Anze menghabiskan akhir pekan bersama Andrew atas keinginan Zeya.
Minggu depan mereka akan menikah jadi Zeya ingin Anze lebih akrab lagi bersama Andrew.
Andrew membawa Anze pergi ke salah satu tempat wisata terbuka. Pantai Ancol di sabtu pagi ini.
Bukan tanpa alasan Andrew membawa Anze kemari. Andrew ingin bersantai menghilangkan penat beban kerjanya sekaligus ingin mengenal dekat calon anaknya.
Zeya memilih tidak ikut serta acara ayah dan anak. Zeya mempercayai Andrew mampu menjaga Anze tanpa kehadirannya.
"Om, ayo kita main di pasir. Anze mau buat istana dari pasir. Anze pengin coba kayak mereka," tunjuk Anze pada satu keluarga yang posisinya tidak jauh dari mereka.
Andrew mengangguk setuju. Dia akan memenuhi apa pun keinginan Anze.
"Ayo, kita bikin seperti itu juga."
Mereka berdua mengambil peralatan yang sengaja Andrew bawa didalam bagasi mobil. Satu sekop plastik dan dua ember plastik. Hanya itu yan
Perhelatan akbar pernikahan pengusaha Park berlangsung megah dan meriah. Dua sosok manusia berdiri di atas podium panggung acara menjadi sosok sorotan para tamu hadirin.Zeya tampil begitu memukau dengan gaun pengantin berwarna putih gading. Kepalanya juga dihiasi tiara bertabur berlian kecil yang memang sengaja dipesan oleh Wilona ke pengrajin perhiasan untuk dipakai Zeya malam ini. Lihatlah, betapa memukau penampilan Zeya menjadi ratu di hari bahagianya.Senyum tidak lepas dari bibirnya kendati rahangnya sudah mulai kaku. Dia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dia bahagia.Penampilan Andrew juga tampak tampan dengan tuxedo putih dan kemeja putih. Untuk celana, dia juga memakai warna putih. Rambutnya disisir begitu rapi dengan bantuan gel rambut. Senyum juga tidak lepas dari bibir Andrew sepanjang hari."Lihatlah Anna belum sempat makan. Tubuhnya sudah mulai limbung," omel Andrew mencondongkan tubuhnya berbisik di telinga Zeya.M
Malam pertama Zeya bukan merupakan malam pengantin namun sensasi perasaan dag dig dug masih dialami Zeya. Jantungnya tidak bisa berdetak normal hingga dia terus menerus menegak air putih dari gelas yang ada di atas nakas. Dia berpikir setelah meminum air putih, perasaannya menjadi tenang kembali.Dia telah duduk di pinggir ranjang kamar hotel menunggu suaminya kembali dari acara resepsi. Putranya, Anze dia titip untuk dijaga oleh Wilona.Tangan Zeya saling bertautan di pangkuannya. Matanya memperhatikan gerak jarum jam dari layar ponselnya.-Ke mana Andrew pergi. Kenapa belum kembali juga- batin Zeya duduk gelisah.Ceklek, daun pintu didorong terbentang lebar. Melihat keadaan Andrew di ambang pintu membuat Zeya bergegas menghampiri suaminya."Kamu mabuk?" tanya Zeya jelas masih tidak percaya melihat suaminya sempoyongan."Istriku," ujar Andrew berusaha bergelayut di bahu Zeya.Dengan tangan sigap, Zeya memapah
Sepuluh tahun yang lalu di salah satu ruang kosong kampus.....Gadis muda itu membiarkan saja saat tangan pemuda yang dia cintai menjamah tubuhnya secara kasar.Gadis itu memilih untuk memejamkan matanya karena merasa enggan untuk melihat tingkah binal yang tengah dia lakukan bersama pemuda yang memiliki pesona luar biasa.Tubuh gadis itu berbaring pasrah di atas lantai ubin dingin dengan tindihan tubuh pemuda yang tengah dilanda nafsu.Pemuda itu dalam keadaan sadar saat melakukan hal bejat ini. Dia menyadari bahwa seharusnya dia tidak menjamah tubuh gadis ini. Gadis yang sudah menjadi teman baiknya.Namun akal sehat pemuda itu sudah hilang entah ke mana saat melihat tubuh polos, tanpa memakai busana, milik gadis muda yang menyerahkan tubuh secara sukarela padanya."Pelan-pelan Drew," Pekik gadis muda itu dengan jemari mencengkeram erat bahu pemuda yang berada di atas tubuhnya.Andrew semakin gelap mata saat sekelebat ingatan p
