Beranda / Romansa / Duda Incaran Shana / 116. Rencana Berkuda

Share

116. Rencana Berkuda

Penulis: Viallynn
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-10 11:06:23

Langkah kaki itu bergerak perlahan. Menuju pintu kamar dengan pandangan penasaran. Hatinya mulai berdetak tak karuan. Membayangkan hal yang tak diinginkan.

Ketukan pintu ia urungkan. Memilih untuk berjalan ke sana-ke mari dengan kebingungan. Menunggu menjadi pilihan yang ia tetapkan. Meski hatinya terus menjerit tak nyaman.

Dito Alamsyah, pria itu berdiri di depan pintu kamar hotel Shana dengan gundah. Sejak semalam, pikiran buruk menghantui hati hingga gelisah. Ingin rasanya dia masuk dengan gegabah. Namun sayang, ada Handaru Atmadjiwo yang membuatnya resah.

Pria itu memang suami Shana. Namun entah kenapa fakta itu mengusik ketenangan Dito. Jangan lupa jika hingga detik ini pria itu masih belum merelakan Shana.

Kemarin, dia sudah cukup bahagia karena Shana yang tiba-tiba muncul di Bandung. Semakin bahagia saat Shana tak lagi menghindarinya seperti dulu. Rasa marah tentu masih Shana tunjukan, tetapi wanita itu lebih lunak saat ini.

Tuhan benar-benar ingin menghukum Dito.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Duda Incaran Shana   123. Pasangan Halal

    "Dingin, Pak." Shana meringis saat tubuhnya sudah benar-benar masuk. "Pak Ndaru nggak kedinginan?" tanyanya tak percaya. "Bukannya kamu suka dingin?" "Yang ini dinginnya beda." Shana mengusap wajahnya dan mendekatkan diri pada Ndaru, berharap bisa mendapatkan sedikit kehangatan di sana. Dengan tanggap, Ndaru meraih tubuh Shana. Memeluk pinggang wanita itu dan menariknya mendekat hingga tubuh keduanya bersentuhan. "Masih dingin?" tanya Ndaru tersenyum tipis melihat wajah linglung Shana. Shana menggeleng. "Anget... dikit." Senyum Ndaru melebar, memperlihatkan giginya. Tembok yang sempat ia buat tadi seketika hancur. Ternyata dia memang tak bisa mengabaikan Shana. Wanita itu terlalu luar biasa utuk diabaikan. "Pak Ndaru sering berenang pagi-pagi kayak gini?" tanya Shana menumpukan kedua tangannya di dada Ndaru. "Nggak selalu, tapi kalau ada waktu pasti saya sempatkan." "Saya nggak suka berenang," curhat Shana. "Kenapa?" Tangan Ndaru terangkat menyingkirkan anak ra

  • Duda Incaran Shana   122. Pagi Buta

    Manusia memang hanya bisa meminta. Tanpa peduli dengan keegoisan di kepala. Tanpa peduli dengan akibat yang akan diterima. Intinya, manusia hanya ingin apa yang ia mau benar terlaksana. Semua orang menyadari sikap jelek itu. Namun tetap keras kepala tanpa tahu malu. Waktu terus berjalan tanpa penghalang. Dari gelap menjadi terang. Dari langit berbintang menjadi langit yang benderang. Lalu juga dari malam yang tegang menjadi tenang. Begadang. Kegiatan yang tak banyak orang sukai. Namun untuk kasus dua sejoli, terasa candu untuk dilakukan lagi. Shana dan Ndaru melalui malam indah mereka dengan senang hati. Jika bisa, bahkan ingin melakukannya kembali. Mereka memang bukan pengantin baru, tetapi mereka baru memasuki babak baru. Mata Shana terbuka. Menyadari jika keadaan kamar masih gelap gulita. Cahaya luar juga masih belum ada. Membuktikan bahwa pagi belum tiba. Kepalanya menoleh ke samping, berniat melihat sosok pria yang mengenalkan sensasi nikmat padanya. Namun Sha

