Share

#002 Jalan yang Berbeda

Author: aisakurachan
last update Huling Na-update: 2025-07-03 08:21:46

Bree menunduk memijat kepalanya dengan kedua  tangan yang juga masih tertutup sarung tangan putih, bagian dari gaun pengantin.

Dia menolak mempercayai jika dia harus mengalami pernikahan ini dua kali, tapi apa yang saat ini di depan mata mempertunjukkan hal yang sebaliknya.

“Ah… Tidak. Ini pasti mimpi! Atau aku sudah mati. Apa aku menjadi hantu penasaran yang mengikuti kemanapun Rad pergi?”

Bree menimbang berbagai kenyataan yang mungkin.

Dia tidak percaya dengan hantu meski sering mendengar jerit aneh saat malam-malam dalam kastil, tapi siapa yang tahu hal itu bisa terwujud. Jika menjadi hantu, Bree tidak keberatan menghantui Rad.

Jika beruntung mungkin dia bisa mencekiknya sampai mati seperti kisah horor yang diceritakan ibunya dulu.

Bree memandang rawa di luar jendela, dan kembali mengingat apa yang terjadi hari pada hari pernikahannya. Perjalanan mereka ke Marseille tidak lancar, roda kereta mewah ini akan masuk ke lubang, dan mereka berhenti beberapa lama di tepi hutan. Lantas perampok menyerang.

Perampok malang, karena Rad dan pasukannya dengan mudah mengalahkan mereka.

GLAK!

Baru saja Bree akan menyingkirkan pikiran itu, kereta yang dia tumpangi terguncang. Bree sesaat memandang keluar.

“Tidak mungkin! Ini mustahil!”

Bree membuka pintu kereta yang ada di samping lututnya untuk memandang keluar. Tidak diragukan  lagi mereka ada di tepi hutan. Bree bisa melihat pucuk kumpulan pohon dan jajaran batang kayu berdiri rapat.

“Non!” (Tidak!)

Bree memekik pelan saat melihat gerombolan perampok yang memang sejak awal sengaja memasang jebakan agar keretanta terperosok, bermunculan dari balik pohon.

Apa yang terjadi saat ini sangat sesuai dengan apa yang ada dalam ingatan Bree. Perampok itu ada sekitar sepuluh orang.

Semuanya memakai topi lebar, sementara wajahnya tertutup kain, dengan pedang tipis dan runcing terhunus di tangan.

Bree membuka pintu, turun dan berdiri di samping kereta untuk memastikan jika semua ini adalah pengulangan. Mimpi ini terasa begitu nyata.

“Apa menjadi hantu berarti mengulang masa paling menyebalkan dalam kehidupan?” Bree mengguman pelan.

“Kalian mencari mati saja!” Teriakan nyaring terdengar

Itu adalah Rad. Dan persis sama, Bree ingat kata demi kata teriakan itu. Tapi dulu Bree hanya mendengar, karena dia meringkuk ketakutan di dalam kereta. Untuk kali ini, Bree melihat wajah Rad yang marah, sambil menunjuk orang yang menghadang mereka itu.

Lalu seolah ada orang yang melempar batu untuk mengagetkan, semua orang bergerak bersama, dan denting besi pedang beradu memenuhi udara.

Bree hanya bisa terpana, memandang apa yang sedang terjadi di depannya. Semua baru untuknya.

Ingatan Bree yang dulu, hanya berhenti saat dia melihat perampok, lalu bergegas meringkuk di dalam kereta, sama sekali tidak melihat bagaimana Rad dan para pengawal membasmi semua orang itu.

Dulu Bree tidak melihat bagaimana Rad bergerak lincah, memutar tubuh dengan cepat, sementara tangannya berayun menyabetkan pedang yang ada di tangannya, dengan wajah penuh amarah.

Bree nyaris tidak pernah melihat Rad menunjukkan emosi, kecuali saat dia terlihat puas saat memeluk tubuh wanita simpanannya. Bree pernah memergokinya saat memeluk wanita lain dengan wajah puas, dan Rad juga tahu, tapi tidak terlihat bersalah saat hal itu terjadi.

Bree mengira emosinya mati. Tapi ternyata tidak.

Di sini Bree melihat bagaimana Rad berlari ke arah dirinya dengan sangat cepat. Lalu dia menusukkan pedang di tangannya pada salah satu perampok yang ternyata sudah begitu dekat dengan Bree. Perampok itu sudah mengangkat pedang berniat menyerang Bree.

Jarak yang begitu dekat tidak terlihat oleh Bree karena dia terlalu fokus pada Rad. Bree mengedip perlahan, saat wajah dan gaunnya terciprat darah penyerangnya itu. Basah.

“Apa kau ingin mati juga seperti mereka? Untuk apa kau di luar?!” bentak Rad dengan mata melotot memandang Bree, yang juga memandangnya.

Napas Rad memburu karena kesal, sementara wajahnya juga penuh cipratan darah. Bree perlahan mengusap darah  di wajahnya sendiri.

“Kau bisa melihatku? Maksudku… Aku hidup?” Bree sekali lagi menatap warna merah pada wajahnya. Tadi Bree berharap dia hantu jadi Rad tidak akan melihatnya.

“Kau pikir aku buta?! Dan kau tidak akan hidup lebih lama jika terus berada di sini! Masuk!”

Rad menunjuk pintu kereta, dengan rahang mengatup erat, seolah sedang menahan keinginan untuk tidak meledak seperti meriam.

Bree perlahan melangkah naik ke dalam kereta, setelah itu Rad membanting pintu itu sampai menutup.

Bree duduk bersandar di dalam kereta dengan mata kosong, dan pikiran kembali berkelana.

Satu hal pasti dan jelas sekarang, dirinya masih hidup karena Rad melihatnya, juga perampok yang tadi. Bree tidak sedang bermimpi, maupun menjadi hantu. Saat ini dia sedang mengulang kehidupan yang sama.

Kejadian yang sama di hari pernikahannya dulu, dengan sedikit perbedaan, karena dia memutuskan untuk turun dari kereta, membuat gaun pengantinnya kotor penuh darah.

Bree menekuk tubuh, membenamkan wajah pada pahanya. Dia tidak mengerti kenapa semua ini terjadi. Namun, satu hal yang pasti, Bree tidak ingin mengulang, dia tidak ingin mengulang kehidupannya dalam masa ini.

Dirinya kehilangan begitu banyak hal, dan hatinya tersakiti begitu dalam. Bentuk luka dan kesakitan yang tidak ingin dia hadapi lagi.

Namun, kemudian Bree tersentak dan menegakkan tubuh. Menyadari satu hal paling penting.

Dirinya memang mengalami banyak kesakitan dan juga kehilangan, tapi sekarang Bree tahu semua hal itu akan terjadi kapan dan bagaimana.

Bree bisa mencegahnya.

Seperti gaunnya yang kini ternoda darah karena turun dari kereta, keputusan yang berbeda akan menghasilkan nasib berbeda, hasil berbeda.

Bree meremas bagian gaun putih yang menutupi lututnya dengan amat kencang.

“Aku akan mengubahnya.” Bree berguman, lalu perlahan tersenyum. Senyum dingin yang tidak mencapai matanya.

Ya, semua orang boleh menyiksanya, semua orang bisa tertawa atas penderitaannya, tapi kali ini adalah gilirannya tertawa. Gilirannya untuk merasa menang dan mengubah kedudukan.

Pembalasan.

Dan satu yang paling penting, dia harus memastikan untuk membalas Rad, dan juga tidak jatuh cinta pada pria itu. Segala bentuk pengkhianatan, tidak akan membuatnya sakit hati tanpa perasaan itu.

Bree menghela napas, kembali menatap rawa yang ada di luar sana.

Awalnya mungkin terlihat buruk, tapi pengulangan ini tidak buruk. Bree mulai merasa ini menyenangkan.

Tidak akan lagi ada Bree yang polos dan penurut. Dia akan mengubah nasibnya yang berujung kematian mengenaskan itu. Pasti.

***

Perjalanan itu membuat mereka tiba di kastil Marseilles sudah hampir tengah malam. Tidak ada apapun yang terlihat, karena cahaya obor hanya menerangi petak kecil halaman kastil. Namun, Bree tidak membutuhkan banyak cahaya.

Meski hanya beberapa bulan tinggal di kastil ini, Bree cukup mempunyai ingatan cukup tentang detail tempat ini.

