Home / Romansa / Dosenku Calon Suamiku / Ada Apa Di Kerumunan?

Share

Ada Apa Di Kerumunan?

Author: Atma Anatya
last update Last Updated: 2023-11-21 22:07:42

Tinggi, kekar, tampan, pintar, kaya, mapan di usia muda. Rasanya bukankah rentetan kalimat tadi cukup menjabarkan kesan kesempurnaan, lelaki dengan setelan jeans yang di dalamnya dirangkap kaos putih polos? Bahkan dimanapun berada lelaki ini mendapatkan perlakuan sama kala di tempat ini. Tak sebatas sepasang dia pasang netra saja yang memandang, puluhan mahasiswi menatap kagum dan lapar. Berbeda dengan tatapan diberikan mahasiswi, para mahasiswa justru menatap iri pesona lelaki bersetelan jeans.

Tak memberi tahu kabar kebahagiaan ini pada sang kekasih yang telah menunggu. Xavier berhasil menyelesaikan acara studinya di London, lebih cepat dari target yang diberikan. Tenang saja walau dikerjakan secara cepat-cepatan, bukan berarti hasil pekerjaan mahasiswa cerdas ini dikatakan tak memuaskan. Walau dengan sedikit dorongan dana orang tua, juga bukan berarti membuat Xavier manja. Kini tugas di kampus ini hanya beberapa langka lagi hingga kelulusan.

Menatap rindu bangunan bertingkat telah bertahun-tahun dia pijak, bangunan ini pula yang sempat dirinya tinggal. Padahal bangunan ini terdapat gadisnya. Gadis telah dirinya pacari sedari lama hasil berteman dengan kakak sang gadis. Walaupun dengan suara berbisik-bisik tak membuat Xavier mendengar secara semu-semu.

"Siapa dia?"

"Apakah kampus kita memiliki aktor, penyanyi, atau model diam-diam?"

"Hei-hei, apakah tahu siapa dia?"

"Apakah dia mahasiswa London ya?"

"Mana mungkin jadwal kembalinya saja masih beberapa bulan."

"Hei! Bisa saja dia menyelesaikan lebih cepat dengan sogokan nafsu atau uang?"

"Mulut kau! Bagaimana bila ada yang mendengar lalu dilaporkan?*

"Tampan sekali apa yang dimakan ibu mahasiswa itu ya?"

"Aish, anda aku tampan pasti juga mendapatkan bisikan demikian pula."

"Enaknya menjadi orang tampan."

Rangkaian kalimat dari tiap lisan, membuat dada Sean membusung rasanya. Senyum tipis terukir menampilkan lesung pipi secara semu-semu. Netra elang itu bak balita kala menatap sang ibu kembali ke rumah. Xavier memeluk erat walau dari belakang sang gadis. Aroma parfum masih sama membuat benak tersadar, rumahnya masih tetap sama walau berbulan-bulan dia tak menampakkan batang hidung.

"Hei! Stop it! (Hai! Hentikan!)"

"Kubilang berhenti!"

"Aku akan berteriak kalau kau tak berhenti!" ancam sang gadis yang tak sekadar gurauan belaka.

Seperti saat sebelum kepergiannya ke London, Xavier membekap mulut Zelin. Mengingat gadisnya jarang menuturkan bualan. Zelin mengernyit, bergeming, menatap kosong tangan lebar lelaki yang tampaknya tak asing di hati. Rasa penasaran membuat Zelin membodohi diri sendiri, padahal beberapa saat lalu tahu bila tengah di keramaian. Dekapan tiba-tiba Zelin tak membuat Xavier merasa kaku, dia tak kalah gesit dengan langsung membalas dekapan lebih hangat nan erat.

"Ka--Kak Xa--Xavi?"

"Kak, ini benar kau?!"

Xavier terkekeh gemas, mengusap hidung mancungnya ke hidung Zelin, lalu menganggukkan kepala membenarkan. Zelin menarik kerah baju jeans Xavier, menatap lekat-lekat dari kedekatan.

