Share

Dulu Membuangku, Sekarang Menangis
Dulu Membuangku, Sekarang Menangis
Author: Jim

Bab 1

Author: Jim
Hari pertama setelah tahun baru.

Sambil menahan sakit dari demam dan rasa lemah yang menggerogoti tubuhku, menyerahkan surat perceraian itu kepada Julius.

Julius mengerutkan keningnya dan bertanya dengan kesal padaku, "Cuma karena masalah hukuman semalam?"

"Andini, andai saja kamu nggak melewati batas, aku nggak akan menghukummu. Sebaiknya kamu introspeksi diri."

Aku menahan dorongan untuk membela diri dan berkata dengan suara serak, "Tanda tangani saja."

"Lalu, gimana dengan Jerry?"

"Dia bukan anak kandungku. Aku nggak akan perjuangan hak asuhnya."

"Lagi pula, kamu juga nggak perlu membagi hartamu denganku. Anggap saja bagian itu sebagai biaya yang kuberikan untuk membesarkannya."

Julius mengangkat kepalanya dengan terkejut. Wajar saja, selama ini anak ini adalah sesuatu yang paling berharga bagiku.

Julius mengancam dengan nada serius, "Lebih baik kamu berhenti sekarang juga. Kalau terus seperti ini, tidak ada jalan kembali."

Sepertinya Julius mengira aku meminta cerai karena terpancing emosi.

Namun, Julius tidak tahu bahwa setelah memutuskan untuk bercerai, aku tidak berniat untuk kembali.

Aku tidak menjelaskan lebih lanjut. Aku kembali ke kamar sambil membawa surat cerai yang sudah ditandatangani olehnya.

Ketika melihatku mengemas barang, Julius berkata, "Proses administrasi masih perlu waktu, kamu nggak perlu terburu-buru pindah."

Aku menjawab dengan tenang, mengulang kalimat yang pernah dia katakan padaku, "Nggak perlu. Lebih baik aku melakukan semuanya dengan cepat dan tegas."

Julius tidak mengatakan apa pun lagi.

Barangku sangat banyak, tetapi aku hanya membawa yang benar-benar aku butuhkan.

Ketika aku keluar sambil membawa koper, Jerry sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah ilmiah.

Di usianya yang masih muda, dia sudah sangat disiplin, sama seperti ayahnya. Tentu saja, seperti ayahnya juga, dia bersikap dingin padaku.

Jerry meletakkan majalah, lalu berjalan ke arahku dengan ekspresi tidak sabar.

"Kamu benar-benar mau bercerai sama Papa?"

Aku mengangguk.

Meskipun ekspresi Jerry datar, aku bisa melihat kilat kebahagiaan di ujung matanya.

Kemudian Jerry berkata padaku dengan nada seolah memberi penghargaan, "Ke depannya, aku izinkan kamu menemuiku. Tapi cuma sebulan sekali. Kalau terlalu sering, aku takut Tante Susan nggak senang."

Tante Susan yang Jerry katakan adalah Susan Wongso, cinta pertama Julius.

Kalau bukan karena Keluarga Wongso mengalami kesulitan dan pindah keluar negeri, mungkin Julius tidak akan pernah menikahi sahabatku.

Akhir-akhir ini, Susan kembali ke tanah air. Mereka berdua pun menjalin hubungan kembali.

Julius juga sering membawa Jerry bertemu Susan.

Susan adalah seorang pembalap. Jerry menganggap dia sangat keren dan hebat.

Namun, Jerry tidak tahu bahwa aku pernah berturut-turut meraih gelar Juara Umum Pembalap Tahunan CRC dan CTCC.

Jerry membenciku. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk bermain balapan dengannya.

Dulu, aku merasa sedih dan terluka karena dia menyukai Susan dan tidak menyukaiku. Namun, sekarang hatiku bagaikan air yang dalam.

Peristiwa semalam benar-benar membuatku tersadar.

Anak yang tak tahu berterima kasih, tidak ada gunanya disayang.

Tanpa menatapnya sedikit pun, aku langsung membuka pintu dan pergi.

Ketika hampir sampai di gerbang utama, Julius keluar.

