Home / Romansa / Duda Pilihan Mama / Salah Paham dan Mantan

Share

Salah Paham dan Mantan

Author: Ayu Anggita
last update Last Updated: 2025-06-07 20:00:15

Setelah pertemuan tak terduganya dengan Anessa, Wulan menjadi sedikit takut. Dia jua terus meningkatkan kewaspadaannya. Nalurinya sebagai wanita sekaligus saudara kandung Galang membuatnya yakin bahwa Anessa belum selesai dengan rencana jahatnya. Karena itu, Wulan memutuskan untuk memperingatkan Andara secara langsung.

“Andara,” tegur Wulan sore itu di ruang keluarga, “kamu harus lebih hati-hati lagi, ya. Aku nggak bermaksud nakutin, tapi ... Anessa udah keluar dari rumah sakit jiwa.”

Andara membelalak. “K-keluar? Tapi, bukannya dia masih harus terapi kejiwaan?”

Andara lalu teringat kejadian di kampus waktu dirinya wisuda. Saat itu ia melihat bayangan Anessa di antara para tamu dan wisudawan. Namun, saat itu dirinya tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Walaupun Wulan juga melihatnya, tetapi tak menutup kemungkinan mereka salah melihat. Akan tetapi, mendengar cerita Wulan barusan, Andara menjadi yakin, kalau bahaya masih mengintai dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Duda Pilihan Mama   Waspada dan Curiga

    Anessa berjalan mengendap. Dia harus berhati-hati agar rencananya tak gagal lagi kali ini. Dia terus berjalan menuju pantry. Tak ada yang memperhatikan kehadirannya karena semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Langkah-langkah ringan menyusuri koridor kantor yang senyap. Hanya suara hak sepatu yang beradu dengan lantai keramik yang terdengar samar. Anessa berjalan perlahan, sebotol minuman berwarna bening dengan tutup yang tampak baru terpasang di tangannya. Di balik masker kain berwarna hitam yang menutupi setengah wajahnya, senyum menyeringai penuh niat jahat terpahat jelas. “Sebentar lagi semuanya selesai,” gumamnya pelan, nyaris seperti desisan ular. Di dalam botol minuman itu, ia sudah mencampurkan bubuk racun yang nyaris tak berwarna dan tak berbau. Racikan yang ia pelajari dengan seksama selama berbulan-bulan. Ini bukan racun mematikan seketika, tapi cukup untuk melumpuhkan. Ia ingin Galang merasakan sakit perlahan, seperti

  • Duda Pilihan Mama   Salah Paham dan Mantan

    Setelah pertemuan tak terduganya dengan Anessa, Wulan menjadi sedikit takut. Dia jua terus meningkatkan kewaspadaannya. Nalurinya sebagai wanita sekaligus saudara kandung Galang membuatnya yakin bahwa Anessa belum selesai dengan rencana jahatnya. Karena itu, Wulan memutuskan untuk memperingatkan Andara secara langsung. “Andara,” tegur Wulan sore itu di ruang keluarga, “kamu harus lebih hati-hati lagi, ya. Aku nggak bermaksud nakutin, tapi ... Anessa udah keluar dari rumah sakit jiwa.” Andara membelalak. “K-keluar? Tapi, bukannya dia masih harus terapi kejiwaan?” Andara lalu teringat kejadian di kampus waktu dirinya wisuda. Saat itu ia melihat bayangan Anessa di antara para tamu dan wisudawan. Namun, saat itu dirinya tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Walaupun Wulan juga melihatnya, tetapi tak menutup kemungkinan mereka salah melihat. Akan tetapi, mendengar cerita Wulan barusan, Andara menjadi yakin, kalau bahaya masih mengintai dia

