LOGINKayla menikah secara diam diam dengan Arvino,CEO muda pewaris perusahaan keluarga.pernikahan mereka terjadi karena perjanjian bisnis antara keluarga Kayla dan Arvino, Namun tidak di ungkap ke publik demi menjaga citra Arvino yang sedang dalam proses pertunangan dengan seorang wanita bangsawan, Casandra. Awalnya Kayla berharap Arvino akan belajar mencintainya,Tapi nyatanya, Kayla hanya menjadi istri rahasia,disembunyikan dari dunia,dan harus menyaksikan suaminya bertunangan secara publik dengan wanita lain. Namun, takdir membalikkan segalanya.setelah Kayla menghilang dari hidup Arvino,dia justru menjadi incaran banyak media dan di kenal sebagai Desainer sukses.Arvino pun perlahan kehilangan segalanya ... reputasi,tunangan hingga kepercayaan investor.Di tengah keterpurukannya,Arvino bertekad mendapatkan kembali wanita yang diam diam telah mengubah hidupnya ... Istrinya sendiri. Apakah Kayla,mau menerima kehadiran Arvino ke dalam kehidupannya kembali?
View More***
Pukul 11 malam. Arvino baru pulang. Jasnya masih rapi, wajahnya tenang. Ia menemukan Kayla duduk di ruang tamu, matanya sembab.
"Kamu belum tidur?" tanyanya sambil melepas jam tangan. "Kamu akan bertunangan?" suara Kayla lirih, namun tajam. Arvino berhenti sejenak. "Kamu lihat undangannya." "Jadi itu benar?" Pria itu menatapnya datar. "Kayla, kita sudah sepakat. Pernikahan ini bukan karena cinta. Kau tahu itu sejak awal." Kayla berdiri. "Tapi aku istrimu, Arvino. Istri sah. dan kamu akan bertunangan dengan wanita lain di depan media, sementara aku bahkan tidak bisa keluar rumah tanpa menyamar!" "Ini untuk kepentingan perusahaan. Cassandra adalah anak dari mitra strategis." "Lalu aku apa? Sekadar pion?" "Jangan dramatis." Pernyataan itu menghancurkan sisa harapan yang ia miliki. Kayla menatapnya. Ada luka, air mata, dan sedikit dendam yang baru mulai tumbuh. "Baik, Arvino," katanya pelan. "Lakukan saja apa maumu. tapi jangan harap aku akan diam selamanya." Tanpa menunggu jawaban, Kayla melangkah ke kamar. Menutup pintu pelan, namun tegas.Arvino masih berdiri di balkon kamarnya,namun pikirannya gelap.Dia menyadari Kayla terluka. Ia tahu bahwa pernikahan ini adalah penjara bagi gadis itu, tetapi satu hal yang pasti, ia tidak mampu melepaskannya. Sayangnya, dunia tidak memberi ruang bagi cinta yang lahir dari sebuah kesepakatan.
Dan sementara itu, di kamarnya, Kayla menatap langit-langit. Cincin pernikahan masih melingkar di jari manisnya, tetapi untuk apa? Apakah ia masih dianggap istri, atau hanya sekadar pelengkap dalam skenario bisnis? Kayla memejamkan mata, berusaha mengusir perasaan sesak yang mengendap di dadanya. Namun, semakin ia menutup mata, bayangan Arvino justru semakin jelas. Wajahnya yang dingin, tatapan matanya yang datar, dan suara tegasnya saat menyebut nama Cassandra … semua itu terukir tajam dalam ingatannya. “Kenapa harus aku?” bisiknya pelan, hampir tak terdengar. Dia menggigit bibir bawahnya dengan kuat, berusaha menahan tangis yang kembali menggerogoti tenggorokannya. Namun, dadanya sudah terlalu penuh. Rasa sesak itu tak bisa lagi ditahan. Isakan kecil akhirnya keluar juga, mengguncang bahunya yang kurus. Kayla menarik selimut dan memeluk dirinya sendiri dengan erat. “Aku lelah, Tuhan …” bisik Kayla suaranya serak. "Aku benar-benar lelah.” Tidak ada jawaban, hanya suara detak jam dinding dan suara kendaraan yang samar dari jalanan jauh di bawah sana. Kayla melirik ke meja rias. Di sana, sebuah bingkai foto kecil menghadap ke tembok. Sudah lama ia membalik foto itu. Foto dirinya dan Arvino, yang diambil diam-diam oleh Bu Tati saat mereka pertama kali masuk ke penthouse ini sebagai “pasangan suami istri”. Arvino bahkan tidak