"Kenapa buru-buru? Kamu belum mencari rumah baru, 'kan?"

Aku membuka gerbang utama tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Mau pergi ke mana? Aku suruh sopir antar kamu."

"Nggak perlu."

Hujan deras yang turun semalam membuat tubuhku demam. Kepalaku rasanya seperti akan pecah.

Aku memaksakan diri untuk melangkah meskipun tubuhku rasanya bisa pingsan kapan saja. Dengan kekuatan yang tersisa, aku melangkah keluar dari gerbang utama.

Namun, setelah berjalan beberapa langkah, pandangku gelap, dan aku pun terjatuh.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 9

    Julius bersikeras memberiku sebagian harta sebagai kompensasi. Namun, aku menolaknya.Saat hendak berpisah, Julius tiba-tiba berkata, "Andini, maaf. Kamu percaya atau nggak, aku benar-benar pernah mencintaimu. Meski aku baru menyadarinya sekarang, aku mohon, percayalah padaku."Aku hanya tersenyum, membalikkan badan dan pergi.Setelah itu, Julius tidak melepasku seperti yang dia katakan. Sebaliknya, dia justru mulai mengejarku lagi.Julius mengatakan bahwa aku menikah dengannya sebagai pengganti sahabatnya. Jadi, wajar saja kalau pernikahan itu gagal."Sekarang aku mau mengejarmu secara terang-terangan sebagai seorang Andini. Apa kamu bersedia memberiku kesempatan dan menjadi kekasihku? Aku adalah seorang ayah tunggal yang punya seorang anak berusia enam tahun. Tapi, dia sangat penurut … "Julius berbicara panjang lebar seolah dia ingin membujukku dengan segala cara. Namun, aku hanya menjawab satu kata, "Tidak."Julius tidak pernah menyerah. Dia memesankanku teh susu, membelikanku hadi

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 8

    Aku masih ingat ketika suatu kali pulang dari taman kanak-kanak.Aku datang menjemput Jerry. Biasaya pengasuh di rumah yang menjemputnya, tetapi kali ini aku.Aku mengulurkan tangan dan ingin menggenggam tangannya. Guru yang berjaga menatapku dengan waspada.Si guru menundukkan kepala dan bertanya pada Jerry, "Jerry, dia itu siapa? Kalau nggak kenal, nggak boleh pergi bersamanya."Jerry menatapku dengan ragu-ragu tanpa mengatakan sepatah kata pun.Saat ini Susan entah muncul dari mana.Jerry pun bagaikan peluru kecil yang melesat ke dalam pelukan Susan. "Aku mau pergi bersamanya."Si guru bertanya, "Dia siapa? Apa mamamu?"Jerry terdiam cukup lama, lalu mengangguk.Dengan begitu Jerry pergi bersama Susan.Senyuman di wajahku tiba-tiba membeku. Saat itu rasanya bagaikan ditampar keras tepat di wajah. Kepalaku langsung berdengung.Itu adalah pertama kalinya aku datang menjemput Jerry di taman kanak-kanak.Karena takut dibandingkan dengan mama orang lain, aku sengaja menata rambutku. Aku

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 7

    Julius ikut masuk tanpa merasa bersalah. "Kamu tinggal di rumah seperti ini? Aku benar-benar nggak mengerti jalan pikiranmu. Kamu nggak mau tinggal di vila mewah dan malah pindah ke tempat sempit seperti ini."Kesabaranku benar-benar habis. Aku pun membentaknya, "Julius, apa kamu nggak mengerti bahasa manusia?! Kita sudah bercerai! Kamu masuk ke rumah orang tanpa izin pemiliknya. Itu namanya menerobos rumah pribadi. Keluar!"Namun, Julius merasa aku sedang ngambek dan tidak berniat untuk pergi. Akhirnya aku terpaksa meminta pihak pengelola apartemen untuk mengantar Julius dan Jerry pergi....Keesokan paginya, ketika aku hendak pergi bekerja, aku melihat Julius lagi. Dia berdiri menungguku di pintu masuk parkiran bawah tanah kompleks.Aku mengabaikannya. Namun, mobilku justru dihalangi oleh mobilnya.Julius menurunkan kaca mobilnya. "Mari kita bicara tentang perceraian."Hal ini memang harus diselesaikan. Kalau tidak, urusan yang berlarut-larut seperti ini akan terus mengusik ketenanga

