Andrew mematut diri melihat pantulan wajahnya dari kaca spion tengah mobil.
Dia ingin memastikan bahwa Zeya masih miliknya. Hati Andrew belum bisa tenang saat melihat rekaman video yang direkam oleh adik perempuannya, Arleen.
Oleh sebab itu, Andrew saat ini berada di balik kemudi mobil hanya untuk menguntit kediaman Zeya.
&+&+&
Sabtu siang di kediaman Zefanya ...."Ma, kapan kita berangkat ke toko buku," Tanya Anze menopang kepalanya dengan dua tangan bertumpu pada meja makan.
Zeya sedang menghabiskan menu makan siang yang dia masak.
Berhubung Lenna dan Kiki masih tinggal di rumah Zeya, Zeya bisa memasak dalam porsi banyak.
"Sabar ya Anze. Lihat nih, mama belum selesai makan," Ucap Zeya dengan mulut penuh makanan.
Lenna dan Kiki masih asyik menikmati makan siang mereka.
"Masakan Mama Zeya enak gak Anze?" Tanya Lenna sengaja mengalihkan rasa bosan Anze dengan bercakap
Menikmati siang hari dengan bercakap bersama anak kecil, tentu saja tidak pernah Andrew alami sebelumnya. Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, Andrew merasa cukup nyaman bersama anak-anak. "Om Andrew mau ikut Anze jalan-jalan ke mall?" Tanya Anze dengan wajah bersemangat. Anze yang lugu tidak menyadari niat tersembunyi Andrew yang memang "ingin ikut" ke manapun Anze dan Zeya pergi. "Kamu mau jalan-jalan sama Mama Zeya?" Tanya Andrew berpura-pura tidak tahu apa pun. Akting Andrew yang menyakinkan serta kepolosan anak seusia Anze, membuat Anze tentu saja bersikap jujur. Anze yang tengah berdiri di samping Andrew, menceritakan secara jujur mengenai rencana Anze hari ini. Andrew berdiri diam di depan mobil, dengan tubuh bersandar pada bamper mobil, bersedekap, mendengar dengan tekun setiap patah kata yang diucapkan Anze. @)@)@ "Len, aku susulin Anze dulu ya di taman," Ucap Zeya, bangkit ber
Anze menggoyang lengan Mama Zeya karena sang mama hanya diam tak membalas sapaan teman barunya."Ma, Om Andrew boleh ikut kita jalan-jalan ke mall, bukan?" Tanya Anze yang tidak menyadari situasi tegang di sekitarnya.Zeya merutuki sikap polos Anze hingga ramah terhadap pria sejahat Andrew."Hush push," bisik Zeya dengan suara pelan.Telinga Andrew masih bisa menangkap ucapan pelan Zeya. Wanita-nya masih ingat kode rahasia mereka.Pikiran Andrew melayang kembali ke masa lampau.$:@:$Malam itu Andrew kembali pulang larut karena habis menghadiri party di salah satu rumah teman kuliahnya.Saat ini sudah hampir tengah malam, Anna, kekasihnya memilih menginap di rumah teman kuliahnya.Sedangkan Andrew memilih untuk tetap pulang ke apartemennya. Andrew tetap kembali ke apartemennya karena tidak ingin membiarkan teman baiknya menunggu lama di flat apartemennya.Andrew menempelkan kartu di pintu l
*Sial, kenapa lagi si Andrew malah nonggol di depan rumahku. Jangan-jangan dia mau mengambil Anze dariku*Mata Zeya menatap gerak gerik Andrew dengan tatapan intens. Membuat Zeya menyadari bahwa kini gelagat Andrew semakin aneh."Ma, Om Andrew kenapa lagi ya. Kok pipinya memerah seperti buah tomat," bisik Anze berjinjit supaya Zeya bisa mendengar suara pelannya.Zeya sendiri juga kaget sendiri ketika melihat tingkah laku absurd Andrew kini yang dulunya tidak pernah seperti ini.Suasana di depan kediaman Zeya semakin terasa panas terik karena matahari sudah tepat berada di atas kepala mereka bertiga. Anze yang berdiri di dekat Andrew memilih beringsut mundur ketika matanya melihat isyarat kode berupa lambaian tangan Zeya yang menyuruh Anze menjauh.Patuh. Anze tentu saja mematuhi titah mamanya.Selangkah demi selangkah Anze memundurkan tubuhnya agar tidak disadari sosok pria yang kini diam terpaku berdiri dengan kepala menun
Ternyata menjadi manager pemasaran di perusahan sebesar Maxima bisa membuat cara berpakaian Zeya ikut berubah.Selama hampir sepuluh tahun bekerja di dua perusahaan, baru kali ini seorang Zefanya mendapat kritikan pedas dari atasan perihal seragam kerja.Alin mendatangi kubikel meja kerja Zeya untuk mengajak "gebetan" pergi menemui klien baru."Ze, ikut aku keluar. Kita akan menemui tiga calon distributor baru," ujar Alin dengan mengetuk dinding kubikel meja yang Zeya tempati.Sontak saja beberapa pasang mata yang berada di lantai yang sama dengan Zeya, melirik dan mencuri dengar percakapan antara atasan mereka dengan Zeya.Zefanya mengangguk menanggapi ucapan Arleen. Dirinya pun sudah mempersiapkan berkas sebagai bahan untuk presentasi di hadapan calon pembeli. Beberapa barang pribadinya seperti ponsel, dompet, dan notes, dia masukkan secara sembarang ke dalam tas kerjanya.Lalu Zeya mengambil blazer tua kesayangannya dari belak