  • Duda Incaran Shana   121. Dilema Hati

    Perginya Juna juga membawa kehangatan yang ada. Mendadak keadaan kembali canggung. Begitu Ndaru berdiri, Shana juga melakukan hal yang sama. Dia langsung membereskan alat menggambar Juna dan menyimpannya di rak penyimpanan. "Belum tidur?" tanya Ndaru memecah keheningan. Shana menoleh dengan kikuk. "Saya nungguin Bapak." "Kenapa?" Shana menggeleng. "Saya cuma khawatir karena Bapak pergi mendadak tadi, takutnya ada apa-apa." Memang ada apa-apa. Teriak Ndaru dalam hatinya. "Bapak udah makan?" Shana berusaha memecah kecanggungan. "Sudah." Ndaru menatap Shana lekat selama beberapa detik sebelum mengalihkan pandangannya. "Saya mau istirahat. Saya sedikit pusing." "Bapak sakit?" Shana mendekat dan menyentuh kening Ndaru dengan punggung tangannya. Gerakan reflek yang membuat keduanya terdiam. Ndaru menjauhkan diri. "Cuma sedikit lelah." "Kalau gitu Bapak harus istirahat," gumam Shana. "Ya, saya mau ke kamar." "Saya juga," balas Shana tanpa sadar. Dia berdeham de

  • Duda Incaran Shana   120. Drama Juna

    Kecanggungan semakin terasa. Kala sang atasan mendadak tiba. Pria itu langsung masuk begitu saja. Tanpa berniat mengucapkan sepatah kata. Kebingungan tentu melanda Gilang. Ketika hari liburnya mendadak menghilang. Seperti dirampas habis setelah atasannya datang. Nyatanya, dia tidak bisa protes saat melihat wajah Ndaru yang bimbang. "Bapak mau minum apa?" Gilang menatap dapurnya kebingungan. Seperti pria bujang pada umumnya, dia tidak memiliki banyak makanan di sana. "Apa yang kamu punya?" Ndaru bersandar sambil melepas dua kancing kemeja teratasnya. Rasanya sesak. "Air putih?" tanya Gilang ragu. "Saya butuh yang lebih kuat dari itu." "Jangan anggur," cegah Gilang cepat. "Kafein. Saya butuh kafein." Gilang mengangguk. Dia mulai fokus membuat minuman untuk Ndaru. Apartemennya tidak terlalu besar. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat Ndaru duduk dengan melamun. Meski tatapannya kosong, Gilang tahu jika pria itu sedang memikirkan sesuatu. "Ada sesuatu, Pak

  • Duda Incaran Shana   119. Melindunginya

    "Shana ada di sana, Ru." Guna menghela napas kasar. "Dia di sana, berdiri menatap mobil Arya yang terbakar." "Apa-apaan?" Ndaru meletakkan iPad-nya dan tertawa sinis. "Rekaman ini yang membuat Papa menuduh Shana?" "Kamu lihat jelas-jelas, Ru. Di saat orang lain berlarian cari bantuan, dia malah berdiri tenang di sana." Putri terisak. "Dia pasti senang lihat Mas Arya meninggal. Istri kamu psikopat, Ru!" Ndaru menggeleng. "Kalau Shana begitu. Lalu Mas Arya apa?" "Apa maksud kamu?" Harris bertanya. Ndaru menarik napas dalam dan menatap Putri lekat. "Apa Mbak tau kalau Mas Arya berbuat curang saat menangani kasus Ayah Shana?" Dia beralih pada Ayahnya. "Papa tau tentang ini?" Harris menghela napas kasar dan mengangguk. "Putri baru saja jujur tadi sama Papa. Semua kecurigaan kita semakin nyata adanya, Ru. Shana, istri kamu itu balas dendam ke Arya." "Ini bukan sinetron, Pa. Jangan konyol." Ndaru masih berusaha mengelak. Meski dicecar oleh satu keluarga, dia tetap teguh pa

  • Duda Incaran Shana   118. Kejutan Baru

    Sepertinya dunia memang tak menginginkannya untuk tenang sejenak. Memberikan rasa gelisah yang menumpuk di benak. Membuat seketika keadaan menjadi tak enak. Kebahagiaan yang sempat ia rasakan seketika hilang mendadak. Ya, apa boleh Ndaru menyebutnya kebahagiaan? Kesenangannya bersama Shana kemarin memang singkat. Namun berhasil membuat Ndaru merasa tenang. Ia mengesampingkan logika demi kenyamanan diri. Namun hasilnya, takdir kembali merusak tanpa tahu diri. Kabar mengejutkan tadi pagi masih terngiang-ngiang di kepala Ndaru. Berlarian mencari jalan keluar yang sayangnya tidak ketemu. Karena Ndaru memilih untuk memendamnya sendiri. Tidak berniat berbagi dengan wanita yang duduk di sisi. Kabar mengenai Shana yang ternyata adalah pembunuh Arya merupakan berita yang sulit untuk diterima. Bahkan hingga detik ini, Ndaru masih tidak menemukan letak seriusnya. Seperti lelucon, tetapi berhasil mengacaukan semuanya. Pikiran penuh itu berhasil menghancurkan suasana. Begitu ketara

