Beranda / Romansa / Dosenku Calon Suamiku / Menjadi Pusat Perhatian

Share

Menjadi Pusat Perhatian

Penulis: Atma Anatya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-09 20:00:53

Mobil mewah audi A8 L berwarna hitam telah terparkir di rumah hampir 30 menit. Gugup karena sekian lama tak melakukan interaksi, dengan penghuni-penghuni rumah tempatnya parkir membuat ragu melangkah. Bangunan mewah bernuansa ala Italia karena ketertarikan pemilik rumah, kembali Xavier pijak dalam waktu yang ntah kapan terakhir kali karena dirinya pun lupa. Hanya saja rumah ini masih tak menumpulkan kenangan di benaknya. Bayangan sang gadis dia kenal sedari kecil, kakak sang gadis, dan sahabat lelaki sang gadis selalu mengelilingi benak setiba di rumah Zelin.

Posisi yang tak beranjak walau secentipun membuat objek pandang Xavier terbatas. Gerbang menjulang tinggi dengan sisi kanan, secara semu-semu dedaunan tanaman pucuk merah sedikit menyumbul efek lama tak dipotong. Senyumnya terpatri kala mengingat kepingan masa kecil. Ketiganya pernah menemani wanita pemilik rumah, berkebun karena ketertarikan pada tanaman tak sirna. Tawa riang Zelin rela renyah walau terselip isakan, demi sang kakak tidak mengambing hitamkan Xavier.

Bak bapak-bapak yang paginya telah diusik rengekan para buah hati. Lelaki sebaya Xavier keluar dengan menggunakan celana tidur bergambar beruang, kaos tanpa lengan berwarna putih, rambut dikuncir kecil-kecil yang dirinya yakini dari jemari lentik Zelin. Xavier bergeming tak menyangka melihat penampilan sang sahabat. Walau dari kejauhan Xavier mengigit bibir menahan tawa dibalik kaca bening mobilnya. Yang semakin membuat perut kian tergelitik adalah... Bandana melingkar kepala padahal rambut gondrong itu telah dikuncir mancung kecil-kecil.

Valko Aryasatya Bastian-- Mahasiswa semester akhir yang akrab disapa Valko saat di rumah, sedangkan Arya atau Satya saat di kampus. Tangan berurat itu menggenggam berbungkuskan hitam yang berisi pot dari luar negeri. Gerutuan kesal hilang kala ekor matanya mengamati objek baru melalui sela-sela gerbang. Netranya merasa asing dan heran kala mobil audi terparkir dengan mesin menyala. Aneka kalimat tanya terukir di benak.

Valko meletakkan pot di depan pintu secara asal. Prioritasnya saat ini adalah rasa penasaran. Valko membuka gerbang secara perlahan agar orang rumah yang lain tidak histeris. Memilih memutar gang demi berdiri di belakang mobil tanpa diketahui sang pemilik. Lamunan mengamati rumah di hadapan, bukan berarti membuat Xavier mengetahui bila sang sahabat di belakang mobil.

"Xa--Xavi?" Satu kata itu spontan terceletuk kalah melihat perawakan lelaki dari belakang, yang tentunya masih terhadang oleh kursi-kursi mobil.

Tak ingin penerkaanya salah berujung hal tak sesuai harapan, Valko mengitari mobil mendekat ke bagian supir. Kaca mobil bagian kanan kiri yang hitam, membuat netranya sulit memastikan perkiraan benak. Lelaki dengan rambut berwarna biru gelap itu menekan kaca sampingnya. Valko bergeming terpaku dibuatnya. Sosok sering dibahas orang tua beserta adiknya, yang tak lain juga sang sahabat sedari kecil kini tepat di depan mata sela-sekian lama.

"Hi bro!"

"L--lo?" Masih dengan rasa tak menyangka, membuat Valko terbata.

"Iya gue, Val. Dimana Vierra? Di rumahkan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Xavier, Valko justru mengucapkan perintah agar pemilik mobil keluar. "Keluar buru!"

