"Mas ... menikahlah lagi." Bagai di sambar petir, apa yang dikatakan Azzura malam itu terdengar seperti sebuah lelucon untuknya. Setelah percintaan panas keduanya, bahkan rasa lelah dan peluh yang bercampur belum hilang sepenuhnya. Azzura mengucapkan kalimat yang tak pernah Brian duga sebelumnya. Atau mungkin Brian sama sekali tidak pernah memikirkannya. "Apa maksud kamu, Zura?" Brian lelaki normal yang mungkin akan menjadi serakah akan cinta, tetapi tidak sekali pun dia memiliki pikiran seperti itu. Sebanyak apa pun hartanya, setampan apa pun dirinya, dia tak berniat melihat ke arah wanita lain. Untuk apa mendua, jika apa yang dia mau telah dia dapatkan dari Azzura. "Aku ingin Mas menikah lagi." Melihat wajah Azzura kali ini, dia sedang tidak bercanda. Brian sangat tahu jika saat ini istrinya itu tengah serius. Bahkan mungkin tak pernah seserius ini. "Iya. Tapi, untuk alasan apa, Zura?" Brian merasa geram. Bahkan lelaki itu sampai mengepalkan tangannya. Apalagi melihat Zura yang nampak begitu santai saat mengucapkannya. "Tidak ada alasan apa pun. Aku hanya ingin Mas menikah lagi." "Apa kamu sudah bosan padaku dan tak mencintaiku lagi, Zura?" Baru kali ini dia merasa tidak percaya diri di hadapan istrinya. Brian meringsut sedikit menjauhkan tubuhnya dari Azzura. Merasa suaminya sedikit menghindar, Zura mengeratkan pelukannya. Dia membenamkan wajahnya di dada Brian. "Mana mungkin aku bisa bosan padamu, Mas. Dan jangan kamu ragukan rasa cintaku padamu. Aku begitu mencintaimu, hingga rasanya aku tak mampu jauh darimu."
Lihat lebih banyakSeperti disambar petir, itulah yang dirasakan Brian saat ini. Lutut lelaki itu tiba-tiba melemas seperti jeli dan membuat tubuhnya tiba-tiba luruh ke lantai. Bokongnya menyentuh lantai dengan siku yang menumpu pada kursi panjang di sebelahnya. Kepalanya tertunduk dalam dan tak lama terlihatlah bahunya yang bergetar. Lelaki itu kembali menangis setelah mengetahui jika anak dalam kandungan Vio tidak bisa diselamatkan.Vio telah terlebih dahulu keguguran dan saat ini dokter melakukan tindakan kuretasi atas persetujuan Vio. Dia mengira jika Brian tidak akan datang karena tahu jika lelaki itu akan berangkat ke Swiss.Wanita di depannya salah tingkah karena tidak tahu bagaimana harus bersikap. Tidak mungkin dia memeluk maupun menepuk punggung Brian karena dia hanya seorang karyawan. Namun, untungnya kondisi seperti itu tidak berlangsung lama. Brian lantas mengangkat wajahnya dan menghapus air mata yang terlanjur menetes. Brian bangkit dan langsung menuju ke ruang operasi. Walau bagaimanapu
"Vincent! Apakah kamu sudah memastikan untuk apa mertuaku datang ke Swiss?" tanya Brian saat Vincent menyetir mobil untuknya menuju bandara. Siang ini dia langsung membatalkan semua janji dan meminta Risa memesankan tiket ke Swiss. Dia yakin jika kepergian Wijaya kali ini ada hubungannya dengan Azzura."Seperti biasanya, Bos. Anak buah saya tidak bisa menembus pertahanan Pak Wijaya. Mereka hanya mengetahui tujuan Pak Wijaya, tetapi tidak bisa mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di dalam sana."Brian mengangguk paham. Memang sangat sulit mematai-matai mertuanya tersebut. Entah bagaimana Wijaya selalu bisa mengecoh anak buah Brian.Tidak ada pertanyaan lagi yang keluar dari bibir Brian setelahnya. Hatinya sibuk memikirkan apa yang akan dia lakukan jika bertemu dengan Azzura nanti? Bagaimana keadaan istrinya itu sekarang? Apa dia baik-baik saja?Saat tiba di bandara, Vincent dengan sigap membawakan koper Brian. Lelaki itu sedikit kesulitan saat mengikuti langkah Brian yang lebih cep
