Putraku menderita diseksi aorta, keadaan di mana terjadi robekan pada arteri utama tubuhnya. Dia perlu dioperasi sesegera mungkin. Suamiku adalah seorang spesialis jantung. Namun, aku tidak meneleponnya, melainkan langsung melaju ke rumah sakit. Di kehidupan sebelumnya, setelah aku berulang kali memohon, suamiku akhirnya pulang bersama ambulans dan membawa putra kami ke rumah sakit. Dia juga mengaturkan kamar terbaik untuk putra kami. Berhubung suamiku lupa membawa ponselnya, dia tidak menerima telepon dari teman semasa kecilnya yang penyakit jantungnya kambuh. Akhirnya, temannya itu pun meninggal dalam ambulans. Suamiku menghilang selama tiga bulan. Setelah dia kembali, semuanya kembali seperti semula. Bahkan di hari ulang tahun putra kami, dia yang berinisiatif memasak. Ternyata, dia menaruh racun dalam masakannya. “Kamu yang paksa aku pulang untuk jemput Levi. Kalau aku menerima telepon Sophia hari itu, dia nggak akan mati. Kalian sekeluarga adalah pembunuh! Kalian harus membayarnya dengan nyawa kalian!” Ketika membuka mata lagi, aku kembali ke hari putraku tiba-tiba terkena serangan jantung. Kali ini, suamiku menerima telepon dari Sophia. Namun, kenapa dia malah akhirnya berlutut dan meminta maaf padaku?
Lihat lebih banyakSetelah mendengar kata cerai, William pun tercengang. Setelah beberapa saat, dia baru bereaksi kembali.Dia tidak berhenti menggeleng dan menjawab, “Jangan, jangan. Nggak bisa. Kita nggak boleh cerai. Sayang, berikanlah aku sebuah kesempatan lagi. Meski kamu nggak menginginkanku lagi, pertimbangkanlah anak kita. Levi nggak bisa kehilangan ayahnya.”Begitu mengungkit tentang anak, William bersikap seolah-olah itu adalah satu-satunya harapannya. Dia pun berbalik ke arah Levi dan berujar, “Levi, cepat bujuk mamamu. Suruh dia jangan tinggalkan Papa. Kalau nggak, kamu harus pisah sama Papa.”Ketika melihat William berkata seperti itu pada Levi, aku sempat merasa khawatir untuk sejenak. Bagaimanapun juga, Levi sangat bersandar pada William.Di luar dugaan, Levi malah menggeleng tanpa ragu. “Nggak mau.”William pun terkejut. “Levi, kamu ....”“Kamu sudah menindas Mama. Aku nggak mau kamu jadi papaku.”Berhubung tidak dapat membujuk Levi, William menoleh ke arah ibuku. Siapa sangka, ibuku juga
Setelah mendengar ucapan itu, aku segera bertanya, “Ibu, ada apa ini?”Ibuku akhirnya menguak kebohongan Sophia yang terakhir. Adam yang dimaksud ibuku adalah ayahku. Ternyata, ayahku mengidap kanker. Sebelum meninggal, Sophia mencarinya dan memohon padanya untuk memberikan jantungnya kepada Sophia.Operasi transplantasi jantung di dalam negeri diawasi dengan sangat ketat. Pendonor jantung juga sangat sulit didapatkan.Pada saat itu, ayahku sudah pensiun dan tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Sophia. Mana mungkin ayahku menyetujui hal ini. Namun, Sophia malah mengancam ayahku. Dia mengatakan apabila ayahku tidak memberikan jantungnya, dia akan merebut William dari sisiku.Ayahku sangat menyayangiku. Demi kebahagiaan rumah tanggaku, dia akhirnya setuju untuk memberikan jantungnya kepada Sophia Namun, sebelum itu, mereka sudah mencapai kesepakatan. Setelah menerima jantung ayahku, Sophia tidak boleh muncul di hadapan William lagi.Sekarang, yang berdetak di dalam tubuh Sophia ad