Bree menghirup udara malam dalam-dalam, segar bercampur aroma laut. Kastil Marseilles  memang berada di puncak bukit, sementara bibir pantai terletak tak jauh di kaki bukit..

Tempat ini indah, Bree tidak akan mengutuk tempat seindah kastil ini. Yang salah hanyalah para penghuninya. Tetapi Bree punya cara untuk memperbaikinya kini.

Bree kembali menatap punggung Rad, yang kini ada di depan mereka, menyusuri lorong remang gerbang dan memasuki bangunan utama kastil.

Kastil batu itu masih seperti ingatan Bree, kokoh, dingin dengan warna coklat pucat. Saat mereka melewati ruang makan, Bree sedikit bergeser mendekati meja. Dengan sangat cepat, tangannya menyambar pisau buah yang ada di atas meja, dan menyusupkan pisau itu ke dalam lengan gaun.

Bree bertekad untuk membuat perbedaan lain malam ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   Extra 44 - Kota yang Mengawali Kisah

    Gael meletakkan secangkir susu hangat dan madu di meja, lalu menatap ayah dan ibunya yang berdiri di atas balkon. Memandang laut biru di hadapan, membentang tenang sampai kaki langit. Pemandangan itu adalah alasan utama Bree memilih rumah ini saat Rad mengatakan ingin membeli rumah di Marseilles. Selain karena tetangga mereka berada dalam jarak yang jauh, pemandangan indah itu mengingatkannya akan laut yang dulu ada di dekat kastil. Jika bisa Rad ingin membeli tanah tempat kastil itu berada, tapi ternyata tidak bisa. Area itu menjadi situs sejarah yang dilindungi. Tidak boleh dimiliki oleh perseorangan. Tapi villa mewah—tempat mereka berada, juga di bangun di atas bukit, mirip dengan kastil Valois. Cukup mewakili kenangan yang ada dalam benak mereka setiap kali berkunjung ke sini. Dari balkon itu, Rad bisa memandang tanah pemakaman yang tadi mereka kunjungi. Menurut Elf yang tadi, Dihyan, dimakamkan di Marseilles, adalah permintaan dari Abel yang disampaikan kepada salah satu cu

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   Extra 43 - Perang yang Lain

    RATUSAN RIBU MALAM KEMUDIAN Bebas. Sangat bebas. Itulah yang dirasakan Gael setiap kali tubuhnya meluncur turun, menyerah pada tarikan gravitasi, pasrah pada kekuatan bumi. Hanya ditemani kesunyian dan hembusan angin, yang menerpa tubuhnya. Gael bahkan tidak lagi melihat pemandangan di bawahnya. Dia menutup mata. Murni ingin menikmati sensasi bukan lagi melihat pemandangan. “Mana parasutmu? Kembangkan sekarang!” Suara berteriak di telinga Gael—melalui radio penerima yang ada di telinga, membuat Gael mengeluh. Kesunyian itu tidak berlangsung lama rupanya. “Kembangkan sekarang? Apa kau ingin mati?!” Terdengar bentakan penuh rasa khawatir sekali lagi. “Iya…Iya…” Gael menurut, dan menarik tali, dan mengembangkan parasut yang ada di punggungnya. Tubuh Gael tersentak, seiring parasut berwarna hitam bergaris putih itu mengembang, dan kecepatannya menurun. Tak lagi meluncur bebas tapi melayang tenang, sementara mata abu-abunya dari balik g****e menatap ke bawah, mencari titik pendarata

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   Extra 42 - Rumah yang Baru

    “Tidak berhenti padaku. Masih ada Valois yang menghuni kastil itu.” Gael menunjuk langit warna merah yang semakin terlihat jauh. Tempat dimana kira-kira kastil Marseilles berada. “Dan kau pikir kami bodoh?” Amory menyahut, sambil bergeser dan berdiri samping Gael, berkacak pinggang karena jengkel.“Ayah dan ibumu mungkin tidak mengatakan apapun, tapi kami tahu kau tidak menikah dengan siapapun, dan Valois yang ada di sana adalah palsu.” Amory ikut menunjuk kejauhan. “Aku menikah!” bantah Gael, tapi matanya dengan aktif menghindari tatapan tajam Amory. “Ya, aku tahu kau menikah, dan mungkin tidur dengan istrimu itu, tapi kau tidak punya anak. Kau pembohong yang buruk!” Amory separuh menegur, separuh mengejek. Dan memang benar seperti yang dituduhkan Amory. Sudah sejak beberapa generasi, penghuni kastil Marseilles bukanlah Valois. Valois terakhir menghuni kastil itu adalah Gael. Dan sebenarnya sangat jelas, tidak mungkin disembunyikan, karena semua Valois setelah Gael adalah manusi