Brian langsung membanting tas saat masuk ke dalam ruangan kerjanya. Akhir-akhir ini semua hal semakin tidak terkendali. Wijaya sudah mulai menghentikan dukungan bisnis pada perusahaannya secara perlahan, dan juga sikap Kyra yang semakin kurang ajar padanya dan juga Vio.Dengan sedikit kasar, Brian mendudukkan bokong pada kursi, tak lupa dia juga memijit kening yang menjadi sebuah refleks jika dirinya sedang banyak pikiran. Belum lagi Azzura yang masih belum diketahui keberadaannya.Mungkin sekitar lima belas menit lelaki itu dalam posisi seperti itu, dan berhenti saat dering nada ponsel mengagetkannya. Matanya memicing saat melihat siapa yang tengah menelepon."Halo! Ada apa?" tanyanya dengan nada sedikit ketus. Brian begitu kesal dengan orang ini karena sudah berbulan-bulan, tetapi pekerjaannya tidak mendapatkan hasil."Jangan galak seperti itu, Bos." "Buat apa lemah lembut terhadap kamu? Mencari satu orang saja tidak becus," maki Brian. Orang yang meneleponnya adalah Vincet, anak b
"Pa! Mama ke mana sih? Kenapa Kyra tidak boleh bertemu dengan Mama?" protes Kyra sesaat setelah mendudukkan bokong pada kursi. Keluarga Pradipta saat ini tengah sarapan. Brian duduk di kursi paling ujung, sedang Vio dan Kyra di sisi kanan dan kirinya. Vio melirik Brian untuk mengetahui bagaimana reaksi suaminya saat sang anak kembali bertanya tentang ibunya. Wanita itu merasa sedih sekaligus kasihan saat melihat Brian yang tidak pernah bisa menjawab pertanyaan Kyra tentang Azzura. "Ehm ... kita makan dulu saja, Sayang. Makanannya keburu dingin." Vio berusaha mengalihkan perhatian Kyra. Namun yang dia dapatkan sekarang adalah tatapan mata Kyra yang menyiratkan kebencian yang mendalam. "Kamu nggak usah sok perhatian deh! Kamu itu bukan mama aku! Jadi kamu nggak perlu manggil 'sayang' segala. Jijik tahu nggak sih!" "Kyra!" bentak Brian yang membuat Kyra langsung menoleh ke arah sang ayah. "Papa berani bentak aku?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca. "Sudah, Mas. Aku nggak papa
"Mas Brian! Lihat! Anak kita sudah bisa naik sepeda!" Azzura menyeret Adrian menuju ke arah halaman. Matanya terlihat berbinar dan raut wajahnya pun memperlihatkan kebahagiaan.Adrian tersenyum miris sembari menatap Azzura dari samping. Ada sesak yang dia rasakan melihat wanita yang dia cintai seperti ini. Skizofrenia yang dialami Azzura telah berada di fase yang bisa melukai diri sendiri ataupun orang lain."Kyra! Hati-hati, nak! Nanti kamu jatuh!" Azzura masih melihat ke arah halaman kosong. Halaman yang dilihat Azzura hanyalah halaman kosong. Namun, dalam pikiran wanita itu, ada Kyra yang sedang mengendarai sepeda roda dua. Ingatan saat Kyra berusia lima tahun dan pertama kali bisa mengendarai sepeda roda dua hadiah ulang tahunnya yang kelima.Mungkin sekitar lima belas menit senyum Azzura mengembang, sebelum akhirnya raut wajah wanita itu berubah drastis. Matanya yang tadinya penuh binar kebahagiaan, menjadi tajam penuh kilat kebencian."Jangan ambil anakku!" Azzura berteriak semb
"Mas. Nanti aku mau ke yayasan. Aku harus meyakinkan Sarah untuk mau menjadi saksi. Semua orang harus tahu kebejatan lelaki itu." Vio berjalan lebih cepat, berusaha mengimbangi langkah cepat Brian. Brian memang sudah memiliki cukup bukti untuk menjatuhkan Mark, tetapi jika Sarah mau speak up, pasti akan lebih memberatkan hukuman bagi lelaki itu. "Iya, Sayang. Aku akan terus mencari bukti agar Mark mendapat hukuman mati, minimal seumur hidup. Sudah terlalu banyak kejahatan yang dia perbuat. Selama ini tidak ada yang berani menyenggolnya, tapi saat ini aku bersumpah tidak akan ada orang yang bisa membantunya," tekad Brian.Brian mengenal Mark sebagai orang yang licik. Dia selalu menggunakan kelemahan orang-orang penting agar mendapatkan dukungan. Namun kali ini, Brian tidak akan membiarkan hal itu. Dia telah mengamankan semua bukti yang Mark punya dan kini telah berada di tangannya. "Brian. Papa pengen ngomong sama kamu." Baik Brian maupun Vio sama-sama kaget saat tiba-tiba saja Wija