  • Duda Pilihan Mama   Tanpa Sengaja

    Andara bisa bernapas lega setelah dokter mengatakan tak ada luka serius di tubuh Galang. Hanya ada sedikit lebam di dagunya. “Kamu udah nggak khawatir lagi, kan sekarang?” tanya Galang setelah keluar dari ruang pemeriksaan. Andara menghela napas panjang. “Belum sepenuhnya,” sahut Andara. Wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran. “Aku takut hal semacam ini akan terjadi lagi,” lanjutnya. Galang meraih jemari istrinya dan menggenggamnya dengan erat. Seulas senyum tergambar di wajahnya yang teduh. “Jangan berpikiran macam-macam! Doakan saja aku selalu baik-baik saja ya,” pinta Galang. Andara menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Sedetik kemudian dia menganggukkan kepalanya. Setelah itu, mereka beranjak meninggalkan rumah sakit. Sementara itu di tempat yang berbeda. Wulan tampak duduk di depan Ayah. Kakek dan Nenek duduk tak jauh dari gadis manis itu. Matanya mena

  • Duda Pilihan Mama   Dendam Anessa

    Langit kota tampak mendung saat Anessa turun dari bus malam itu. Tak ada yang tahu bahwa perempuan itu telah keluar dari pusat rehabilitasi. Dengan jaket hitam dan tas kecil di pundaknya, ia melangkah menyusuri trotoar kota tempat Galang dan keluarganya tinggal. Kota ini tidak asing baginya. Justru dia sangat akrab dengan kota ini. Setiap sudut menyimpan kenangan pahit dan dendam yang belum selesai. Langkah pertama Anessa membawanya menuju penjara. Di ruang kunjungan, ia duduk di balik kaca bening, menanti satu-satunya orang yang selalu membelanya Bunda. Tak lama, sosok wanita paruh baya itu muncul dengan senyum samar. Mata mereka bertemu. Senyum itu menghilang, berganti dengan sorot dingin penuh amarah. “Kamu datang, Nak!” ujar Bunda, suara rendah, tetapi penuh dengan tekanan. “Aku keluar lebih cepat dari yang mereka kira,” balas Anessa. Bunda mendekatkan wajah ke kaca. “Galang ... anak itu harus membayar semuanya. Bersama

  • Duda Pilihan Mama   Kehidupan Selanjutnya

    Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Andara. Bagaimana tidak? Setelah empat tahun berkutat dengan diktat dan berbagai macam praktek, akhirnya kini Andara bisa lulus juga. Tak hanya Andara yang merasa bahagia, tetapi seluruh keluarganya pun turut berbahagia. Langit pagi tampak bersih, seakan turut merayakan pencapaian yang telah lama dinanti. Andara mengenakan toga hitam dengan selendang ungu yang menyilang di dada. Di atas kepala, topi persegi bertengger anggun, menandakan status barunya sebagai seorang sarjana. Hatinya berdebar, namun bukan karena gugup, melainkan karena kebahagiaan yang begitu besar.“Akhrirnya aku lulus, Mas,” bisiknya pelan di telinga Galang. Galang yang berdiri di sampingnya menggenggam tangan sang istri dengan erat. “Dan aku bangga padamu,” ujarnya, senyum tulus tergambar di wajahnya. Andara menatap pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya itu. Mereka memang belum lama menikah, tapi perj

  • Duda Pilihan Mama   Bertemu

    Setelah semua kebenaran terungkap, Andara merasa napasnya lebih ringan. Beban curiga yang dulu menggumpal di dadanya perlahan luruh. Wulan bukan ancaman seperti yang ia kira. Gadis itu ternyata adalah saudara kandung Galang. Saudara kembar yang dipisahkan sejak kecil karena sebuah tragedi kelam. "Maafkan aku yang harus bersikap dingin padamu dulu, Ra," kata Wulan waktu itu, saat mereka duduk berdua di taman belakang rumah Galang. “Aku pikir … itu adalah satu-satunya cara agar aku bisa masuk ke lingkaran permainan Anessa dan ibunya.” “Aku berpikir, jika aku bisa masuk ke pusara permainan mereka … aku akan dengan mudah mengungkap semuanya,” lanjut Wulan. Terdengar helaan napas berat ketika kalimat itu keluar dari mulutnya. Andara menatap Wulan, masih menyimpan keterkejutan atas pengakuan-pengakuan gadis itu. “Jadi ... kamu memang sengaja mendekat ke mereka?” tanya Andara lirih. “Bukan hanya mendek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status