Share

Dreamcatcher Terkutuk
Dreamcatcher Terkutuk
Penulis: zuladwi

Kematian para Pengkhianat

Aku mendapati diriku berdiri di tempat yang terasa asing. Lantai batu yang dingin, tembok batu dan juga—jeruji besi. 

Tunggu dulu—kenapa aku berada di tempat yang sepertinya adalah sebuah ... penjara? 

Seingatku, aku barusaja menjalankan misi di wilayah barat, lalu banjir tiba-tiba menerjang dan aku hanyut. 

Lalu setelahnya? 

Kenapa aku justru berada di penjara sekarang? Terlebih tempat ini adalah tempat yang sangat aku kenali. 

Penjara bawah tanah Istana Atterian.

Kesalahan macam apa yang sudah kuperbuat hingga aku berada di sini? Ditambah lagi dengan pakaianku yang sudah berubah menjadi gaun putih lusuh dan rambutku yang sudah menjadi pendek!

Sejak kapan ini semua terjadi?!

"Kalian akan segera menghadapi hukuman atas pengkhianatan terhadap kerajaan."

Aku mendengar suara dengan nada dingin dan membuatku menoleh cepat. Suara itu adalah suara yang sangat kukenal. Pemilik suara itu tak lain adalah Pangeran Clifton Atterian, Putra Mahkota raja, calon raja Atterian. Benar. Dia adalah satu-satunya keturunan keluarga kerajaan Atterian dan membuatnya menjadi pewaris tunggal. Mataku terbelalak setelah ia mengucapkan kata-katanya. Pengkhianatan macam apa yang sudah kuperbuat? Aku sama sekali tidak merasa pernah melakukan hal yang bersinggungan dengan pengkhianatan pada kerajaan. Jangankan berpikir soal berkhianat, untuk berpikir tentang hidupku sendiri saja aku masih belum becus. Ini sangat aneh.

Aku terdiam. Memilih diam dan menunggu pemuda yang lebih tua dariku itu datang ke sisi lain penjara yang kutempati sekarang.

Serius, aku tidak pernah membayangkan diriku dijebloskan ke dalam penjara karena sebuah kejahatan. Tidak mungkin aku melakukan hal semacam itu. Aku sudah bersumpah untuk setia pada kerajaan tepat ketika dilantik menjadi seorang ksatria.

"Falos kakakmu, telah merencanakan pemberontakan dan Duke Colinus beserta beberapa bangsawan telah memberikan bukti konkrit. Tak lama lagi—ah, hari ini dia akan dieksekusi." Pangeran Clifton berucap seakan dia puas sekali dengan hukuman yang akan diterima oleh kakakku—dalam hal ini sebagai pengkhianat, katanya.

Aku terkejut setengah mati, tentu saja. Falos Starluston kakakku? Pria yang lemah lembut dan baik hati itu berkhianat? Tidak mungkin! Manusia yang lebih memilih jalan diplomasi ketimbang adu kekuatan itu merencanakan sebuah pengkhianatan? Sekali lagi aku mengingatkan diriku, itu tidak mungkin.

"Yang Mulia, kakak saya tidak mungkin melakukan hal itu, saya berani bersumpah—"

"Hentikan omong kosongmu, Lyra Starluston!"

Aku membeku setelah suara dinginnya menyela ucapanku. Ini pertama kalinya pangeran yang biasa kulihat sangat akrab dan tidak pernah menaikkan nada suaranya itu membentakku. Tatapannya begitu nyalang dan penuh amarah yang bahkan aku tidak tahu penyebabnya.

Ini sangat membuatku frustasi. Kesalahan apa yang sudah kuperbuat? Kenapa bahkan aku sendiri tidak tahu?

Detik itu juga aku sadar jika pangeran yang ada di hadapanku ini benar-benar murka. Setelahnya aku tahu jika aku benar-benar dalam masalah besar. Sangat besar.

"Kau hanya menutupi kesalahannya—kau dan juga ayahmu! Falos sudah melukai penduduk tidak bersalah saat festival dan juga mencoba membunuhku! Tak ada lagi yang bisa disanggah!" suaranya terdengar seperti mimpi buruk yang berhasil mencekik leherku. Suaraku tak bisa keluar lagi setelahnya. Aku menunduk dalam mencoba mencerna apa yang sedang menimpaku sekarang. Sepanjang yang kuingat, aku hanyut terbawa arus banjir ketika menyelamatkan dua anak kecil saat bertugas. Namun kenyataan yang kuhadapi sekarang sangat jauh berbeda dan semuanya terasa terlalu nyata jika disebut mimpi.

Apa aku tak sadarkan diri sangat lama hingga aku melewatkan banyak hal? Hingga tahu-tahu ketika bangun kakakku telah merencanakan pengkhianatan lalu dijatuhi hukuman? Otakku tidak mampu mencerna semua hal aneh ini.

Apa Falos ... sungguh-sungguh melakukan itu? Apa kami benar-benar berkhianat dan berakhir seperti ini? Kenapa hanya aku yang tidak mengerti?

Aku menggeleng cepat. Aku tidak bisa memercayai semua ini. Aku yakin ini semua tidak benar!

Kudengar langkah berat di hadapanku menjauh lalu digantikan dengan derap langkah kaki beberapa orang yang kuduga sebagai ksatria.

Apa giliranku sudah tiba? Jadi aku harus menyerah dan dieksekusi begitu saja?

"Yang Mulia, Falos Starluston sudah dieksekusi. Kami akan segera membawa Mainard Starluston dan Lyra Starluston untuk dihukum."

Jantungku rasanya terhenti seketika saat mendengar berita mengerikan itu.

Falos benar-benar ... dieksekusi? Jadi ini semua benar? Kenapa semua ini terasa sangat rumit dan aneh. Aku bahkan tidak tahu mana yang harus kupercaya. Kenyataan di hadapanku, atau kenyataan di pikiranku?

Lalu mereka membuka jeruji besi di hadapanku dengan kasar. Suara kunci logam yang saling bersentuhan itu tidak begitu keras tapi seakan mampu membuat telingaku tuli. Aku terduduk lemas dan menunduk dalam. Aku tidak bisa memercayai apapun yang terjadi sekarang. Kenapa semua menjadi seperti ini? Kenapa ingatanku dan kenyataan yang kualami sangat berbeda dan bercampur aduk begini?

Apa yang sebenarnya terjadi?

Karena merasa apa yang kualami lebih nyata daripada ingatanku, perlahan—dengan keterpaksaan yang menyakitkan—aku mulai memercayai ucapan orang-orang di hadapanku. Mungkin ... mungkin Falos ketahuan berkhianat setelah aku kembali dari misi ... tidak—tapi kenapa aku tidak tahu apapun—kenapa ayah juga diam saja? Aku tidak tahu apakah terbawa arus deras membuatku tidak sadarkan diri lalu kemudian ketika sadar aku sudah dipenjara karena Falos berkhianat?

Sungguh ... Falos? Falos Starluston tangan kanan Putra Mahkota? Bagaimana mungkin Falos melakukan hal itu ... Falos adalah orang baik, bahkan ia terlalu baik dan lemah lembut.

Mereka menyeret dan memaksaku berdiri lalu keluar dari penjara. Berjalan tanpa alas kaki rupanya sangat menyakitkan dan ini adalah pertama kalinya bagiku. Aku mendongak sedikit dan melihat seorang pria yang juga diseret paksa. Dari belakang aku bisa mengenali jika itu adalah ayahku.

"Ayah! Ayah! Ini semua tidak benar, kan?!" teriakku frustasi memaksa ayahku memberikan penjelasan.

Ksatria yang membawa ayahku berhenti dan membiarkan ayahku menoleh. Dia tidak menyangkal. Dia hanya tersenyum getir dengan wajah lelah tanpa percikan hasrat ingin melanjutkan hidup. Seakan ia membenarkan segalanya yang terjadi.

Itu berarti ayah mengetahui semua ini!

Tiba-tiba saja terasa ingatan kilas balik memenuhi kepalaku. Puluhan—tidak—ratusan, ribuan informasi terdengar di dalam kepalaku, menghujam tanpa ampun seperti hujan deras yang kualami di wilayah barat.

Falos menghilang saat Pangeran dan rombongannya diserang. Para penyelidik menemukan fakta jika Falos bekerja sama dengan pelarian dari Rovel untuk menyerang Atterian. Penyerangan penduduk tak bersalah di festival kembang api diduga dilakukan oleh Falos Starluston dengan kekuatannya. Mereka bilang apa yang Falos Starluston lakukan adalah untuk menggulingkan Atterian bersama para pelarian dari Rovel yang dendam terhadap Atterian setelah kalah perang.

Tidak. Rasanya ini tidak benar.

Falos Starluston dituduh bersalah atas bukti yang dikumpulkan Duke Colinus serta bangsawan yang lain. Keluarga Starluston berkhianat dan harus dieksekusi tanpa terkecuali.

Semua itu terus berdengung di telingaku. Aku menggeleng cepat. Aku tidak tahu ingatan siapa ini, namun semuanya terasa nyata. Aku bisa merasakan diriku berada di sana mendengarkan semuanya. Semua informasi dari para bangsawan—bahkan pelayan serta informan.

"Tidak ... kami tidak berkhianat. Ini tidak benar!" pekikku sekuat tenaga. Mereka menyeretku menuju podium tempat eksekusi dilakukan. Aku bisa melihat ayahku sudah berada di sana terlebih dahulu.

Ayah akan dieksekusi. Lalu kemudian ... aku juga.

"Ini adalah saat terakhirmu melihat dunia, Lyra Starluston."

Suara Pangeran Clifton dengan nada penuh amarah dan rasa muak yang tertahan membuat tubuhku merinding dan bergetar hebat. Aku terus bergumam bahwa ini semua tidak benar.

Aku tak kuasa melihat ayahku dieksekusi. Mana bisa aku melihat hal mengerikan itu!

Dua orang yang membawaku sekarang menarikku menuju tempat yang sama dengan tempat ayahku berdiri. Aku bahkan tak berani membuka mataku. Jasad ayah pasti masih di sana ... kenapa semua ini bisa terjadi? Benakku terus saja menolak kenyataan yang ada di depan mataku. Hingga akhirnya aku mengintip dan melihat seseorang tersenyum puas di atas penderitaan kami. Lalu, sebelum mereka menghabisiku, aku kembali menutup mataku, terpaksa menerima takdir tidak adil ini.

Aku tidak takut mati, namun jika dengan cara tidak benar seperti ini ... aku tidak bisa menerimanya.

Aku, kami, seluruh keluarga Starluston mati sebagai pengkhianat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status