Home / Romansa / Dosenku, Musuhku, Suamiku / Bab 23. Kembali ke Rumah

Share

Bab 23. Kembali ke Rumah

Author: Agniya14
last update Last Updated: 2025-09-12 00:15:16

Udara sore masih terasa lembap saat perawat mendorong kursi roda Vivi menuju lobi rumah sakit. Wajah Vivi pucat, matanya sayu. Tangannya sesekali meremas lengan kursi, seolah menahan rasa lelah yang masih menghantui.

“Silakan, Pak. Sudah bisa langsung pulang,” ucap perawat sambil membantu membuka pintu mobil.

Giorgio menghela napas, lalu menunduk menatap Vivi. Tanpa berkata apa-apa, ia membungkuk dan mengangkat tubuh mungil istrinya ke dalam pelukan. Vivi terkejut, tapi terlalu lemah untuk menolak.

Ia menurunkan Vivi perlahan ke kursi mobil, memastikan sabuk pengaman terpasang dengan benar. Setelah itu, Giorgio mengucapkan terima kasih pada perawat lalu menutup pintu mobil.

Sepanjang perjalanan, mobil hanya diisi suara mesin dan sesekali deru kendaraan lain yang melintas. Vivi menatap keluar jendela, pikirannya entah ke mana. Giorgio melirik beberapa kali, ingin membuka percakapan, tapi kata-kata seakan tertahan di tenggorokan.

Sesampainy
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 67. Temani Jalan, La

    Mi instan dalam mangkuk sudah tandas sejak tadi. Namun, rasa gurihnya masih menempel samar di lidah. Vivi meneguk air putih banyak-banyak, berharap cairan itu bisa menetralisir sekaligus menenangkan pikirannya. Ia kembali mengikuti kuliah, mencoba fokus pada penjelasan dosen yang entah mengapa terdengar seperti gumaman jauh di depan kelas. Sesekali matanya melirik jam tangan. Lima menit lagi. Begitu dosen keluar, Vivi langsung menyambar bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Namun, baru saja ritsletingnya ditarik separuh, sebuah tangan menahan gerakan itu.“Vi, jangan keluar dulu." Suara Antonio rendah, seolah takut didengar orang lain. “Ada hal penting yang mau aku katakan.”Vivi mengangkat wajahnya perlahan. Tatapannya datar, bahkan sedikit jengkel.“Hal penting apa? Mau ngajak aku ke rumahmu lagi? Sorry, aku capek. Pengen pulang.”Antonio terdiam. Ia melirik ke pintu kelas, menunggu sampai semua mahasiswa meninggalkan ruang

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 66. Gara-gara Mi Instan

    Vivi mendecih pelan. Dia mengetik balasan, lalu menghapusnya lagi. Pada akhirnya, dia memilih tidak membalasnya sama sekali.Setelah makan, Vivi mengganti baju, mencuci muka, lalu merebahkan diri di kasur. Lampu kamar hanya menyisakan satu bohlam temaram. Tubuhnya rileks, tapi pikirannya belum benar-benar tenang.Hari sudah malam ketika Giorgio akhirnya tiba di apartemen. Suara langkah kakinya yang menggema pelan. Begitu membuka pintu, dia langsung melepas sepatu di sana. Cahaya ruangan apartemen redup, hanya lampu kecil di sudut ruang tamu yang menyala. Giorgio berjalan perlahan ke kamar. Dengan hati-hati ia membuka pintu dan langsung menekan saklar lampu.Cahaya kuning memenuhi ruangan, menyingkap sosok Vivi yang terlelap di ranjang. Gadis itu tidur miring dengan selimut menutupi separuh tubuhnya, napasnya teratur.Dia tidak membangunkannya. Vivi terlihat kelelahan. Giorgio mengambil pakaian rumah dari lemari, lalu menuju kamar mandi.