  • Duda Incaran Shana   117. Hanya Berdua

    "Punya keluarga saya," jawab Ndaru melirik Dito sebentar. Shana dan Erina kompak mengangguk mengerti. Berbeda dengan Dito yang membulatkan matanya dengan bibir terbuka. Ternyata melihat kuda bukan sembarang melihat kuda. Sekarang ganti dirinya yang merasa diejek. Ternyata begitu sulit mengalahkan Handaru Atmadjiwo. *** Sejak semalam, perasaan Shana terhadap Ndaru berubah. Pemikirannya terhadap Ndaru mulai berubah. Tatapannya pada Ndaru juga ikut berubah. Semua telah berubah. Seperti saat ini. Dari kejauhan, Shana melihat Ndaru yang tengah berkuda. Bukan hanya kudanya yang gagah, melainkan pemiliknya juga. Tidak, Shana tidak akan mengelak. Handaru Atmadjiwo memang luar biasa gagah. Pria itu cukup mahir. Bahkan bisa di katakan sangat mahir. Saat di perjalanan tadi, Ndaru sedikit bercerita. Berkuda adalah olah-raga favoritnya. Tak heran jika Shana jarang melihat pria itu berolah-raga selain berenang. Dia pikir hidup Ndaru hanya untuk bekerja. Ternyata berkuda adalah

  • Duda Incaran Shana   116. Rencana Berkuda

    Langkah kaki itu bergerak perlahan. Menuju pintu kamar dengan pandangan penasaran. Hatinya mulai berdetak tak karuan. Membayangkan hal yang tak diinginkan. Ketukan pintu ia urungkan. Memilih untuk berjalan ke sana-ke mari dengan kebingungan. Menunggu menjadi pilihan yang ia tetapkan. Meski hatinya terus menjerit tak nyaman. Dito Alamsyah, pria itu berdiri di depan pintu kamar hotel Shana dengan gundah. Sejak semalam, pikiran buruk menghantui hati hingga gelisah. Ingin rasanya dia masuk dengan gegabah. Namun sayang, ada Handaru Atmadjiwo yang membuatnya resah. Pria itu memang suami Shana. Namun entah kenapa fakta itu mengusik ketenangan Dito. Jangan lupa jika hingga detik ini pria itu masih belum merelakan Shana. Kemarin, dia sudah cukup bahagia karena Shana yang tiba-tiba muncul di Bandung. Semakin bahagia saat Shana tak lagi menghindarinya seperti dulu. Rasa marah tentu masih Shana tunjukan, tetapi wanita itu lebih lunak saat ini. Tuhan benar-benar ingin menghukum Dito.

  • Duda Incaran Shana   115. Curahan Hati 2

    "Lanjutkan." Tangan Ndaru tak berhenti mengelus rambut Shana. "Bukti di pengadilan aneh, Pak. Ayah saya juga nggak ngaku bersalah. Jadi Ibu saya mati-matian cari cara buat bebasin Ayah. Mulai dari banding, sampai cari bukti sendiri ke mantan pegawai yang mendadak dipecat sepihak sama perusahaan. Kata mereka, ayah dituduh, dijadiin kambing hitam buat nutupin bobroknya perusahaan." Suara Shana mulai bergetar. Rasa sesak tengah ia rasakan. "Ibu saya yakin pengadilan disuap untuk memberatkan hukuman Ayah." "Arya, kakak saya yang menangani kasus Ayah kamu?" Shana mengangguk dengan napas tercekat. "Kenapa kamu yakin kalau Kakak saya terlibat?" Shana menatap Ndaru lekat. "Ibu putus asa. Dia nekat temuin Arya, bilang kalau Ayah dituduh dengan harapan hukuman Ayah akan dikurangi. Tapi tau apa yang Arya bilang?" "Apa?" "Sebaiknya kalian berhenti. Lawan kalian itu bukan orang sembarangan. Bukti yang kalian cari nggak akan berguna. Orang kecil seperti kalian nggak akan bisa lawa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status