menyadari dirinya sedang difoto. Saat itu, hatinya masih penuh harapan. Kayla duduk di pinggir ranjang, meraih bingkai itu, dan membaliknya kembali. Ia menatap gambar dirinya yang tersenyum kecil, dan Arvino yang berdiri di sampingnya dengan tangan di saku. Tatapan pria itu memang tidak pernah tertuju padanya. “Kenapa aku bisa sebodoh ini?” gumamnya, lalu meletakkan kembali foto itu menghadap ke dinding. Ia tidak sanggup melihatnya lebih lama. Kayla bangkit dan berjalan ke jendela besar di kamarnya. Ia membuka gorden perlahan.di balik semua kemewahan itu, hidupnya terasa begitu sepi. Tangannya menyentuh kaca. Dingin. “Apakah aku akan selalu begini? Terjebak dalam hubungan tanpa nama, tanpa masa depan?” Kayla mendongak, memandangi bintang yang nyaris tak terlihat karena polusi cahaya kota. “Kalau aku pergi … apakah dia akan peduli?” bisiknya pelan. Dalam keheningan, dia menarik napas panjang dan kembali duduk di ranjang. Tangannya meraba cincin di jari manisnya. Ia mencopotnya perlahan, menatap lingkar logam kecil itu. “Hanya benda mati …," ujarnya pelan, “tapi kenapa rasanya seperti rantai di jiwaku?” Ia menggenggam cincin itu erat-erat, lalu membukanya lagi dan meletakkannya di atas meja. Hatinya terasa kosong. Beberapa saat ia terdiam, membiarkan pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk, dari …Dari kejauhan, gaun putih Kayla terlihat sempurna membentuk siluet tubuhnya. Rambutnya disanggul dengan anggun, dihiasi dengan mutiara halus. Ketika Kayla menatap Arvino, seolah dunia pria itu berhenti berputar. Tanpa menunggu, Arvino segera melangkah cepat, hampir berlari, menuju Kayla. “Vin …” ucap Kayla tertegun. Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya sudah ditarik ke dalam pelukan hangat Arvino. Dan sebelum Kayla bisa bernapas, bibir Arvino sudah mendarat dengan kuat di bibirnya. Ciuman itu penuh rindu, penuh hasrat, dan penuh perasaan yang selama ini terpendam. Kayla terkejut dan memukul dada Arvino pelan. “Ar ... Arvino, lepas! Malu dilihat banyak orang!” Reyhan yang berdiri tidak jauh langsung memukul punggung Arvino. “WOY! Ini masih di depan umum! Kamu mau bikin resepsi ini jadi rating 18+?!” Semua tamu pun tertawa, sementara wajah Kayla benar-benar memerah. Akhirnya, Arvino melepaskan ciuman itu, tersenyum canggung tetapi masih memeluk pinggang Kayla era
Sebelumnya,Mobil mewah berwarna hitam mengkilap berhenti di depan salon. Cahaya lampunya memantul di kaca, membuatnya terlihat seperti kendaraan para selebritas atau tamu kerajaan.Kayla yang baru keluar dari salon langsung tertegun di tempat, gaun putih elegannya melambai lembut tertiup angin.Seorang sopir pria berpakaian jas hitam yang rapi turun dari kursi depan. Ia membungkuk sopan, lalu membuka pintu belakang dengan hormat.“Selamat malam, Nyonya Kayla. Silakan masuk.”Kayla terkejut dan mundur setengah langkah. “Ma-maaf? Mobil ini ... untuk saya?”“Iya, Kay. Ayo, masuk saja.” Rani muncul di belakangnya dengan senyum penuh misteri.“Ran, jangan bercanda. Ini mobil siapa? Kita mau ke mana? Aku tidak mau ikut yang aneh-aneh. Kita harus ...”“Astaga Kayla ... kalau saya mau mencelakai kamu, dari tadi sudah saya lakukan, lho.” Rani menggulung matanya.“Rani!”Rani mendorong lembut bahu Kayla. “Percaya sama aku, Kay. Sumpah ... ini semua aman. Dan ini sangat penting.”Kayla menatap m