Menurut ucapan William, berhubung dia tidak dapat pergi ke luar negeri, tidak ada yang melindungi Sophia sehingga Sophia terluka. Selain itu, Sophia juga tidak mendapatkan pengobatan yang baik di luar negeri. Organisasi yang diperkenalkan ayahku adalah penipu. Gara-gara mereka menguji obat pada Sophia, hal itu malah menyebabkan efek samping yang sangat kuat terhadapnya.Sophia pun terpukul sehingga menderita depresi. Setelah dia pulang dengan susah payah dan mendapatkan kesempatan baik untuk melakukan transplantasi jantung, ayahku malah diam-diam melakukan sesuatu dan mengganti jantung Sophia dengan jantung yang tidak sehat.“Ayahmu sudah melakukan begitu banyak hal terhadap Sophia. Kamu masih berani bilang kamu nggak tahu apa pun? Jessica, kalian sekeluarga seharusnya merasa bersalah padanya seumur hidup!”Suara William makin kuat. Jika bukan karena melihat tampang canggung Sophia di belakangnya, aku mungkin akan percaya pada kata-katanya.Setelah mendengar tuduhan William, aku pun t
William masih belum puas setelah membuang botol air Levi dan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.“Berhenti! William, kamu sudah gila?” seruku sambil mengadang di depannya.“Jessica, akhirnya kamu datang juga.” William memelototiku dan berseru, “Cepat bawa dia pulang! Jangan tempati kamar Sophia!”Aku langsung murka. “Memangnya ini rumah sakit yang kamu buka? Kami sudah bayar kamar ini. Apa hakmu mengusir kami?”“Karena aku ini seorang dokter! Kalian nggak sakit, tapi malah tinggal di rumah sakit. Ini namanya pemborosan sumber daya medis! Aku punya hak untuk usir kalian!”Baru saja aku hendak membantah, terdengar suara Thomas dari luar pintu.“Kak William, kamu jangan buat onar lagi. Levi baru dioperasi. Dia butuh istirahat penuh.”Begitu mendengar ucapan itu, William langsung menatap Thomas. “Thomas, apa maksudmu? Otakmu juga sudah dicuci sama wanita ini? Bisa-bisanya kamu kerja sama dengan dia untuk bohongi aku! Aku tahu jelas keadaan anakku. Dia sangat sehat dari kecil. Mana m
Ucapan Joseph bagaikan sambaran petir yang membuat Thomas terpaku di tempat. Beberapa detik kemudian, senyum mengejek di wajahnya akhirnya sirna dan digantikan oleh ketakutan.Orang di sekitar juga mulai berdiskusi.“Ternyata keadaan anak itu begitu serius? Dokter ini benar-benar keterlaluan!”“Ada keluargaku yang meninggal gara-gara diseksi aorta. Dengar-dengar, kalau pengobatannya tertunda semenit saja, peluang kematiannya akan meningkat 10%.”Bagi Thomas, ucapan orang-orang itu terdengar sangat menusuk telinga. Dia pun menunduk dan meminta maaf padaku, “Kak Jessica, maaf. Aku seharusnya memeriksanya dulu.”Kepala perawat harus segera membawaku pergi menyelesaikan seluruh prosedur. Sebelum pergi, aku menjulingkan mataku pada Thomas.“Bukannya kamu selalu merasa aku punya kekuasaan? Jangan khawatir. Kalau terjadi sesuatu pada putraku, aku nggak akan ampuni kamu.”Thomas selalu mengira aku yang memisahkan William dengan Sophia hanya karena ketika aku mengenal William, dia masih berpaca
Aku langsung berlari ke sana. Levi terkapar di pundak ibuku dan tangannya sudah terkulai. Aku segera memeriksa denyut nadi di lehernya, tetapi tidak merasakan apa-apa.Aku langsung merasa tegang dan benakku juga seketika menjadi kosong. Aku hanya secara refleks berseru, “Cepat baringkan dia di lantai!”Ibuku langsung bertindak sesuai perintahku. Aku berlutut di lantai dan mulai melakukan CPR terhadap putraku.Ketika aku menekan jantung Levi, ibuku berpaling dan memohon pada perawat di pos perawat. Dia bersujud di lantai sambil berseru, “Aku mohon bantulah kami! Keadaan anaknya sudah begitu, memangnya kalian masih mau diam saja?”Orang-orang yang ada di sekeliling juga terkejut.Ada seorang perawat yang hendak keluar untuk memeriksa keadaan Levi. Namun, Thomas malah menghalanginya lagi.“Tolong jangan ganggu jam kerja kami.”Meskipun tidak ada yang membantu, berkat usahaku, denyut nadi Levi pun kembali setelah beberapa menit. Dia perlahan-lahan membuka matanya dan memanggilku, “Mama.”
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen