"Jangan asal bicara kau, Flo. Aku tidak sepertimu yang terang-benderang memberikan selakangan pada calon kakak ipar. Hmmm, maksudnya adalah bekas pacarku."Flo mengepalkan kedua tangannya sebab tidak terima bila Dexon adalah bekas. Ia begitu mencintai suaminya meskipun harus mempermalukan harga dirinya sendiri.Floxa mencibir, "Pria yang kak Zel bilang bekas itu adalah suamiku. Dan apakah dokter tidak memiliki rasa malu bila bercinta dengan pasien sendiri? Tergoda dengan wanita bekas pria lain juga? Jangan-jangan sebelum putus dengan Kak Dexon, kak Zel menawarkan dirinya pada lelaki tua hidung belang dan lupa makan pil kontrasepsi, cih?"Zelona tetap santai dan ia tidak mudah terprovokasi oleh adik angkatnya. Ia pun membalas, "Memang apa salahnya bila saat ini kami berdua akan berbagi keringat? Bukankah hal itu menyenangkan, Hmmm? Bedanya aku bercinta dengan suami sah sementara kau bercinta sebelum sah. Mengenai kehamilanku, apakah kau tidak mendengar seseorang yang bisa mentransfer b
"Ini, makanlah," ujar Arkav menyodorkan sup tanpa daging. Dengan lauk tempe dan tahu goreng. Melihat warna warni bahan makanan di dalam kuah, membuat Zelona segera menyantap makanan yang masih panas.Arkav menyodorkan susu hamil dan air putih. Ia benar-benar merawat wanita hamil itu sebagai penebus dosa. Meskipun istri pertama yang dia cintai masih bersemayam dalam hati."Terimakasih banyak dokter Arkav,"kata Zelona ceria.Arkav turut serta memakan makanan yang ia masak. Setelah menyelesaikan makan siang, Zelona duduk di ayunan. Arkav mengikuti dan duduk di sebelahnya."Oh ya, kapan aku bisa memeriksa kandungan?" tanya Zelona ketika ia memikirkan nasib anaknya."Hmm, bisa dengan dokter Luna. Dia juga yang sempat menjadi dokter Obgyn untuk istriku. Apakah kau mau?""Dokter Luna ya? Kenapa nama itu begitu familiar ya?" gumam Zelona yang masih didengar oleh sang suami."Ya karena dia sempat turun menjagamu ketika aku sedang mengurus istriku setelah pengangkatan rahim.""Maaf aku tidak ta
"Apakah wajah cantikku ini suka menipu seseorang, hmm?" tanya Zelona balik."Kita uji saja di laboratorium untuk diteliti. Jika begitu saya permisi dulu. Selamat menikmati malam pertama," ejek dokter Sam dan segera meninggalkan ruang tamu. Arkav dan Zelona yang berada diambang pintu hanya memaksa senyuman. Setelah mobil yang dikendarai oleh Sam pergi. Zelona melepaskan diri dari dekapan sang suami."Lepaskan! Enak saja sentuh sembarangan. Dikira aku ini wanita apaan!" seru Zelona marah lalu membalikan badan untuk melanjutkan menonton televisi. Arkav hanya mendengus dan segera menutup pintu. Ia duduk disamping istrinya."Bagaimana bisa kamu tahu jika obat tersebut dibuat oleh Ronald?" tanya Arkav seraya mematikan televisi. Zelona melirik sekilas dan merebut remote di tangan sang suami. Namun Arkav tidak akan memberikan begitu mudah. Zelona kesal dan langsung pergi begitu saja. Arkav pikir sang istri akan merebut kembali dan mereka terlibat adegan romantis seperti di sinetron."Huft,
"Suami? Hamil?" tanya Ronald dengan tatapan cengo ia pun segera mengikuti langkah sang sahabat yang sedang dibaringkan di sofa. Arkav tampak khawatir, ia tidak membawa peralatan medis. Yang dia lakukan hanya mencoba membangunkan sang istri dengan minyak aromaterapi."Apakah kau bercanda? Bagaimana bisa Zelona bisa hamil? Kau pasti mengarang cerita kan. Kau hanya seorang dokter penyakit dalam bukan suami Zelona."Arkav hanya melirik sekilas dan fokus pada saat istri. Merasa diabaikan membuat Ronald kesal. Padahal ia sudah menjelaskan bahwa kekurangan dana untuk membuat klinik obat namun tiba-tiba calon investor justru pingsan."Apakah kau tuli?" Arkav membuka tas Zelona dan mengeluarkan seluruh isinya dan menemukan ada foto hasil USG. Kemudian menyerahkan pada Ronald.Ronald bukan pria bodoh. Bahkan ia membaca tanggal foto USG itu diambil. Pria itu tidak bisa menunjukkan sikap keterkejutan dan malah meninju wajah tampan Arkav.Arkav yang tidak siap menerima pukulan akhirnya terjengkan