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 65. Pesan dari Antonio

    Kampus mulai lengang ketika jam digital di dinding kelas menunjukkan pukul 16.30. Mahasiswa berbondong-bondong keluar dari kelas terakhir, sebagian langsung menuju parkiran, sebagian lagi nongkrong di tangga sambil bercanda. Vivi memeluk buku di dadanya, berniat langsung pulang sebelum langit gelap. Ia lupa kalau Antonio sempat bilang akan menjemput. Karena itu, langkahnya terhenti. Ia kaget saat melihat sosok pria itu duduk di bangku panjang tepat di depan pintu kelasnya.Antonio terlihat santai, satu kaki disilangkan, tangan memainkan ponsel. Begitu Vivi muncul, dia langsung berdiri.“Ngapain kamu di sini?” tanya Vivi spontan, alisnya terangkat heran.Antonio menyampirkan tas ke bahu. “Aku kan udah bilang mau nungguin kamu.”Vivi menghela napas pendek. “Aku juga udah bilang nggak usah nungguin aku, kan?”Antonio tersenyum tipis, seolah angin lalu. “Ayo ikut ke parkiran. Aku antar pulang.”Vivi menggeleng cepat, langkahnya berusaha menghindari kontak mata. “Maaf ya, Ton. Aku bisa pu

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 64. Belum Menyerah

    “Hah? Biasanya juga tidur di kamar, tapi nggak pernah bilang,” ucap Vivi tanpa menoleh. Nada suaranya datar, tapi ada sedikit keheranan yang terselip.Giorgio berdiri di ambang dapur. “Beberapa hari kemarin aku tidur di sofa,” katanya pelan. “Malam ini aku mau tidur di kamar.”Vivi membalik halaman bukunya. “Ya nggak perlu bilang, kan? Langsung aja tidur di kamar.”Giorgio sempat membuka mulut, tapi menutupnya lagi. Tidak ada yang perlu dibantah. Dia hanya berdiri beberapa detik sebelum akhirnya menuju meja kecil. .Vivi menghabiskan makan malam. Ia bangkit, mengangkat mangkuk dan gelasnya, lalu membilasnya sekilas di wastafel.“Taruh aja situ, nanti aku cuci sekalian,” ucap Giorgio saat melihat Vivi menumpuk piring.“Nggak apa-apa,” jawab Vivi tanpa menoleh. Selesai merapikan piring, Vivi kembali ke ruang tengah. Lampu ruangannya temaram, hanya satu standing lamp menyala di sudut. Dia duduk di ujung sofa, bersila,

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 63. Tidur di Kamar

    Setelah telepon terakhir itu, Antonio benar-benar tak menghubungi Vivi lagi. Tak ada pesan masuk, tak ada panggilan tak terjawab. Vivi menghela napas lega. Malam menjelang, ia memutuskan mandi agar pikirannya lebih segar. Ia mengenakan kaus abu-abu longgar dan celana panjang berbahan katun. Rambutnya ia biarkan tergerai, masih sedikit basah.Dari balik pintu kamarnya, terdengar suara berisik dari dapur. Vivi melirik ke arah sana. Giorgio sudah berganti pakaian, kaus hitam polos dan celana panjang. Dia terlihat berbeda. Terlihat lebih santai. Jika mengenakan kemeja dan celana bahan pria itu terlihat lebih berwibawa. Giorgio membuka-buka pintu lemari dapur, memeriksa satu per satu rak dan laci.Vivi berjalan pelan keluar. “Nyari apa?” tanyanya sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Giorgio melirik sekilas, lalu menghela napas pendek. “Stok bahan buat masak besok habis. Telur tinggal dua, sayur udah nggak layak, bahkan nasi pun nggak ada.” Ia menutup laci terakhir dan merapika

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 62. Lega

    “Sudahlah, Antonio. Aku nggak akan datang,” ucap Vivi datar sambil menutup bukunya.Antonio yang sejak tadi bersandar di tepi meja langsung menegakkan tubuh. Rahangnya mengencang, matanya menatap Vivi tanpa berkedip.“Ya terus kamu maunya apa supaya datang?” tanyanya serius, nada suaranya lebih berat dari sebelumnya.Vivi menoleh sebentar lalu mengangkat alis santai. “Nggak ada,” sahutnya pendek. “Itu jawabannya.”Tanpa menunggu reaksi, Vivi memasukkan buku ke tas dan berdiri. Ia berjalan melewati deretan bangku kuliah tanpa sedikit pun menoleh ke arah Antonio. Antonio hanya bisa mengikuti punggung Vivi dengan tatapan tajam. Jemarinya mengepal di samping tubuh, napasnya tertahan seolah mencoba menahan kesal.“Dia pikir bisa seenaknya aja nolak?” gumamnya pelan. Namun, Vivi sudah menghilang di ambang pintu, tak tertarik lagi meladeni perdebatan apa pun.Antonio masih terpaku di tempatnya, rahangnya mengera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status