Share

222. Prioritas

Author: Raisaa
last update Last Updated: 2025-12-02 08:00:48
Dirian meminta Daisy dan Mona berjaga di depan kamar Selene sebelum ia keluar dari rumah sakit. Begitu melewati pintu utama, ia melihat Lucien sudah berdiri bersama pasukannya.

“Periksa semua orang. Dokter yang kutebas tadi berniat membunuh istriku. Rumah sakit ini jelas penuh orang kotor.” ucap Dirian datar.

Lucien mengangguk. “Aku akan mengurus semuanya. Kau harus tenang dan beristirahat.”

“Tidak akan.”

“Kau harus ke tempat itu,” ujar Lucien lagi, seperti mengingatkan sesuatu.

Dirian berhenti sejenak. Ia memejamkan mata, menarik napas panjang, lalu melangkah lagi menuju mobil tanpa menjawab.

Lucien melihat mobil Dirian melaju pergi. Wajahnya mengeras.

“Tangkap semua tikus kotornya.” perintahnya pada para prajurit. Ia tahu Duke mereka sudah berada di batas emosinya.

Sesampainya di kastil, Dirian langsung berjalan masuk dan menatap semua orang yang menunggu kabar.

“Kau hari ini keluar dari kastilku.” katanya pada Ragnar.

Ragnar menghela napas. “Baik. Tapi apakah itu aman?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mommy Lily
btw bayinya Selene mana ya? kok Selene malah nyariin Dirian bukan nyariin bayinya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   317. Kuda!

    Dirian menjatuhkan Divrio ke tanah dengan kasar namun aman, lalu melesat kembali ke dalam tenda. Pedangnya terangkat tinggi.Bayangan hitam merembes dari bawah alas jerami, menjalar seperti asap hidup dan membelit kaki Dagny, menariknya makin cepat.“JANGAN! AKU TAKUT!”Dagny menangis histeris, kukunya mencakar tanah, berusaha menahan tubuhnya sendiri.Divrio bangkit sambil terhuyung, wajahnya pucat.“Ayah! Ayah, Dagny diambil!”“PEGANG AKU!” bentak Dirian, tapi Divrio terlalu panik untuk mendekat.Dirian menebas.Satu tebasan. Dua. Tiga.Pedan

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   316. Bayangan gelap

    Suara itu masuk begitu saja ke dalam kepalanya, datar namun tajam, membuat Dirian refleks menarik tangannya dan langsung siaga. Otot-ototnya menegang, mata merahnya menyala di kegelapan.“Lamina,” ucapnya pelan, bukan bertanya, melainkan memastikan.Terdengar tawa kecil, rendah, hampir seperti desahan angin di sela dahan.“Masih secerdas itu rupanya.”Dirian berdiri perlahan, matanya tak lepas dari kodok itu. “Kenapa ada makhluk hidup di hutan es?” tanyanya dingin. “Dan kenapa kau melarangku menyentuhnya?”“Karena itu milikku.” Suara Lamina kini terdengar lebih jelas, lebih dekat, seolah ia berdiri tepat di balik pepohonan. “Aku yang menaruh kodok itu.”

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   315. Ilusi atau sihir

    Gerbang istana kekaisaran terbuka lebar ketika kereta kuda berhenti dengan derit panjang. Salju masih melekat di sisi roda, seolah ikut membawa dingin dan ketakutan dari utara masuk ke jantung kekuasaan.Selene turun dengan langkah yang nyaris goyah, diapit oleh Odet dan Sylar. Wajahnya pucat, matanya kosong seperti seseorang yang tubuhnya sudah tiba, tetapi jiwanya tertinggal jauh bersama dua anak yang direnggut dari pelukannya.Mereka bahkan belum sempat menarik napas panjang ketika dua sosok telah menunggu di aula depan.Putra Mahkota Kekaisaran, Lucien, berdiri tegak dengan jubah kebesarannya, dan di sisinya, Putra Mahkota Kerajaan Utara, Eisach, dengan raut wajah keras khas bangsanya. Keduanya menoleh hampir bersamaan saat Selene melangkah masuk.Lucien membeku.

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   314. Aroma pinus muda

    Hening kembali turun.Namun kali ini, Dirian tidak memanggil lagi.Ia berdiri diam di tengah salju, napasnya berat, matanya menyala dengan tekad yang jauh lebih berbahaya daripada amarah.Instingnya telah memilih.“Waktuku hampir habis,” suara Lamina terdengar semakin jauh, seolah ditarik oleh sesuatu yang tak terlihat.“Lamina—” Dirian langsung memotong, nadanya keras. “Kenapa kau memberitahuku semua ini?”Ada jeda singkat. Bukan hening kosong, melainkan hening yang sarat makna.“Karena aku sudah berjanji,” jawab Lamina akhirnya. “Pada Selene.&

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   313. Darah lebih kental daripada air

    Langkah Dirian terhenti.Bukan karena ia terkejut, melainkan karena ia mengenali suara itu. Suara yang tidak pernah benar-benar pergi, hanya terdiam lama di sudut paling gelap pikirannya.Dirian tidak menoleh. Tidak mencari sumber suara itu.Ia hanya mengatupkan rahang.“Lamina.”Nama itu keluar dari bibir Dirian nyaris tanpa suara, namun beratnya terasa seperti sebuah sumpah lama yang tidak pernah selesai. Udara dingin menusuk paru-parunya saat ia mengucapkannya, sementara kuda hitam di bawahnya meringkik pelan, seolah ikut merasakan kegelisahan tuannya.Sesaat,hening.

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   312. Pangalihan

    Kata-kata itu menusuk tepat sasaran.Selene terdiam. Tidak ada bantahan yang bisa ia susun dengan cepat. Hanya denyut nyeri di dadanya yang semakin terasa nyata.Sig menarik napas. “Mungkin sejak awal, rumah tangga Anda dan Yang Mulia rusak bukan karena orang ketiga, bukan pula karena pengkhianatan siapa pun.”Ia menatap Selene lurus-lurus.“Mungkin rusak karena di antara Anda berdua… tidak pernah benar-benar ada rasa saling percaya.”Kalimat itu menggantung lama di udara.Selene merasa tenggorokannya kering. Ia membuka mulut, lalu menutupnya kembali. Tidak satu pun kata terasa cuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status