"Enyah kamu bedebah!" teriak Vio disertai tamparan pada pipi lelaki di depannya. Vio benar-benar menggunakan seluruh tenaga yang dia punya saat menampar Mark hingga kepala lelaki itu sedikit tertoleh ke arah kanan.Rasa panas dam perih Mark rasakan saat ini. Akan tetapi, ada yang lebih menyakitkan yaitu hatinya. Baru sekali ini ada perempuan yang dengan berani melayangkan tamparan di pipinya. Harga diri lelaki itu seperti dijatuhkan hingga dasar terendah."Jangan berharap kamu bisa menyentuhku, bajingan!" Dada Vio naik turun saat mengatakannya. Wajahnya mengeras dengan gigi yang bergemerutuk. Dia sangat muak jika harus berdekatan dengan lelaki biadab di depannya. "Aku besumpah akan mencabikmu jika kamu berani menyentuhku!" Mendengar ancaman Vio, Mark menaikkan sebelah bibirnya ke atas. Dia lantas menolehkan kembali kepalanya hingga saat ini kedua matanya menatap tajam mata Vio. Dengan gerakan cepat, lengan Mark maju dan menekan leher Vio hingga membuat wanita itu merasa tercekik. Ked
Mark tersenyum smirk saat melihat wanita yang dia inginkan beberapa waktu yang lalu telah berada di depan matanya. Wanita yang menghantui tiap malamnya dan membuatnya begitu bergairah dan sangat menginginkannya."Apa yang kamu inginkan dariku?!" tanya wanita di depan Mark dengan lantang. Tak ada raut ketakutan di wajahnya. Bahkan wanita itu berani mengangkat wajahnya dan menatap kedua mata Mark dengan sangat berani. Mark merasa begitu tertantang dan bergairah hanya dengan saling bertatapan seperti itu. Bahkan tanpa sadar lelaki itu menjilat bibir bawahnya penuh minat.Wanita itu begitu jijik dengan tatapan yang diberikan padanya, terlebih wajah mesum yang diperlihatkan sang lelaki."Kamu tidak perlu tahu. Kamu sekarang milikku karena Brian telah memberikanmu padaku, sebagai ganti anak kesayangannya."Mark tertawa dengan sangat keras karena merasa telah menang dari Brian. Dia bisa menekan musuhnya itu sekarang dan mendapatkan apa yang lelaki itu miliki."Cuih!" Vio meludah ke arah sampi
Vio merasa aneh dengan sikap Brian yang setelah pulang dari kantor. Lelaki itu seolah ingin berbicara dengan Vio, tetapi lelaki itu malah bersikap salah tingkah yang membuat Vio bingung.Vio penasaran, tapi karena dia masih marah, dia hanya diam. Dia akan menunggu Brian mengatakan apa maksud sikap anehnya itu. Dia yang sedang memasak makan malam memilih fokus pada masakannya, bersikap seolah tidak ada Brian di sana.Brian merasa gelisah setelah pembicaraan dengan Mark siang tadi. Pikirannya ingin mencabik-cabik tubuh lelaki yang paling dia benci itu, tetapi keselamatan Kyra menahannya. Jika dia gegabah, Brian yakin Mark akan dengan mudah mencelakai anak satu-satunya itu.Mark memperlihatkan video yang membuat darahnya berdesir karena amarah. Anak kesayangannya yang telah hilang berhari-hari ternyata berada di tangan Mark. Dalam video itu, terlihat jika Kyra berada di sebuah ruangan dan tengah menangis tersedu. Brian sangat ingin menghampiri dan memeluknya. Namun apa daya, yang ada di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.