Bab 1Di sekitar area ruang tunggu bandara, terlihat kesibukan hilir mudik orang berlalu-lalang, beberapa orang tampak sibuk mengurus bagasi, berbincang santai, adapula yang sibuk dengan gadget milik mereka.Tempat ini memang identik sebagai tempat di mana para penumpang beristirahat sejenak.Nampak terlihat dari antara lautan manusia yang berada di area tunggu ini, seorang wanita muda yang tengah duduk bersama anak lelakinya menikmati free time (waktu santai).Mereka sebenarnya sedang menunggu muatan bagasi namun karena ada kendala di porter (pengangkut barang) jadi mereka duduk sejenak di antara deretan kursi yang hampir sudah terisi penuh oleh penumpang lain. Lokasi kursi ini tidak jauh dari tempat mereka harus mengambil koper barang bawaan mereka."Aku lelah, Ma," Ucap Anze, anak lelaki yang tengah mengelap dahi dengan lengan telanjangnya.Zefanya juga merasakan hal yang sama dengan yang Anze, putranya, rasakan saat ini
Semenjak menjadi orangtua tunggal, Zefanya memiliki kebiasaan baru yang tidak dia lakukan semenjak remaja yaitu mudah terbangun di jam tertentu yang dia inginkan. Termasuk pagi ini.Sinar mentari bahkan belum muncul dari tempat peraduannya saat Zefanya bangun dari atas tempat tidurnya.Dia menoleh ke arah samping kanan ranjang, tempat di mana putranya masih tertidur lelap.Entah harus merasa bersyukur atau sedih. Ketika menatap wajah bayi Anze untuk pertama kalinya, dia menyadari bahwa Anze sangat mirip dengan wajah Zefanya. Hanya rambut dan postur tulang Anze yang mirip dengan Andrew."Ma..." panggil Anze menggeliat tubuhnya dengan mata terbuka lebar.Karena melamun, Zefanya tidak menyadari bahwa anak lelakinya sudah bangun tidur."Selamat pagi, Anze-nya Mama Zeya. Tumben kamu bangun sendiri tanpa dibangunkan Mama atau Nanny," Zeya menunduk untuk mengecup pipi tembab Anze.Anze tersipu malu mendengar sindiran Mama Zeya.
"Maaf Anna. Kakak sudah ada janji dengan Anze besok siang. Kami sudah berencana pergi ke kebun binatang," Dusta Zeya menyebut tempat rekreasi yang tidak disukai oleh Anna.Saat Anna menghubungi Zeya sore ini, suasana hati Zeya belum pulih akibat melihat kedekatan Anna dan Andrew saat tadi pagi."Oh. Sayang sekali, padahal hari ini aku memiliki waktu luang," Nada suara Anna terdengar sedih.Zeya menatap wajahnya melalui pantulan cermin di kamar hotel. Dari pantulan cermin, Zeya bisa melihat tubuh Anze yang tengah terbaring di atas ranjang. Anze terlihat tidur nyenyak setelah siang tadi puas bermain di pusat permainan anak di salah satu mall.Zeya menatap wajahnya yang masih tampak cantik walaupun tanpa riasan kosmetik. Namun sinar matanya tidak terlihat bersinar saat ini."Mungkin besok kita bisa bertemu di salah satu restoran," Ucap Zeya sambil mengepalkan tangan."Aku tidak bisa Kak. Ada janji sama Andrew."#See, bahkan
Bab 4 realistisPenerbangan pulang dari Dallas, Texas, US menuju ibukota negara Indonesia, Jakarta, mengalami delay.Zeya yang sudah berada di dalam kursi penumpang pesawat kelas ekonomi, hanya bisa mengerucutkan bibirnya sembari menggerutu sebal karena pesawat mengalami keterlambatan penerbangan di saat Zeya sudah berharap akan tiba di rumah sebelum tengah malam menurut waktu Indonesia bagian barat.Dipandanginya wajah putra kesayangannya yang tengah tertidur lelap di kursi sebelah Zeya.Terdengar suara dari lorong di sisi kiri Zeya."Miss... We're so sorry about this delay. This meal for you and your son," Ucap pramugari menyodorkan dua kotak makan siang untuk mereka.Zeya mengangkat wajahnya dan memberikan sedikit cengiran di sudut bibirnya menganggapi ucapan pramugari. Enggan mengobrol basa-basi dengan pramugari yang berdiri di samping kursi Zeya.Zeya mengulurkan jemari tangan kanannya untuk meraih sekaligus dua
Bab 5Sudah dua minggu Zeya menjadi pengangguran. Untung saja mendiang neneknya mewariskan rumah untuk Zeya hingga Zeya tidak perlu mengkhawatirkan mengenai atap rumah. Zeya memang bukan berasal dari kalangan menengah ke bawah namun hidupnya yang sederhana, seringkali membuat orang menyangka kalau Zeya bukan anak orang kaya.Seperti saat ini...."Zeya ... Zeya ... untuk apa kamu masih sibuk mengumpulkan kaleng bekas," Decak Lenna saat bertandang ke rumah Zeya.Kehilangan pekerjaan membuat Zeya pun memilih meninggalkan apartemen tipe studio yang dia sewa selama ini.Zeya juga terpaksa merumahkan nanny (pengasuh) Anze sedari kecil karena Zeya sudah tidak sanggup membayar gaji sang pengasuh.Tengah berjongkok di dekat pintu belakang rumah, sembari sibuk memilah kaleng bekas makanan bertepatan sekali dengan kehadiran Lenna di kediaman Zeya.Lenna, Zeya, dan Kiki adalah teman baik semasa putih abu-abu. M