Share

Bab 6 Pertunjukan

Vio keluar dari ruangan CCTV, mencari di mana keberadaan orang yang telah melecehkannya. Dia geram karena tak juga menemukan orang itu. Vio berlari ke luar Minimarket, tengok ke kiri dan ke kanan, namun nihil.

"Ke mana si brengsek itu?" Vio meremas tangannya, merasakan amarah yang luar biasa. Sungguh jika dibiarkan maka orang yang melakukan hal itu akan terus menjamur. Dia harus memberi pelajaran untuk orang mesum seperti itu.

Kebanyakan wanita di dunia memang sengaja bungkam jika dilecehkan karena mungkin merasa malu jika kejadian itu diketahui oleh orang lain, tetapi Vio beda. Dia akan tetap membuat orang itu mendapat pelajaran.

Vio menajamkan matanya, sepertinya dia melihat sosok yang tadi benar-benar dia ingat saat di ruang CCTV. 

"Gotcha!" Vio tersenyum miring. Dia segera berlari ke arah lelaki yang terlihat kikuk sambil memegangi topi itu. Lelaki itu terus melihat ke belekang, seolah takut dikejar sesuatu.

Gadis yang memakai celana jeans dan juga jaket kulit itu berusaha menyusulnya. Dia tak mau kelolosan untuk masalah ini.

"Enak saja, mau pergi begitu saja. Memang dia pikir saya wanita seperti apa? Udah nuduh orang lain lagi. Aduh! Moga aja nggak bakalan ketemu lagi. Kalau beneran ketemu, pasti aku bakalan lebih memilih ngumpet di kolong meja ketimbang berhadapan dengannya."

Malam ini jalanan terlihat sangat sepi. Mobil pun tak banyak yang berseliweran. Mungkin karena ini hanya jalan kecil, bukan jalan raya. Ditambah sudah masuk jam sepuluh malam, jam malam sudah berlaku. Tidak banyak yang berada di luar rumah.

"Berhenti!" teriak Vio. Si pria tadi langsung menoleh sekilas, merasa kaget karena Vio mengejarnya. 

Pria itu terus berlari, menabrak segala sesuatu yang ada di hadapannya. Vio berusaha berlari sekuat tenaga dan ....

BUG!

Vio melayangkan tendangannya pada punggung pria itu hingga si pria tersungkur mencium trotoar. Bagaimana bisa tenaga seorang wanita sekuat itu? Si pria langsung menyentuh hidungya yang telah mengeluarkan darah.

Vio yang merasa marah, menatap pria itu dengan penuh kebencian. Saat ini dia benar-benar ingin mengumpat, mengeluarkan semua kosa kata kotor yang dia tahu. 

"Kenapa lo tiba-tiba nyerang gue?" Pria itu bangkit, ganti melihat Vio dengan tatapan marah. Sungguh hal yang memalukan jika ada yang melihat ini.

"Kamu udah melakukan pelecehan terhadap saya sewaktu di Minimarket. Masih nanya kenapa?!" tuduh Vio. Gadis itu sungguh berani, seolah tidak memiliki ketakutan.

Si pria nampak salah tingkah, raut wajahnya seketika berubah. "Siapa bilang? Lo nggak ada bukti!" tampik si pria. Dia merasa percaya diri karena tidak tahu jika Vio sudah melihat semuanya melalui CCTV.

Vio menarik sebelah sudut bibirnya ke atas, "Siapa bilang saya nggak punya bukti? Bahkan saya bisa memberikan bukti sebanyak mungkin," ucap Vio dengan penuh percaya diri. 

"Banyak bacot, lo!" Si pria mulai menyerang Vio. Dia melayangkan pukulan ke arah gadis itu, tetapi dengan sigap, Vio langsung menangkap kepalan tangan pria itu dengan sebelah tangannya. Vio mencengkeram tangan si pria dengan sekuat tenaga, hingga si pria merasakan kesakitan.

Mata si pria membelalak kaget, mungkin dia tak menyangka jika gadis seperti Vio bisa membuatnya kesakitan. Ternyata tendangan tadi bukanlah hal kebetulan, tetapi memang karena gadis itu memang menguasai bela diri.

Tahu sebelah tangannya tak segera bisa lepas, dia melayangkan pukulan dengan tangan yang satunya. Namun, nasibnya tidak jauh beda. Vio dapat menangkap semuanya.

"Kamu kira aku ngga bisa lawan hanya karena aku wanita? Akan kubawa kamu ke penjara saat ini juga. Biar nggak ada korban lainnya!" ancam Vio. Dia memiliki trauma terhadap pelecehan seperti ini, yang membuatnya menjadi seseorang yang berbeda.

"Aw ...!" Vio merasakan tendangan di kakinya hingga dia sedikit menunduk karena kesakitan. Dia tak mengira jika pria itu akan mengarah betisnya. Akhirnya cengekeraman tangannya terlepas.

"Jangan harap!" balas si pria. Tanpa ingin babak belur, akhirnya pria itu memilih untuk lari saja.

'Dari pada aku masuk penjara, mending kabur saja,' ucap pria itu dalam pelariannya.

"Jangan lari!" teriak Vio. 

"Aduh!" Vio yang geram akhirnya melemparkan sepatu yang dipakainya. Si pria mengadu ketika benda sebuah benda pas mengenai bagian belakang kepalanya.

"Makan tu bau terasi!" Vio kembali lari dan ....

"Hyiaaat ...!" Vio melompat ke arah pria itu hingga membuat tubuhnya menimpa sang pria. Kini posisi si pria tengkurap dengan Vio terduduk di atasnya. Vio mencoba mengikat tangan si pria ke belakang agar tak berkutik lagi. Dia selalu menggantung tali di saku celannya. 

"Hey! Apa-apaan kalian?!" Mereka berdua dikejutkan oleh suara teriakan dari arah belakang.

'Dia lagi. Kenapa ketemu lagi, sih?' batin Vio. Dia merasa malas bertemu lagi dengan lelaki yang dia tuduh tadi, mungkin lebih tepatnya malu. Malu karena salah menuduh.

Brian melihat ke arah Vio sang sedang mengikat tangan si pria ke belakang lantas beralih melihat ke arah si pria. Kenapa malah dia ingin tertawa?

"Kenapa Anda bisa ada di sini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status