Home / Romansa / Duda Incaran Shana / 143. Rasa Rindu

Share

143. Rasa Rindu

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2025-06-12 20:45:38

Ternyata masalah belum selesai begitu saja. Gonjang-ganjing tanah air masih sangat terasa. Menghilangnya Nurdin Hasan dan Darma Baktiar menjadi alasan utama. Membuat masyarakat semakin curiga atas kebenaran berita.

Kembalinya Shana juga bukanlah akhir dari segalanya. Justru dari sana, Ndaru dibuat semakin waspada. Tanpa banyak tanya dia langsung menambah banyak penjaga. Karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan Nurdin Hasan selanjutnya.

Yang jelas, dendam pasti sangat ia rasa.

"Kita ke sini?" Shana menatap rumah megah di hadapannya dengan ragu.

Di tengah malam, Ndaru tiba-tiba mengajaknya pergi. Membawa beberapa pakaian dan perlengkapan yang ia butuhkan. Shana tidak tahu pria itu akan membawanya ke mana. Namun setelah berkendara kurang lebih 45 menit, mobil berhenti di sebuah rumah. Rumah mewah yang jarang Shana kunjungi. Bahkan bisa dihitung dengan jari.

"Penjagaan lebih ketat di sini."

Shana menatap Ndaru cepat. "Semua sudah selesai, kan, Pak?"

"Sebelum N
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Duda Incaran Shana   146. Perhatian yang Berbeda 2

    "Jadi gimana kemarin? Kenapa kamu bisa tiba-tiba di rumah?" Guna mulai bertanya. Dia penasaran dengan apa yang Shana lalui. Shana mengedikan bahunya dan menghela napas pelan. "Setelah berita tentang Nurdin ramai, Mas Nendra minta aku pergi sebelum ayahnya datang." "Jadi selama ini Nendra juga di sana?" Yanti menggelengkan kepala tidak percaya. Shana mengangguk membenarkan. "Mereka siksa kamu?" tanya Guna tiba-tiba. Berhasil membuat Ndaru mendelik padanya. Pemilihan kata yang buruk. "Apa?" tanya Guna polos. "Kalau Shana terluka, bisa buat hukuman mereka semakin berat." "Mas!" Yanti mencubit lengan Guna. "Sepertinya kamu baik-baik saja." Harris mulai berbicara, dia menatap keadaan Shana yang tak ada luka maupun goresan. "Sudah pasti Nendra melindungi kamu di sana. Dia kan suka kamu." "Pa?" tegur Ndaru jengah. Ndaru meminta Shana sarapan bersama bukan untuk hal ini. "Oke. Dengarkan Papa." Harris meletakkan sendoknya. "Selama Nurdin dan Darma belum tertangkap.

  • Duda Incaran Shana   145. Perhatian yang Berbeda 1

    Seperti hari sebelumnya, rumah Harris Atmadjiwo tampak ramai akhir-akhir ini. Selain para cucu yang berlarian, anak-menantu juga ikut merapatkan barisan. Semua itu dilakukan demi keamanan. Harris tidak bisa menjamin keluarganya akan baik-baik saja jika di luar sana. Selama Nurdin dan Darma masih belum ditemukan, Harris akan menjaga keluarganya dengan ketat. Bersatu di bawah atap yang sama sudah menjadi keputusan bulat. "Sarapan dulu, jangan lari-larian!" Yanti tampak kerepotan mengurus dua bocah yang tengah bermain. Juna dan Satria, keduanya tampak tertawa bahagia memutari meja makan. "Mas Juna, Mas Satria, makan dulu." Guna ikut bersuara. "Mala! Bantu Mama kamu, jangan main HP terus." Mala memajukan bibirnya kesal. "Kasih ke Suster aja. Semalem aku nggak bisa tidur gara-gara Juna sama Satria nggak tidur-tidur." Di balik kerusuhan itu, Harris malah tersenyum lebar. Dia bahagia melihat pemandangan di hadapannya. Jarang-jarang keluarganya berkumpul menjadi satu seperti ini.

  • Duda Incaran Shana   144. Rindu Yang Memuncak

    "Pak Ndaru belum tidur?" tanyanya. "Kenapa?" Shana mengusap keningnya pelan. "Saya mau pinjem pengering rambut, Pak." Ndaru menatap rambut Shana sebentar dan membuka pintu kamarnya lebar. Bermaksud meminta wanita itu untuk masuk. Melihat respon Ndaru, Shana sempat kebingungan. Namun saat pria itu hanya diam di samping pintu membuat Shana mulai melangkah pelan. Awalnya dia ragu, tetapi dia menenangkan diri sampai akhirnya pintu di belakangnya tertutup. "Sepertinya ada di kamar mandi." Ndaru berjalan lebih dahulu dan Shana mengikutinya dari belakang. Tidak ada waktu untuk memperhatikan kamar Ndaru. Shana bergerak cepat untuk membantu mencari alat pengering rambut itu. Senyumnya merekah saat menemukan barang yang ia butuhkan di salah satu laci. "Pak, ketemu!" seru Shana. "Saya pinjam dulu, ya, Pak." "Mau saya bantu?" tanya Ndaru tiba-tiba. "Hah?" Ndaru tak menjawab. Pria itu mengambil pengering rambut dari tangan Shana dan mulai menyalakannya. "Hadap sana."

  • Duda Incaran Shana   143. Rasa Rindu

    Ternyata masalah belum selesai begitu saja. Gonjang-ganjing tanah air masih sangat terasa. Menghilangnya Nurdin Hasan dan Darma Baktiar menjadi alasan utama. Membuat masyarakat semakin curiga atas kebenaran berita. Kembalinya Shana juga bukanlah akhir dari segalanya. Justru dari sana, Ndaru dibuat semakin waspada. Tanpa banyak tanya dia langsung menambah banyak penjaga. Karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan Nurdin Hasan selanjutnya. Yang jelas, dendam pasti sangat ia rasa. "Kita ke sini?" Shana menatap rumah megah di hadapannya dengan ragu. Di tengah malam, Ndaru tiba-tiba mengajaknya pergi. Membawa beberapa pakaian dan perlengkapan yang ia butuhkan. Shana tidak tahu pria itu akan membawanya ke mana. Namun setelah berkendara kurang lebih 45 menit, mobil berhenti di sebuah rumah. Rumah mewah yang jarang Shana kunjungi. Bahkan bisa dihitung dengan jari. "Penjagaan lebih ketat di sini." Shana menatap Ndaru cepat. "Semua sudah selesai, kan, Pak?" "Sebelum N

  • Duda Incaran Shana   142. Bom Meledak 2

    Malam telah berganti pagi. Namun berita utama tetap menghiasi. Tentu berita mengenai Nurdin Hasan tak mungkin menghilang begitu saja. Selain kekuatan media, skandal Nurdin memang luar biasa gilanya. Di tengah perayaan pesta rakyat, di mana manusia yang berkepentingan sibuk menjaga citra, nama Nurdin Hasan muncul kebalikannya. Nurdin viral karena kebusukannya. Rencana Atmadjiwo berhasil. Dengan kesabaran, mereka mampu membongkar kebusukan Nurdin hingga ke akar-akarnya. Hal itu membuat wanita yang tengah diasingkan itu menghela napas lega. Shana tahu jika hal ini akan tiba. Tak mungkin jika Ndaru dan keluarganya hanya diam di bawah kendali Nurdin. Shana tahu jika Atmadjiwo pasti menyiapkan semuanya. Lalu di saat ini lah, di mana pemilu akan diadakan dua hari lagi, mereka membongkar semuanya. Shana yang sudah membuka mata tampak puas menatap televisi. Hanya benda itu satu-satunya akses yang ia miliki untuk melihat dunia luar. Senyum lemah muncul di wajahnya. Dia senang karena p

  • Duda Incaran Shana   141. Bom Meledak

    Wajah itu mulai memerah. Sorot matanya penuh dengan amarah. Kemungkinan menyerang tentu tak terbantah. Beruntung ada tangan yang dengan sigap mencegah. Semua orang tampak waspada. Mengawasi dengan seksama. Mengamati barang di sekitar yang tampak berbahaya. Agar bisa dengan segera menyingkirkannya. "Masih ada guci punya Kakek," bisik Mala pada ibunya. Dayanti melirik guci itu dan mengangguk. Secara perlahan dia berjalan mendekat berusaha untuk mengambilnya. Namun sepertinya dia terlambat. Pergerakannya ternyata telah dibaca. Satu detik kemudian, guci itu sudah terlempar sempurna. Ke arah pria yang saat ini tengah membungkuk dan melindungi dirinya dengan kedua tangan. Teriakan tak bisa lagi terhindarkan. Beruntung guci itu mendarat tepat di tembok. Sehingga tidak ada luka yang tercipta. "Cukup! Kamu mau hancurkan rumah saya?!" teriak Harris marah. Bukannya takut, wanita yang masih diselimuti amarah itu menatap Harris tajam. Lupakan sopan santun. Apa yang ia rasakan saa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status