"Kak, kenapa tak menghubungiku bila kembali? Jangan-jangan Kak Xavier janjian ya sama Kak Valko!" Masih belum mengendurkan jarak, Zelin menatap sengit Xavier sembari bibirnya maju.

Euforia dari menanti orang yang dinanti berbulan-bulan lamanya, membuat Zelin mengabaikan sekitar. Kini keadaan kompak menjadikan Zelin dan Xavier sebagai pusat fokus. Teman-teman sekelas Zelin bahkan terabaikan sedari kedatangan kakak tingkatnya. Xavier mengedarkan pandangan sebelum membalas penuturan Zelin, sang gadis mengikuti arah pandang kekasihnya lalu menunduk merasa malu.

"Tampaknya kalian perlu banyak waktu."

"Bagaimana bila kita menepi dari sini?"

"Ide bagus biarkan Zelin dan Xavier memiliki ruang."

Kelima mahasiswa-mahasiswi teman Zelin kembali ke kelas. Kepergian teman-teman sekelas Zelin membuat, mahasiswa-mahasiswi lain ikut menjauh dari Zelin dan Xavier. Kedua lelaki berbeda status bagi Zelin mengawasi dari kejauhan. Berbeda status maka berbeda reaksi pula melihat objek semula dikerumuni.

Bak pemangsa kecewa menatap target buruannya, Arion menatap Zelin dan Xavier dengan perasaan campur aduk. Dia kecewa walau tak memiliki status. Apakah karena cantik jelita sehingga Zelin mendekap dua pria? Kira-kira apakah ada lelaki lain lagi? Mana yang lebih Zelin sayangi?

Tak seperti Arion kala menatap kemesraan mahasiswinya bersama kekasih hati, Jaladri menatap bahagia momen di hadapannya. Waktu yang dinanti-nanti dirinya tiba lebih awal. Dia harap kembalinya Xavier membuat isu Zelin dengan dosen sirna.

Semilir angin tak membuat Xavier lelah-lelah, menepikan poni yang menghadang wajah ayu gadis idamannya. Zelin sangat bahagia akhirnya sang kekasih kembali. Dia tak lagi dituding menjadi selingkuhan Jaladri, ataupun berhubungan spesial dengan dosen.

"Kapan kau pulang, Kak?"

"Babe, kita hanya berdua saja loh. Yakin ingin memanggil Kak terus? Ayo dong panggil aku seperti dulu kala usiamu 17 tahun."

Semburat merah muncul tanpa mantra terucap, membuat Zelin mengalihkan pandangan. Kenangan kembali ke permukaan, mengingat waktu diutarakan Xavier. "Sa--sayang?"

Momen dirindukan Xavier selama di London benar-benar membuahkan hasil manis. Xavier menarik tengkuk Zelin, menekuk surai, lalu menekan kepala Zelin. Beruntunglah mereka memilih taman sebagai tempat pelepas rindu. Melihat wajah merah padam Zelin pertanda kehabisan nafas membuat Xavier tersadar.

"Sayang, aku curiga selama kau di London tiga tahun ternyata adalah pemain handal," kata Zelin setengah menuduh dan bercampur gurauan.

Xavier menegang dibuatnya, mengetatkan rahang, meneguk ludah, lalu tersenyum kikuk berharap tak diketahui sang kekasih. Tertawa sumbang membalas gadis di hadapannya, " Mana mungkin aku berselingkuh dari si cantik jelita ini." Mengusap ujung kepala hingga pinggang Zelin, berakhir dengan mendekap pinggul Zelin.

"Kau ini... Oh ya Sayang, kapan kau tiba di tanah air? Mengapa tak menghubungiku bila kembali?"

Xavier menggaruk alis tebalnya tiba-tiba terasa sangat gatal. Menatap burung-burung tengah berdialog di pohon, memutar otak mencari jawaban kiranya tepat dan dipercayai. "Handphone-ku dicuri seseorang saat di bandara."

Lagi-lagi Zelin menatap lekat-lekat sang kekasih dari jarak yang tipis, mencari kebohongan kala nada bicara semu-semu tersirat. "Bandara tanah air?"