Sepasang suami istri tersebut segera menoleh, rupanya pemilik suara tersebut berasal dari wanita yang berprofesi sebagai dokter kandungan.Arkav pun menanggapi, "Oh, dokter Luna. Baru pulang dari kerja?""Iya nih, boleh gabung?" tanya Luna dan langsung duduk. Mau tak mau keduanya mengangguk meskipun canggung. Zelona menatap tidak suka ke arah Luna. entah kenapa ada perasaan aneh setiap kali melihat wajah wanita cantik yang diperkirakan selisih 8 tahun di atasnya."Zelona apa kabar?" Kini tatapan Luna beralih ke arah gadis yang lebih muda darinya. Sebenarnya ia enggan berada dalam satu meja bersama saingan barunya. Luna sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyingkirkan Poppy, kini justru hadir seorang wanita yang baru bangun dari koma.Zelona menjawab sekenanya. "Cukup baik."Tak lama pesanan keduanya datang. Wanita yang sedang hamil dua bulan itu segera melahap es kacang merah dengan rakus ukuran jumbo. Arkav tersenyum tipis melihat kelakuan istrinya yang seperti makan dan minum t
Luna segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Arkav menjadi sangat khawatir. Zelona pun mulai bersimpati pada dokter Luna yang berupaya menyelamatkannya. Hatinya sejenak luluh. Ia memikirkan bagaimana bila dirinya yang ditusuk, apakah bayinya akan selamat?Zelona dan Arkav hanya bisa menunggu Luna dari luar ruangan seraya berpelukan. Saat di dalam UGD tersebut, mata Luna terbuka lebar dan segera mendekap mulut sang perawat.Luna pun mengancam, "Jangan katakan apapun pada orang di luar tanpa seizinku. Jika kau berniat memberikan informasi yang sebenarnya padanya, aku tidak akan segan untuk menghantarkan karirmu di rumah sakit ini. Aku kenal kan siapa aku?"Perawat wanita itu hanya mengangguk saja. Luna melepaskan perawat tersebut dan duduk di kursi, membuka kantong plastik yang terdapat darah manusia. Jadi pelaku penusukan tersebut memang sudah direncanakan. Seharusnya satu kantong darah itu akan digunakan untuk mendonorkan pasien yang cuci darah. Namun ia menggunakan kesempatan tersebut
Arkav melajukan mobilnya dan bertanya, "Kok tidurnya pisah, kan katanya tadi mau unboxing kan?""Mager," sahut Zelona singkat. Arkav mendelik mendengar perkataan istri kecilnya. Ia berusaha mengendalikan hasrat yang sedari tadi ia tahan. Setelah geloranya dipaksa bangkit lantas dihempaskan begitu saja. Itu sungguh menyiksa. "Sabar, Arkav. Mungkin saja bawaan bayi," gumam dalam hati. Zelona melihat di pinggir jalan ada seorang pedagang buah. Air liurnya menetes melihat sekumpulan buah. "Dokter berhenti di penjual buah. Belikan aneka buah dong. 7 rasa ya. Mau dibikin es kul-kul sama rujakkan.""Oke. Sebentar."Arkav turun dari mobil, ia membeli mangga muda dan matang, kelengkeng, melon, belimbing jumbo, pepaya california, apel, anggur. Sesuai permintaan sang istri, 7 macam buah. Sesampainya mereka di rumah, Zelona segera mengupas segala jenis buah, dipotong kecil-kecil dan ditusuk seperti sate. Arkav bingung memperhatikan sosok wanita yang dengan telaten menekuri buah tersebut. Ia
"Kalian anakku, kah?" tanya Arkav bingung. Ia berpikir bahwa anak kecil tersebut adalah anaknya bersama sang istri, Poppy. Lalu dua bocah itu kompak menunjuk ke sebuah danau."Pasti Poppy, ya?" Kedua anak itu hanya diam saja. Arkav yang merasa rindu dengan mendiang istrinya perlahan mendekati seorang wanita yang mengenakan dress putih selutut dengan membelakanginya. Tanpa aba-aba, Arkav segera memeluk dari belakang. Menghirup aroma yang begitu wangi. Pria berkacamata itu berbisik, "Sayangku Poppy, Mas rindu. Sudah lama aku menantikan hadirmu dalam mimpiku. Anak-anak rupanya tumbuh sehat di sini."Wanita itu tak bergeming. Arkav semakin mengeratkan pelukan. Kembali berujar, "Sayang, apakah kau tidak rindu padaku? Kenapa tidak berkata satu kalimat?"Arkav melepaskan pelukan, memegang pundak sang istri guna membalikkan tubuhnya. Saat wajah wanita itu bersibobrok dengannya, mata Arkav membola sempurna. "Ze-zelona?""ZELONA!" teriak Arkav masih dalam memejamkan matanya dengan gelisah.