Manakah ekspektasi kalian setelah Valko mengucapkan perintah. Pelukan, tos ala lelaki, atau kegiatan lainnya? Valko meninju Xavier dengan sikunya, kesal berselubung karena sang sahabat tidak memberitahu. Sedangkan sang adik sekaligus kekasih sang sahabat justru telah mengetahui. Manakah yang salah? Azelina tak bercerita atau Xavier tak memberi informasi?

"Kapan lo sampai Indo? Emang urusan London udah selesai? Bukannya seharusnya wisuda baru pulang, ya? Wah curiga gue sama lo dan adik gue."

"Kekuatan cinta dan rindu, Val. Makanya gue berhasil tetap wisuda di tanah air, selagi urusan sana udah selesai beberapa bulan."

"Yakin bukan karena lo nganu adik gue."

Bersahabat sejak lama membuat Xavier lebih santai dengan sang calon kakak ipar. Xavier mencapit kepala Valco, bahkan hingga membuka gerbang sendiri. Reaksi sama diberikan oleh wanita yang bergeming di depan pintu. Asing melihat lelaki yang mengapit putranya, sekaligus bertanya-tanya apa ulah yang dilakukan sang putra.

"Valco, sudah Mama bilang jangan nakal! Ayo minta maaf ke... Siapa namamu, Nak?"

Xavier tersenyum hangat, menahan geli karena terkesan berubah padahal sama saja. "Xavier Emran Pratama, Mami."

Mama Valco dan Vierra terpaku, hingga tak sadar apabila mulutnya terbuka. Wanita paruh baya itu spontan mendekap rindu, lelaki yang juga dirinya anggap sebagai putra kandung. Piama daster masih membungkus hangat serta, rambut acak-acakan sang gadis membuat Xavier bergeming melunturkan senyum hangat setelah menerima dekapan.

"Mi, Abang gak bisa dihubungi. Kayaknya Abang kebiasaan baterai habis nggak di charger," kata Azelin tak menyadari keadaan karena nyawa masih di kamar.

"Nak."

"Dek."

"Babe."

Kesadaran Zelin terkumpul sepenuhnya kala mendengar suara Xavier. Gadis itu spontan berlari kembali ke kamar, mengingat janji tertulis di layar handphone. Nyenyak tidur dan legitnya alam mimpi membuat gadis itu bak penderita amnesia. Kembali dengan pakaian rapi, Zelin menggaruk leher tak gatal, lalu duduk diantara sang kekasih dan Valko ntah sejak kapan juga telah rapi.

"Loh Abang kok rapi? Katanya kelas malam."

"Dimajuin dosennya jadi gue izin bareng kalian. Xavi udah setuju kok."

"Tapi--"

"Gak apa-apa kok, Babe."

"Tuh denger. Lo yang tetap depan deh."

Perdebatan di rumah tak bersambung hingga dalam mobil. Mobil hanya diisi percakapan hangat, membahas hari-hari tanpa Xavier dan Xavier menceritakan harinya di London. Gedung-gedung fakultas menjulang tinggi, Valco telah berpamitan terlebih dahulu. Ntah penerkaan keliru yang asal belaka dalam benak masing-masing, atau penerkaan itu merupakan realita kehidupan. Xavier merasa ada yang mencurigakan di Azelina, dan Azelina anehnya juga merasa demikian.

"Babe, bolehkah aku bertanya?"

"Hah? Oh tentu boleh. Apa yang hendak kau tanyakan?"

Xavier menatap pria di balik semak dan Azelina secara bergantian. "Kau mengawasi dosen belakangku bukan?"

"Tidak."

"Ya! Jelas-jelas netramu menatap belakangku!"

"Apa-apaan kau ini, Xav. Kubilang tidak ya tidak!"

"Apabila tidak maka mengapa bisa desas-desus tentang mahasiswi baru tak mengikuti MOS (Masa Orientasi Sekolah) dicurigai menjalin kasih dengan dosen baru bernama Arion Prakasa?!"

Azelina paling benci dibentak dan ditatap curiga tanpa bukti. Dia bersiap beranjak dari hadapan Xavier, berniat menuju ke gedung fakultasnya. Xavier terlebih dahulu mencengkeram erat pergelangan tangan Azelina, semburat ungu kebiruan seketika tercetak jelas. Azelina meringis membuat Arion bersembunyi hampir lupa.

"Lepaskan!"

"Kubilang lepaskan, Xav!"

"Xav, lepaskan!"

"Vierra Azelina Clarissa tak akan ku lepaskan kau sebelum mengaku desas-desus itu."

Azelina meronta-ronta merasakan pergelangan tangan kian perih. Ditambah keduanya tengah menjadi pusat perhatian publik. Azelina tak lagi berteriak, malas menambah opini macam-macam publik.

"Mas Ari, itu ada apa kok berkerumun?" tanya dosen perempuan penasaran, ditambah Arion bukannya melerai justru bersembunyi.

"Saya juga tidak tahu."

Mengernyit bingung sekaligus curiga dibuatnya. Netra dosen wanita itu terbelalak, kala Arion ntah kapan berpindah ke pusat kerumunan.

"Lepaskan Azelin!" perintah Arion.

Xavier tersenyum miring, lalu menatap jijik sang kekasih. Tangan itu dengan ringan pertama kali menampar Azelina. "Begini masih tak mau mengaku kau, Azelina?! Dasar wanita gatal!"

Azelina mengigit bibir bawahnya menahan isak tangis. Tamparan Xavier membuat wajah Azelina menoleh karena kencangnya. Arion spontan meninju bertubi-tubi tanpa arah Xavier.

"Banci sekali kau menampar Zelin! Jangan lakukan kekerasan padanya!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dosenku Calon Suamiku    Acara Di Bar

    Grup chat tak henti-henti diisi ramainya diskusi mengenai kepastian acara malam nanti. Sekitar pukul delapan malam, asisten dosen mengundang seluruh kelas Azelina untuk menuju ke bar. Katanya sih untuk perayaan penyambutan Robert. Semula para mahasiswa tak minat, karena budaya mereka tidaklah seperti orang luar. Ya, walau tempat tinggal mereka beberapa diisi orang luar negeri juga.WhatsApp grupFakultas Management C+62 822 6156 3013| Guys, ini nanti jadinya jam berapa?+62 822 1665 0331| Udah tanya Mr. Robert?+62 822 3103 6516| Mr-Mr kayak judul lagu aja.| Panggil Pak aja nggak sih? Toh, beliau juga di Indo bukan luar.+62 813 0642 0652| Iya kita darah lokal bukan luar berasa anak bule.+62 813 6024 6025| Pada belum tanya, ya?+62 813 2560 2460| Eh iya, gue lupa masukin grup Pak Richard.| Kita buat grup baru yang isinya ada Pak Richard

  • Dosenku Calon Suamiku    Asisten Dosen Baru

    Suasana kelas Azelina hari ini terlihat memanas. Ada umpan ada mangsa begitulah perumpamaan judul kelas hari ini. Desas-desus beredar membuat semua penasaran membuncah. Penasaran fisik, paras yang menjadi sebagai asisten dosen. Sekaligus mengapa dosen wanita itu dengan jenaka, baru beberapa saat pergantian semester tapi telah mengajukan cuti.Tak sebatas mengambil cuti ntah sampai kapan. Tetapi mengapa bisa dosen itu langsung mendapatkan, gambaran asisten dosen menggantikan selagi tak mengajar. Tak bisakah diganti dengan jam kosong atau tugas semata? Ntah mengapa pernyataan seseorang di internet yang pernah berkata 'Semakin jauh semester mahasiswa atau mahasiswi, mereka sering dibuat merasa salah pilih jurusan. Tetapi saat selesai skripsi barulah merasa bangga.'"Hari ini beneran udah diganti si dosen pengganti, Bu Ketu?" Berganti semester maka kelas Azelina juga sepakat, mengganti ketua kelas jadi perempuan."Kabarnya s

  • Dosenku Calon Suamiku    Pergantian Semester

    Suasana sarapan terkesan membosankan bagi gadis itu. Dia rasa lebih baik makan berdua saja dengan sang pria, tetapi hari terasa indah dan bersemangat sebangun tidur. Daripada demikian sudah hari ini pergantian semester, Arion tak bisa mengantar harus mengambil dokumen walau akan bertemu di kampus, sang kakak sibuk bekerja di perusahaan papa mereka. Uh, rasanya dia sangat ingin sekali melompati hari ini saja."Dek lo sakit, ya?"Azelina yang membisu walau diberi pertanyaan Valko, seketika membuat sang kepala keluarga meletakkan sejenak sendok dan garpunya untuk menyentuh dahi Azelina. "Kamu lagi ada masalah, Vi?"Masih membisu semata membuat ayah dan anak itu kompak saling pandang. Sang Mama menepuk lengan putrinya. "Nak, kamu kenapa? Sakitkah? Atau lagi ada masalah?"Bahkan walau sebatas lirikan pun tak terjadi. Azelina sebatas menatap hidangan sarapannya masih utuh. Dia menunduk tanpa merasakan pega

  • Dosenku Calon Suamiku    Kerja Kelompok

    "Jangan lupa ya hari ini ada kerja kelompok di rumahnya Bu Arion!""Loh jadinya di rumah si Azel?"Kelompok dibentuk dengan masing-masing terdiri dari lima orang. Tak ada yang memilih sendiri, melainkan dosen memilih secara acak sehingga tak terjadi pengasingan. Tak sebatas kelompok saja dibentuk, tetapi masing-masing ketua kelompok juga sang dosen yang menentukan. Protes dalam hati sebatas terpendam di masing-masing mahasiswa-mahasiswi semata.Gadis semula sibuk menghubungi kakaknya untuk meminta dijemput, apabila tengah di kampus seketika terhenti mengetikkan pesan. Atensi pada benda kotak pipih itu berganti menjadi, menatap kedua lelaki dan dua gadis di depannya. Ekspresi menyebalkan mampu Azelina baca dengan jelas. Sepertinya api akan membakar, apabila melihat jenis minyak dipegang Azelina.Gadis itu menghela nafas. Sebenarnya dia malas apabila status tetangga dan kekasih dirinya dan Arion terkua

  • Dosenku Calon Suamiku    Berangkat Bersama

    Bagaikan semut dan makanan, orang-orang itu seketika berkerumun. Perumpamaan layaknya semut saja terasa kurang, karena lisan itu menjelma bak hewan rayap. Rayap memakan kayu, dan orang-orang memakan orang secara hidup-hidup. Tidak-tidak dengan membunuh memakai senjata tajam, tetapi lisan dan netra mengalahkan senjata tajam dan racikan racun menjadi senjata."Eh, itu yang baru parkir bukannya mobil Pak Ari?""Loh bukannya keluar udah nggak jadi dosen, ya?""Ngarang lo kata adik gue sekelas sama Azel cuma cuti soalnya dinas kerjaan.""Eh, tapi bukannya pas kemarin kapan itu wajah Pak Ari yang masuk berita kota?""Kayaknya kalau gue nggak salah ingat sih iya. Tapi masak keliatan nggak sadar sama darah gitu tapi masih hidup?""Heh! Namanya juga tangan Tuhan siapa yang tahu?""Bisa aja kemarin itu bukan wajah Pak Ari.""Ma

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuliah dan Kerja

    Gadis itu menatap datar dan malas layar handphone-nya. Rentetan kalimat rayuan itu terasa hambar, terkalahkan dengan pahitnya akhir kalimat. Helaan nafas berat dia lakukan. Ntah salah ekspetasi atau kejamnya realita pun membingungkan diri.WhatsApp notifikasiPak Ari-Arion off| Gadisku.| Apakah masih memilih pakaian?| Perlu bantuan memilih?| Menurutku kamu memesona dalam pakaian apapun.| Dua tiga ikan lele, jangan kelamaan le. Nanti malam kita kemalaman buat makan lele.| Canda Neng. Ya kali bidadari dikasih makan lele sama raja.| Ayo cepat sedikit Zel, keburu kelasmu di mulai. Aku tidak bisa memaklumi loh apalagi aku masih cuti dan akan sibuk bekerja di perusahaan.Singkat, padat, mengesalkan sekali jelasnya. Masih cuti... Dua kata utama sukses membuat harinya terasa memburuk. Wajah gadis itu semula cerah seketika kembali masam. Padahal perkiraannya adalah tumpukan tu

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuraslah Uang Saya, Nona!

    Bak remaja tengah mengalami pubertas, pria berusia 40-an itu juga merasakan demikian. Judul lebih tepatnya adalah pubertas kedua kalinya. Sorot garang lelaki itu hilang dengan senyum tak kunjung luntur walau tak menggunakan formalin. Bau obat-obatan tak lagi tercium digantikan dengan parfum kesukaannya.Lelaki itu tak henti senyum-senyum sembari mengawasi penampilannya. Tak jauh berbeda dari sang pria, si gadis jauh lebih parah dengan bimbang memilih busana. Ya, pandangan buram serta membayang, tubuh lemas, gemetar, wajah pucat, halusinasi datang tak menentu semua sirna dalam sekedip. Seakan-akan berita hari kemarin tak pernah rilis, pertengkaran kemarin pun tak pernah terjadi.Mengabaikan kewajiban telah berhari-hari tak disentuh. Melupakan waktu dan tempat yang seharusnya ditapaki, kini keduanya lebih sepakat mengunjungi suatu tempat. Gedung bertingkat dengan tingkat kedinginan tak perlu diragukan. Aneka busana dan hidangan lokal maupun lu

  • Dosenku Calon Suamiku    Maukah Kamu?

    Tubuhnya masih terasa kaku keseluruhan. Semu-semu kebiruan juga belum pudar sebagai pembuktian beberapa hari lalu. Wajahnya berangsur tak begitu pucat, sejak indra penciuman menerima aroma semu-semu kedatangan Arion berada di apartemen. Terkesan lucu dan konyol memang bagi orang lain, tetapi bagi orang sekitar Azelina itu semua bukan masalah selagi gadis itu hendak kembali makan.Kewarasan sempat hilang dimakan berita kini perlahan kembali. Gadis itu menoleh ke sana kemari lalu menoleh ke bawah, tepatnya mengamati sang kakak rela tidur tidur di kasur bawah. Tatapannya terkunci menatap lamat-lamat Valko. Aneka pemikiran menghias benak, tak tahan minta diungkapkan namun sang penjawab masih terlelap lelah.Tak ingin menganggu tidur sang Kakak Azelina berniat ke luar kamar. Suara bising dibuat Azelina membuat Valko terbangun walau masih dalam mata tertutup. Senyum miring terukir kala kaki Azelina hendak melewati tubuhnya, beruntung dia memilih tidur tak jauh dari pin

  • Dosenku Calon Suamiku    Kejutan Atau Halusinasi?

    Wajah ayunya yang kini telah berubah bak mayat hidup, yang kian terasa buruk. Beberapa memar dan luka memang berujung memperburuk keindahan kulitnya. Tak sebatas semburat kebiruan, melainkan beberapa luka dengan darah juga muncul. Tak ada perih atau keram dirasa oleh gadis itu, selain hatinya yang terasa perih dan dingin.Sorot matanya masih terasa hampa tanpa hidup dan harapan. Langkahnya tak sekokoh tanaman di taman. Bibirnya tak sesegar buah baru dipetik. Dinginnya suhu tubuh tak sedingin lemari pendingin memang, tetapi tak sehangat suhu manusia pada umumnya. Pandangan gadis itupun tak begitu jelas, tak seperti kala mengurung diri di kamar.Ntah berapa lama dirinya tak sadarkan diri. Bahkan dia juga penasaran bagaimana bisa terbangun dengan indera penciuman dipenuhi oleh obat? Apakah dia sehabis menyusul Pak Arion? Apabila iya dimana dan bagaimana kabar terbaru prianya itu kini?Kening gadis tersebut berulang ka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status