"Tidak. Melainkan bandara internasional London, Babe."

Zelin menganggukkan kepala pertanda percaya, sekaligus tak ingin memperpanjang mengantisipasi pertengkaran. Cerahnya angkasa mendukung kisah asmara Zelin kembali. Mengerti betapa lelahnya penerbangan London ke tanah air, membuat Zelin mempersilahkan pahanya menjadi bantalan.

Ketampanan Xavier berpadu birunya langit, menjadi pemandangan terindah nan candu bagi Zelin. Cukup lama mengusap surai Xavier sembari menceritakan kehidupan selama mereka tak bersama, akhirnya membuat Xavier terlelap dengan menyembunyikan wajah di perut Zelin. Cukup mabuk dengan Xavier, membuat Zelin menyadari dia dipantau sedari tadi. Zelin menoleh ke sana kemari, mencari netra yang membuatnya merasa diamati.

Netra itu terkunci kala mendongak menatap jauhnya jarak taman dengan ruang guru. Walau berjarak jauh tetapi tak membuat, keduanya bergeming saling menatap lekat. Dengan suara hati yang ntah terangkai kalimat berapa banyak jumlah kata dan barisnya.

"Pa--Pak Arion."

"Xavier mengernyit disela-sela pejaman matanya. Siapa pemilik nama itu? Apa hubungannya dengan sang kekasih? Mengapa nama itu disebut dengan nada demikian oleh sang kekasih?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosenku Calon Suamiku    Acara Di Bar

    Grup chat tak henti-henti diisi ramainya diskusi mengenai kepastian acara malam nanti. Sekitar pukul delapan malam, asisten dosen mengundang seluruh kelas Azelina untuk menuju ke bar. Katanya sih untuk perayaan penyambutan Robert. Semula para mahasiswa tak minat, karena budaya mereka tidaklah seperti orang luar. Ya, walau tempat tinggal mereka beberapa diisi orang luar negeri juga.WhatsApp grupFakultas Management C+62 822 6156 3013| Guys, ini nanti jadinya jam berapa?+62 822 1665 0331| Udah tanya Mr. Robert?+62 822 3103 6516| Mr-Mr kayak judul lagu aja.| Panggil Pak aja nggak sih? Toh, beliau juga di Indo bukan luar.+62 813 0642 0652| Iya kita darah lokal bukan luar berasa anak bule.+62 813 6024 6025| Pada belum tanya, ya?+62 813 2560 2460| Eh iya, gue lupa masukin grup Pak Richard.| Kita buat grup baru yang isinya ada Pak Richard

  • Dosenku Calon Suamiku    Asisten Dosen Baru

    Suasana kelas Azelina hari ini terlihat memanas. Ada umpan ada mangsa begitulah perumpamaan judul kelas hari ini. Desas-desus beredar membuat semua penasaran membuncah. Penasaran fisik, paras yang menjadi sebagai asisten dosen. Sekaligus mengapa dosen wanita itu dengan jenaka, baru beberapa saat pergantian semester tapi telah mengajukan cuti.Tak sebatas mengambil cuti ntah sampai kapan. Tetapi mengapa bisa dosen itu langsung mendapatkan, gambaran asisten dosen menggantikan selagi tak mengajar. Tak bisakah diganti dengan jam kosong atau tugas semata? Ntah mengapa pernyataan seseorang di internet yang pernah berkata 'Semakin jauh semester mahasiswa atau mahasiswi, mereka sering dibuat merasa salah pilih jurusan. Tetapi saat selesai skripsi barulah merasa bangga.'"Hari ini beneran udah diganti si dosen pengganti, Bu Ketu?" Berganti semester maka kelas Azelina juga sepakat, mengganti ketua kelas jadi perempuan."Kabarnya s

  • Dosenku Calon Suamiku    Pergantian Semester

    Suasana sarapan terkesan membosankan bagi gadis itu. Dia rasa lebih baik makan berdua saja dengan sang pria, tetapi hari terasa indah dan bersemangat sebangun tidur. Daripada demikian sudah hari ini pergantian semester, Arion tak bisa mengantar harus mengambil dokumen walau akan bertemu di kampus, sang kakak sibuk bekerja di perusahaan papa mereka. Uh, rasanya dia sangat ingin sekali melompati hari ini saja."Dek lo sakit, ya?"Azelina yang membisu walau diberi pertanyaan Valko, seketika membuat sang kepala keluarga meletakkan sejenak sendok dan garpunya untuk menyentuh dahi Azelina. "Kamu lagi ada masalah, Vi?"Masih membisu semata membuat ayah dan anak itu kompak saling pandang. Sang Mama menepuk lengan putrinya. "Nak, kamu kenapa? Sakitkah? Atau lagi ada masalah?"Bahkan walau sebatas lirikan pun tak terjadi. Azelina sebatas menatap hidangan sarapannya masih utuh. Dia menunduk tanpa merasakan pega

  • Dosenku Calon Suamiku    Kerja Kelompok

    "Jangan lupa ya hari ini ada kerja kelompok di rumahnya Bu Arion!""Loh jadinya di rumah si Azel?"Kelompok dibentuk dengan masing-masing terdiri dari lima orang. Tak ada yang memilih sendiri, melainkan dosen memilih secara acak sehingga tak terjadi pengasingan. Tak sebatas kelompok saja dibentuk, tetapi masing-masing ketua kelompok juga sang dosen yang menentukan. Protes dalam hati sebatas terpendam di masing-masing mahasiswa-mahasiswi semata.Gadis semula sibuk menghubungi kakaknya untuk meminta dijemput, apabila tengah di kampus seketika terhenti mengetikkan pesan. Atensi pada benda kotak pipih itu berganti menjadi, menatap kedua lelaki dan dua gadis di depannya. Ekspresi menyebalkan mampu Azelina baca dengan jelas. Sepertinya api akan membakar, apabila melihat jenis minyak dipegang Azelina.Gadis itu menghela nafas. Sebenarnya dia malas apabila status tetangga dan kekasih dirinya dan Arion terkua

  • Dosenku Calon Suamiku    Berangkat Bersama

    Bagaikan semut dan makanan, orang-orang itu seketika berkerumun. Perumpamaan layaknya semut saja terasa kurang, karena lisan itu menjelma bak hewan rayap. Rayap memakan kayu, dan orang-orang memakan orang secara hidup-hidup. Tidak-tidak dengan membunuh memakai senjata tajam, tetapi lisan dan netra mengalahkan senjata tajam dan racikan racun menjadi senjata."Eh, itu yang baru parkir bukannya mobil Pak Ari?""Loh bukannya keluar udah nggak jadi dosen, ya?""Ngarang lo kata adik gue sekelas sama Azel cuma cuti soalnya dinas kerjaan.""Eh, tapi bukannya pas kemarin kapan itu wajah Pak Ari yang masuk berita kota?""Kayaknya kalau gue nggak salah ingat sih iya. Tapi masak keliatan nggak sadar sama darah gitu tapi masih hidup?""Heh! Namanya juga tangan Tuhan siapa yang tahu?""Bisa aja kemarin itu bukan wajah Pak Ari.""Ma

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuliah dan Kerja

    Gadis itu menatap datar dan malas layar handphone-nya. Rentetan kalimat rayuan itu terasa hambar, terkalahkan dengan pahitnya akhir kalimat. Helaan nafas berat dia lakukan. Ntah salah ekspetasi atau kejamnya realita pun membingungkan diri.WhatsApp notifikasiPak Ari-Arion off| Gadisku.| Apakah masih memilih pakaian?| Perlu bantuan memilih?| Menurutku kamu memesona dalam pakaian apapun.| Dua tiga ikan lele, jangan kelamaan le. Nanti malam kita kemalaman buat makan lele.| Canda Neng. Ya kali bidadari dikasih makan lele sama raja.| Ayo cepat sedikit Zel, keburu kelasmu di mulai. Aku tidak bisa memaklumi loh apalagi aku masih cuti dan akan sibuk bekerja di perusahaan.Singkat, padat, mengesalkan sekali jelasnya. Masih cuti... Dua kata utama sukses membuat harinya terasa memburuk. Wajah gadis itu semula cerah seketika kembali masam. Padahal perkiraannya adalah tumpukan tu

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuraslah Uang Saya, Nona!