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 6

    "Tante, kenapa Tante menangis?"Kevin mengulurkan tangan mungilnya dan menghapus air mataku dengan penuh perhatian. Saat itu aku barulah tersadar bahwa pelupuk mataku basah.Untungnya ada Kevin. Tutur kata bocah kecil ini selalu manis dan pengertian. Dia seolah-olah mampu menyembuhkan emosi negatifku.Tidak lama kemudian, Julius menelepon. Aku tidak mengangkatnya. Namun, dia terus menelepon dan aku pun terpaksa memblokir nomornya.Namun, dia menelepon dengan nomor asing. Jadi aku terpaksa mengangkatnya."Bisa nggak kamu berhenti menelepon? Kita sudah bercerai. Kalau cuma soal mengurus akta cerai, kamu bisa kabari aku lewat pesan singkat.""Anak kita terluka. Susan ajak dia main balapan, jadi anak kita cedera. Dia kesakitan dan mencarimu terus-terusan.""Kalau terluka, harusnya cari dokter. Buat apa cari aku? Aku nggak bisa sembuhkan orang."Julius berkata dengan tidak percaya, "Dia itu anak yang kamu rawat selama enam tahun. Bagaimana mungkin kamu bisa berkata sekejam ini?"Aku merasa

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 5

    "Kevin, kamu nggak apa-apa, 'kan? Dia nggak sakiti kamu, 'kan?"Aku memeriksa sekujur tubuh Kevin untuk memastikan dia tidak terluka.Jerry tiba-tiba tidak bisa menahan diri lagi. Dia menangis dengan keras.Sejak masuk taman kanak-kanak, Jerry jarang menangis.Namun ketika melihatku, Jerry menangis sejadi-jadinya, seolah-olah dia sangat terluka.Dulu setiap kali melihatnya seperti ini, aku pasti segera berjongkok memeluknya dengan penuh kasing sayang, dan berkata dengan lembut, "Jangan menangis. Mama ada di sini."Namun, sekarang aku tidak melakukan hal itu. Aku hanya memedulikan Kevin yang ada di dalam pelukanku.Namun, Kevin berkata padaku, "Aku baik-baik saja. Tante, dia suruh aku menjauh darimu. Katanya Tante mamanya. Apa itu benar?"Aku menggelengkan kepala. "Dia bicara omong kosong. Tante bukan mamanya."Setelah mendengar itu, Jerry tiba-tiba berhenti menangis. Dia membelalakkan matanya seolah-olah terguncang hebat.Pada saat ini, sebelum sosoknya muncul, suara Julius duluan terd

  • Dulu Membuangku, Sekarang Menangis   Bab 4

    Setelah mengatakan itu, aku bersiap untuk menutup telepon. Namun, Julius mengubah topik pembicaraan. "Aku hari ini akan membawa Jerry belajar berenang di Nova Trade. Kamu bisa datang untuk bertemu dengannya.""Nggak perlu."Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban Julius, aku menutup telepon tanpa ragu.Aku meletakkan ponselku dan lanjut membuat bola ubi untuk Kevin.Hidup terus berlanjut dengan tenang. Suatu hari, ketika aku baru keluar dari ruang siaran, aku menerima telepon dari nomor tidak dikenal.Ternyata itu wali kelas taman kanak-kanak Jerry.Dia mengatakan bahwa hari ini adalah Hari Seni Rupa Orang Tua dan Anak. Orang tua diharapkan hadir bersama anak-anak. Semua orang tua sudah datang, hanya orang tua Jerry yang belum datang.Si guru itu mengundangku dengan antusias, tetapi aku langsung memotong perkataannya, "Maaf, Bu. Aku dan ayah Jerry sudah bercerai. Hak asuh diberikan pada ayahnya. Aku nggak ikut campur lagi dalam masalah seperti ini."Si guru tampak canggung. Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status