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   Extra 47 - Perpisahan yang Sendu

    RIBUAN MALAM LAIN BERLALU “Sekarang!” Gael memberi aba-aba dalam bisikan, setelah memastikan tidak ada orang yang melihat mereka. Lima sosok bertudung yang ada di belakangnya, berlari mengikuti Gael yang menaiki tangga kapal, dan mereka semua sampai di atas geladak kapal dengan hembusan napas lega. “Ini yang terakhir,” kata Gael, kepada Rad yang berdiri di samping geladak. Rad mengangguk, lalu berlari menuju kemudi kapal. “Tarik jembatan dan jangkar!” Rad berseru, saat dengan ringan melompat ke belakang kemudi kapal. Dan perintahnya terlaksana. Vampir—yang memang sudah ditugaskan untuk mengurusi itu, bergerak mengangkat jangkar, dan tentu saja Gael ikut bergerak mengangkat jembatan. “TUNGGU!” Lengkingan bernada tinggi terdengar, dan Gael menyumpah. Mereka sejak tadi bergerak dalam rahasia, agar penghuni pelabuhan yang lain tidak tertarik. Dan lengkingan itu tentu menarik perhatian. Pelabuhan Marseilles tidak pernah tidur. Tapi karena Rad sudah memilih area yang cukup terpe

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   Extra 46 - Perpisahan yang Tidak Selamanya

    “Aku akan…” “Gael, sudahlah.” Bree tidak ingin mereka bertengkar hari ini. Dia menenangkan Gael, lalu berpaling pada Rad yang masih menampakkan wajah tidak bersalah. “Dan kau, cukup!” Rad mengangkat bahu dengan santai. “Aku hanya ingin dia melakukan tugasnya.” “Kau mulai terdengar seperti ibumu saat bertemu denganku dulu. Memastikan kau mempunyai keturunan!” Bree mendengus.“Oh? Benarkah?” Rad mendongak heran. Rad hanya bermaksud mengingatkan, tidak sampai harus menuntut. “Ya. Karena itu jangan membahasnya sekarang.” Rad akhirnya kembali diam, merenung apakah dia memang terdengar seperti ibunya. Bree biasanya tidak berkomentar tentang masalah menikah ini, karena sebenarnya juga ingin Gael cepat menikah. Tapi Bree tidak ingin memaksa. Bree ingin hubungan Gael terjadi lebih alami. “Kau boleh menikah kapan saja. Terserah kau. Tapi ingat tentang Valois dan Donovan.” Bree memberi kelonggaran, tapi tidak akan membiarkan Gael melupakan. Gael mengeluh dalam hati, tidak berani lagi

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   Extra 45 - Perjalanan yang Baru

    RIBUAN MALAM BERIKUTNYA Pelabuhan Marseilles ramai seperti biasa. Selama beberapa tahun ini, pelabuhan itu tidak pernah sepi, selalu ramai oleh pedagang dari seberang, serta pembeli pastinya. Dan hal itu juga berarti kemakmuran. Tidak ada yang mengalahkan Marseilles dalam hal perdagangan. Kekuatan ekonomi kokoh yang dihasilkan oleh disiplin dan keputusan yang tepat dari Radford Valois selama berkuasa. Beberapa dari penghuni pelabuhan yang biasa, tentu merasa khawatir saat kekuasaannya berganti, tapi sejauh ini—setelah tiga tahun kekuasaan Duke Valois berganti, tidak ada hal buruk terjadi. Hanya saja Duke yang baru sangat jarang turun sendiri ke lapangan. Sebagai ganti dia mengirim anak buah—orang pilihan yang ditunjuk untuk mengawasi dan melaporkan apa yang terjadi. Tapi absennya Duke Valois yang baru itu bisa dimaklumi, karena dia tidak hanya mengurus Marseilles. Ada wilayah Le Mans yang sekarang juga sudah resmi menjadi wilayah kekuasaannya. Maka absennya Duke Gael Valois sanga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status