    Bak remaja tengah mengalami pubertas, pria berusia 40-an itu juga merasakan demikian. Judul lebih tepatnya adalah pubertas kedua kalinya. Sorot garang lelaki itu hilang dengan senyum tak kunjung luntur walau tak menggunakan formalin. Bau obat-obatan tak lagi tercium digantikan dengan parfum kesukaannya.Lelaki itu tak henti senyum-senyum sembari mengawasi penampilannya. Tak jauh berbeda dari sang pria, si gadis jauh lebih parah dengan bimbang memilih busana. Ya, pandangan buram serta membayang, tubuh lemas, gemetar, wajah pucat, halusinasi datang tak menentu semua sirna dalam sekedip. Seakan-akan berita hari kemarin tak pernah rilis, pertengkaran kemarin pun tak pernah terjadi.Mengabaikan kewajiban telah berhari-hari tak disentuh. Melupakan waktu dan tempat yang seharusnya ditapaki, kini keduanya lebih sepakat mengunjungi suatu tempat. Gedung bertingkat dengan tingkat kedinginan tak perlu diragukan. Aneka busana dan hidangan lokal maupun lu

  • Dosenku Calon Suamiku    Maukah Kamu?

    Tubuhnya masih terasa kaku keseluruhan. Semu-semu kebiruan juga belum pudar sebagai pembuktian beberapa hari lalu. Wajahnya berangsur tak begitu pucat, sejak indra penciuman menerima aroma semu-semu kedatangan Arion berada di apartemen. Terkesan lucu dan konyol memang bagi orang lain, tetapi bagi orang sekitar Azelina itu semua bukan masalah selagi gadis itu hendak kembali makan.Kewarasan sempat hilang dimakan berita kini perlahan kembali. Gadis itu menoleh ke sana kemari lalu menoleh ke bawah, tepatnya mengamati sang kakak rela tidur tidur di kasur bawah. Tatapannya terkunci menatap lamat-lamat Valko. Aneka pemikiran menghias benak, tak tahan minta diungkapkan namun sang penjawab masih terlelap lelah.Tak ingin menganggu tidur sang Kakak Azelina berniat ke luar kamar. Suara bising dibuat Azelina membuat Valko terbangun walau masih dalam mata tertutup. Senyum miring terukir kala kaki Azelina hendak melewati tubuhnya, beruntung dia memilih tidur tak jauh dari pin

  • Dosenku Calon Suamiku    Kejutan Atau Halusinasi?

    Wajah ayunya yang kini telah berubah bak mayat hidup, yang kian terasa buruk. Beberapa memar dan luka memang berujung memperburuk keindahan kulitnya. Tak sebatas semburat kebiruan, melainkan beberapa luka dengan darah juga muncul. Tak ada perih atau keram dirasa oleh gadis itu, selain hatinya yang terasa perih dan dingin.Sorot matanya masih terasa hampa tanpa hidup dan harapan. Langkahnya tak sekokoh tanaman di taman. Bibirnya tak sesegar buah baru dipetik. Dinginnya suhu tubuh tak sedingin lemari pendingin memang, tetapi tak sehangat suhu manusia pada umumnya. Pandangan gadis itupun tak begitu jelas, tak seperti kala mengurung diri di kamar.Ntah berapa lama dirinya tak sadarkan diri. Bahkan dia juga penasaran bagaimana bisa terbangun dengan indera penciuman dipenuhi oleh obat? Apakah dia sehabis menyusul Pak Arion? Apabila iya dimana dan bagaimana kabar terbaru prianya itu kini?Kening gadis tersebut berulang ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status