Berulangkali Zeya menarik turun rok putih (yang dipinjamkan Alin padanya) tengah terbalut ditubuhnya.Risih dan maluUsia Alin yang masih dua puluh dua tahun tentu masih pantas bila memakai rok seperti ini. Berbeda dengan Zeya yang merasa risih karena berpikir sudah terlalu tua untuk berpakaian semodis ini.Beberapa pasang mata pria pun melirik ke arah Zeya sejak Zeya turun dari mobil Alin.Alin menyadari bahwa pakaian miliknya cukup menganggu Hingga membuat Zeya bersikap malu menjadi pusat perhatian kaum Adam.Tentu saja wanita muda yang berjalan beriringan bersama-sama Zeya menyadari rasa canggung serta sikap menganggu para pria. Alin hanya berpura abai saja."Alin, please lain kali jangan pinta aku memakai baju seperti ini. Malu tahu," Zeya menggerutu dengan berbisik pelan di dekat telinga Alin.Suasana di salah satu pusat perbelanjaan siang ini tak tampak ramai seperti saat akhir pekan. Apalagi ini masih masuk ja
"Apa?"Saking terkejutnya Zeya, dia tak sadar sudah memekik membuat Andrew mengambil tindakan dengan membekap mulut Zeya dengan telapak tangan kanannya."Jangan berisik," hardik Andrew.Andrew tak ingin ada orang lain yang mengetahui keberadaan mereka di balik pintu darurat.Tak terima dibekap seperti ini, Zeya mengigit telapak tangan Andrew."Aduh." Andrew mengumpat, menarik tangannya lalu mengibaskan tangan yang baru saja menjadi korban gigitan Zeya.#Rasain kamu. Beraninya mengintimidasi aku# Zeya hanya berani mengungkap kalimat ini didalam pikirannya saja.Diberikannya pelototan tajam kepada Andrew saat pria itu menatapnya."Aku tidak mau menjadi kekasihmu. Jadi biarkan aku pergi," Zeya baru hendak melangkah pergi saat lengannya kembali ditahan oleh Andrew.Sikap Andrew yang sok berkuasa membuat Zeya semakin berang. Andrew bersikap seolah memiliki kuasa atas diri Zeya. Zeya menggoyangkan lengan supa
Waktu sudah beranjak memasuki dini hari namun kelopak mata Zeya tak mau menutup juga. Memang saat ini pikiran Zeya memutar ulang kejadian yang dialaminya tadi siang."Kembalilah padaku, sayang," bisik Andrew disela ciuman penuh tuntutan.Duk ...Zeya berhasil mendorong tubuh Andrew hingga berjarak dengannya. Kata "sayang" yang Andrew ucapkan rupanya menyadarkan Zeya.Tubuh Zeya bergetar menahan hasrat yang sudah berhasil dibangkitkan Andrew. Ingin rasanya Zeya melempar diri ke dalam pelukan Andrew.Dia menahan diri sekuat yang dia bisa agar dia tidak mempermalukan diri dengan melempar tubuhnya pada Andrew."Hehehe sayang katamu? Coba kamu buka matamu lebar-lebar dan lihat siapa aku ini." Zeya berkata sinis pada Andrew.Karena jengkel menghadapi sifat Zeya yang pesimis, Andrew menyugar rambut lalu kemudian menjambak rambutnya dengan satu tarikan kencang."Apa kamu harus selalu membicarakan Anna di setiap
Pagi ini udara sekitar komplek perumahan Zeya terasa dingin mengigit kulit. Zeya baru saja membuka jendela kamar yang kebetulan menghadap ke arah jalan raya.Desau angin meniup daun pohon yang tumbuh di sepanjang trotoar jalan yang diperuntukkan untuk pedestrian.Warna langit baru saja berubah menjadi terang beberapa saat yang lalu.#Kenapa aku masih saja sendiri hingga saat ini. Aku memang tidak membutuhkan pendamping hidup tapi sungguh kasihan nasib Anze yang tumbuh tanpa figur seorang papa dalam hidupnya. Apa aku yang harus membuka diri agar bisa mencari pria yang tepat untuk mendampingi Anze memasuki usia remaja#Sembari mata sibuk menatap indahnya rimbunan pohon di luar jendela, pikiran Zeya pun ikut berkelana membayangkan masa depan putranya."Kamu tidak kasihan pada Anze yang belum pernah mengenal kasih sayang dari papanya. Kenapa kamu tidak memberi pria itu satu kesempatan lagi," ucap Lenna saat itu."Dia tidak mengingink