ke sana kemari lalu menoleh ke bawah, tepatnya mengamati sang kakak rela tidur tidur di kasur bawah. Tatapannya terkunci menatap lamat-lamat Valko. Aneka pemikiran menghias benak, tak tahan minta diungkapkan namun sang penjawab masih terlelap lelah.Tak ingin menganggu tidur sang Kakak Azelina berniat ke luar kamar. Suara bising dibuat Azelina membuat Valko terbangun walau masih dalam mata tertutup. Senyum miring terukir kala kaki Azelina hendak melewati tubuhnya, beruntung dia memilih tidur tak jauh dari pin

  • Dosenku Calon Suamiku    Kejutan Atau Halusinasi?

    Wajah ayunya yang kini telah berubah bak mayat hidup, yang kian terasa buruk. Beberapa memar dan luka memang berujung memperburuk keindahan kulitnya. Tak sebatas semburat kebiruan, melainkan beberapa luka dengan darah juga muncul. Tak ada perih atau keram dirasa oleh gadis itu, selain hatinya yang terasa perih dan dingin.Sorot matanya masih terasa hampa tanpa hidup dan harapan. Langkahnya tak sekokoh tanaman di taman. Bibirnya tak sesegar buah baru dipetik. Dinginnya suhu tubuh tak sedingin lemari pendingin memang, tetapi tak sehangat suhu manusia pada umumnya. Pandangan gadis itupun tak begitu jelas, tak seperti kala mengurung diri di kamar.Ntah berapa lama dirinya tak sadarkan diri. Bahkan dia juga penasaran bagaimana bisa terbangun dengan indera penciuman dipenuhi oleh obat? Apakah dia sehabis menyusul Pak Arion? Apabila iya dimana dan bagaimana kabar terbaru prianya itu kini?Kening gadis tersebut berulang ka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status