Home / Romansa / Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai! / 202. Permataku yang hilang

Share

202. Permataku yang hilang

Author: Raisaa
last update Last Updated: 2025-11-27 08:00:32

Beberapa tamu langsung menahan napas.
Ini sudah bukan sindiran halus lagi.
Viviene menyerang secara terang-terangan.

Selene tersenyum tipis, senyum yang membuat Viviene justru terlihat semakin tidak stabil.

“Kalau begitu,” ucap Selene lembut, “kebetulan ada Yang Mulia Kaisar di sini.”

Spontan kepala para tamu menoleh ke arah area tempat sang kaisar berbicara dengan beberapa pejabat tinggi.

Selene melanjutkan, masih dengan suara yang sopan dan manis namun mengiris,

“Jadi kalau kau ingin mempertanyakan urusan Putri Bella tinggal di kediaman Duke Leventis…”
Ia memberikan sedikit jeda, s

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Yuli W
Karna setelah vivi balik dr kabur, dirian sering menuruti vivi, selain karna janji dan hutang budi, jg sepertinya supaya vivi tdk menganggu selene. Tp knp soal racun itu dibiarkan?!
goodnovel comment avatar
Yuli W
Jd penasarn jg semua alasan, peristiwa, keterlibatan di balik kegugurannya selene.
goodnovel comment avatar
Yuli W
Jd mkin penasarn sm dirian yg sbnrnya. Rasa cinta ke vivi itu jls cm usaha krna hutang budi dan janji. Begitu vivi kabur dr pernikahan mlah mkin jls dirian tdk ada usaha mencintai lg, bnr2 hanya tinggal janji dan hutang budi. Tp mski blm cinta selene, knp diam saja vivi racuni selene. Kan anaknya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   320. Pembantai

    Selene menutup mata sejenak. Nama itu seperti pisau yang ditusukkan perlahan ke dadanya.“Tidak,” sahut Odet lebih dulu, suaranya tenang namun mengandung peringatan. “Ayahmu akan marah jika kita masih di sini. Dia tidak ingin kalian berada dalam bahaya.”“Tapi Dagny—” suara Divrio bergetar.Selene membuka matanya. Ia berlutut sedikit agar sejajar dengan putranya, kedua tangannya memegang wajah kecil itu.“Div,” ucapnya pelan namun tegas, “kita menunggu di istana. Di sana lebih aman. Di sini… kita hanya akan menjadi alat. Orang-orang jahat bisa memanfaatkan kita untuk menghancurkan ayahmu.”Divrio menelan ludah. Matanya berkedip cepat, mencoba mencerna kata-kat

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   319. Begitu mirip

    Angin malam berhembus lebih kencang, membawa dingin yang menusuk. Di tengah hamparan salju itu, seorang anak kecil menunggu ibunya di punggung kuda setia, sementara para pria dewasa bersiap menuju perang yang tidak hanya akan menentukan nasib wilayah utara, tetapi juga nasib sebuah keluarga yang akhirnya mulai dipertautkan kembali oleh darah, keberanian, dan pengorbanan.Selene tiba ketika fajar belum sepenuhnya lahir. Langit masih pucat, seolah ragu memutuskan apakah hari ini pantas dimulai. Kereta bahkan belum berhenti sempurna saat Selene sudah melompat turun, sepatu tipisnya menapak salju dingin tanpa ia pedulikan. Nafasnya terengah, dadanya terasa sesak, namun kakinya terus berlari seakan tubuhnya digerakkan oleh satu hal saja: putranya.Odet menyusul dari belakang, memanggil namanya, namun suara itu tenggelam oleh desir angin pagi.“Divrio!” teriak Sel

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   318. Tidak mudah jatuh.

    Kuda hitam itu terus berlari, membelah kesunyian malam seperti bayangan maut yang menolak tunduk pada apa pun. Salju terbelah di bawah kuku-kukunya, pepohonan pinus berlalu begitu saja, dan udara dingin terbelah oleh napasnya yang berat namun stabil.Beberapa bayangan bergerak di sisi hutan, serigala, lynx salju, bahkan sesuatu yang lebih besar. Mata-mata liar berkilat di kegelapan. Ada yang mencoba mengejar, ada yang hanya mengaum rendah, namun kuda hitam itu tidak melirik sedikit pun. Jalurnya lurus. Tujuannya jelas.Ia berlari seolah dunia ini tidak ada artinya selain perintah terakhir tuannya.Di punggungnya, Divrio terhuyung-huyung, tubuh kecilnya terikat pada tali kekang. Rambutnya berkibar, wajahnya merah oleh dingin dan air mata yang belum benar-benar kering. Namun di balik rasa takut itu, matanya berbinar.

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   317. Kuda!

    Dirian menjatuhkan Divrio ke tanah dengan kasar namun aman, lalu melesat kembali ke dalam tenda. Pedangnya terangkat tinggi.Bayangan hitam merembes dari bawah alas jerami, menjalar seperti asap hidup dan membelit kaki Dagny, menariknya makin cepat.“JANGAN! AKU TAKUT!”Dagny menangis histeris, kukunya mencakar tanah, berusaha menahan tubuhnya sendiri.Divrio bangkit sambil terhuyung, wajahnya pucat.“Ayah! Ayah, Dagny diambil!”“PEGANG AKU!” bentak Dirian, tapi Divrio terlalu panik untuk mendekat.Dirian menebas.Satu tebasan. Dua. Tiga.Pedan

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   316. Bayangan gelap

    Suara itu masuk begitu saja ke dalam kepalanya, datar namun tajam, membuat Dirian refleks menarik tangannya dan langsung siaga. Otot-ototnya menegang, mata merahnya menyala di kegelapan.“Lamina,” ucapnya pelan, bukan bertanya, melainkan memastikan.Terdengar tawa kecil, rendah, hampir seperti desahan angin di sela dahan.“Masih secerdas itu rupanya.”Dirian berdiri perlahan, matanya tak lepas dari kodok itu. “Kenapa ada makhluk hidup di hutan es?” tanyanya dingin. “Dan kenapa kau melarangku menyentuhnya?”“Karena itu milikku.” Suara Lamina kini terdengar lebih jelas, lebih dekat, seolah ia berdiri tepat di balik pepohonan. “Aku yang menaruh kodok itu.”

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   315. Ilusi atau sihir

    Gerbang istana kekaisaran terbuka lebar ketika kereta kuda berhenti dengan derit panjang. Salju masih melekat di sisi roda, seolah ikut membawa dingin dan ketakutan dari utara masuk ke jantung kekuasaan.Selene turun dengan langkah yang nyaris goyah, diapit oleh Odet dan Sylar. Wajahnya pucat, matanya kosong seperti seseorang yang tubuhnya sudah tiba, tetapi jiwanya tertinggal jauh bersama dua anak yang direnggut dari pelukannya.Mereka bahkan belum sempat menarik napas panjang ketika dua sosok telah menunggu di aula depan.Putra Mahkota Kekaisaran, Lucien, berdiri tegak dengan jubah kebesarannya, dan di sisinya, Putra Mahkota Kerajaan Utara, Eisach, dengan raut wajah keras khas bangsanya. Keduanya menoleh hampir bersamaan saat Selene melangkah masuk.Lucien membeku.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status