Kayla menatap Rani dari kepala hingga kaki. “Ran, kamu yakin tidak ada yang kamu sembunyikan?”**Rani tersenyum canggung. “Enggak ada, Kay! Sumpah! Ini cuma ... perawatan biasa.”Staf salon mengantar Kayla ke kursi khusus yang dihiasi bunga putih dan lampu lembut. Kayla semakin bingung.“Kenapa tempatnya mirip kursi pengantin?”Rani hampir tersedak air liurnya. “Iya ya … haha mungkin ini dekorasi musim ini.”Beberapa jam berlalu. Kayla didandani dengan sangat teliti. Rambutnya ditata seperti ratu, makeup-nya sempurna, dan gaunnya disesuaikan agar pas di tubuhnya.Kayla melihat pantulan dirinya di cermin dengan tidak percaya.“Ran … ini … apakah ini tidak terlalu mewah untuk perawatan biasa?” tanya Kayla heran.“Kay, jujur ya … malam ini Kamu akan menjadi wanita tercantik di seluruh Jakarta,” jawab Rani bangga.Kayla menyipitkan matanya. “Kenapa kamu bicara dengan dramatis? Kamu yakin tidak ada yang aneh?”Rani menggenggam tangan Kayla perlahan. “Tidak ada … tapi berhak terlihat sepert
Arvino berdiri dan berjalan menuju jendela besar sambil memandang pemandangan kota. “Selama ini Kayla terlalu banyak menanggung rasa sakit karena aku, keluargaku, dan keadaan. Pernikahan kami sebelumnya … bahkan bukan pernikahan yang bisa disebut bahagia. Tersembunyi, penuh tekanan, dan berakhir dengan luka.” Suaranya berubah menjadi lebih lembut. Reyhan terdiam, hanya mengamati perubahan ekspresi di wajah sahabatnya. Arvino melanjutkan, “Aku ingin memperbaikinya, Rey. Aku ingin memberikan Kayla apa yang dulu tidak pernah bisa kuberikan—momen yang layak, di mana dia bisa berdiri sebagai istriku, tanpa rasa takut, tanpa sembunyi-sembunyi.” “Jadi maksudmu … kamu akan menikah lagi?” tanya Reyhan dengan mata sedikit melebar. “Bukan menikah lagi, tapi menegaskan kembali janji itu. Pernikahan yang sebenarnya di hadapan semua orang, dengan restu penuh keluarga, tanpa rahasia, tanpa rasa malu.” Arvino menatap Reyhan sambil tersenyum tipis. Reyhan mengangguk pelan, wajahnya mulai menunjuk
Sejenak Arvino terdiam, lalu menatap Tuan Surya tanpa ragu. “Tidak, Tuan. Saya tidak akan dan tidak pernah berpikir untuk membalas dendam. Saya hanya ingin hidup tenang bersama istri saya, itu saja.” “Dan jika suatu hari mereka mencoba lagi?” tanya Tuan Surya sekali lagi untuk memastikan. “Saya akan tetap mengikuti jalur hukum, bukan balas dendam,” kata Arvino dengan yakin. Hening. Suasana ruangan terasa sangat tegang. Tuan Surya akhirnya menarik kursi dan duduk perlahan, wajahnya kini tidak lagi sekeras sebelumnya. “Bagus, itu memang jawaban yang saya harapkan darimu, Vin,” ucap Tuan Surya dengan nada rendah. “Apa maksud Anda, Tuan …?” tanya Kayla terkejut. “Saya tidak datang untuk menyalahkan kalian, justru saya datang hanya untuk memastikan bahwa kalian tidak akan terjerumus ke dalam kebencian yang sama seperti istri dan anak saya.” Suara lembut namun penuh kepedihan keluar dari bibir lelaki tua itu. Pandangan matanya tampak lelah. “Saya gagal sebagai suami, dan juga gagal
Keesokan harinya suasana di gedung Mahendra Group berlangsung normal hingga pintu kaca utama terbuka dengan suara Pagi itu Tiga orang berpakaian hitam masuk dengan langkah mantap, diikuti oleh sosok berwibawa mengenakan jas abu-abu dan tatapan dingin, Tuan Surya Andjani.Seketika, suasana kantor menjadi tegang. Para karyawan saling memandang, beberapa di antaranya berhenti bekerja, dan suara bisik-bisik mulai terdengar."Itu kan Tuan Surya Andjani ...""Iya, benar, itu Ayahnya Cassandra ...""Kenapa dia datang ke sini?"Sedangkan Di lantai atas, tepatnya di ruang kerja Arvino, Kayla dan Reyhan baru saja menyelesaikan pembahasan dokumen mengenai proyek sosial pasca skandal. Arvino duduk di kursinya, membuka map, hingga seorang sekretarisnya, Lina, mengetuk pintu dengan wajah pucat."Pa - pak Arvino,kata Petugas resepsionis Di lobi ada Tuan Surya Andjani datang ke sini. Sekarang sedang dalam perjalanan ke ruangan Bapak," ucap Lina terbata-bata."Apa?" seru Arvino spontan berdiri, dan K






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments