Malam minggu orang-orang berlalu-lalang dengan semangat diluar an sana, tapi Acha justru bergelung dengan selimut tebalnya diatas kasur.
Bekas bungkusan makanan berserakan dimana-mana baju bahkan sampai daleman pun tergeletak sembarangan, kondisi kamar Acha benar-benar seperti kapal pecah namun tidak diperdulikan oleh sang pemilik yang masih pulas tidur dengan nyaman.Bunyi ketukan pintu terdengar beberapa kali tapi tidak digubris, Reno yang berada dibalik pintu menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam kamar yang lebih tepatnya biasa dirinya sebut sebagai sarang."Astagfirallah, Acha." Reno mengelus dada nya berusaha sabar melihat kondisi kamar Acha, padahal belum seharian dirinya tinggal.Reno menarik selimut yang menutupi badan Acha lalu melemparnya kesamping membuat Acha mengerang pelan karna terganggu."Bangun."Acha mengangkat tangannya ke udara lalu mengibaskannya. "Gue ngantuk, jangan ganggu." Lirihnya berusaha menarik kembali selimut tebalnya."Gue bukan babu yang setiap saat harus ngeberesin sarang jorok lo ini, jangan kebiasaan selalu ngandelin gue.""Tapi lo udah kebiasaan beresin kamar gue.""Acha." Geram Reno mendengar sautan Acha dari balik selimutnya."Apa sih?." Dengan rasa malas Acha bangun dan menatap datar wajah Reno yang sedang kesal kepadanya.Rasa ingin marah tidak pernah bisa terluapkan oleh Reno pada Acha, tatapan wajah teduh itu selalu berhasil membuat hati Reno luluh.Reno menghela nafasnya pelan, kemudian tanpa berkata apapun lagi dirinya langsung memunguti sampah makanan yang berserakan dilantai lalu membuangnya kedalam tempat sampah yang ada disudut kamar. Entah bagaimana cara pikir Acha padahal sudah ada tempat sampah tapi tetap saja membuang apapun sembarangan."Pungutin baju sama daleman lo." Ucap Reno tanpa melihat Acha sama sekali."Kenapa gak sekalian aja?""Rasa malu lo pake." Ketus Reno."Kenapa malu, lo juga biasanya liat." Ucapan spontan Acha berhasil membuat kedua bola mata Reno melotot ke arahnya."Liat apa anjir.""Liat ini." Ucap Acha mengangkat bra warna biru miliknya."Cewek gak waras." Reno segera mengalihkan pandangannya dari Acha, sial nya pipi nya malah nge-blus sekarang.Kenapa dirinya yang malu, harusnya Acha."Lebay." Acha memunguti semua baju dan dalemannya lalu menaruhnya kedalam keranjang pakaian kotor menjadi satu namun sebelumnya Pandangan Acha terpaku pada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam keranjang itu. Pupil matanya spontan membesar saat melihat seekor anak tikus yang sedang kebingungan mencari jalan keluar."RENOOOO, TIKUSSSS." Teriak Acha berlari kearah Reno lalu memeluknya seperti bayi koala yang menggantung di badan ibu nya."Dimana?""Itu didalem keranjang." Tunjuk Acha dengan perasaan geli dan jijik."Tolong keluarin gue jijik, Reno." Rengek Acha menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Reno."Kalo lo kaya gini gimana bisa gue ngeluarin tikus nya.""Gak mau turun, nanti dia lari-lari."Reno mendengus. "Gak bakalan lari, gue keluarin langsung sama keranjangnya." Ucap Reno.Acha turun dari gendongan Reno lalu segera naik keatas kasurnya, menatap geli Reno yang sedang mengeluarkan keranjang berisi anak tikus itu, dengan rasa was-was Acha melihat kesekililing takut masih ada tikus yang lainnya di dalam kamarnya."Dasar tikus sialan."*****Reno menatap Acha yang hanya diam memakan mochi nya, entah didengarkan atau tidak ocehannya dari tadi."Denger gak apa yang gue bilang?""Gue gak budek.""Mulai sekarang rapihin kamar, jangan berantakan apalagi sampai ada tikus kaya tadi."Acha memutar bola matanya malas. "Iya pak dokter."Melihat mochi yang hampir satu box habis oleh Acha sendiri, Reno hanya geleng-geleng. "Hari ini lo pasti belum makan nasi, ayo keluar." Ajak Reno menyingkirkan box mochi di pangkuan Acha lalu menarik tangan cewek itu agar berdiri."Gue mager keluar, gofood aja sih.""Shafa ngajakin makan diluar, gue gak bisa ngebiarin lo sendiri dan gue gak mungkin juga nolak ajakan Shafa." Ujar Reno berterus terang membuat Acha mendengus sebal."Gue dandan dulu gak nih? Entar cewek lo malu liat penampilan gue begini.""Bisa dandan emang lo?" Tanya Reno mencekit hati."Ya seenggaknya lipstik an." Jawab Acha kesal.Reno menatap wajah Acha lekat lalu menggeleng. "Gak usah, cakep natural begini.""Lo suka cewek natural?" Reno mengangguk.Acha tersenyum miring. "Terus kenapa lo pacaran sama Shafa yang bedaknya dempul."Jleb"Berisik lo, ayo cepet."Acha pasrah saja saat dirinya diseret oleh Reno, tidak papa lah dirinya nanti jadi obat nyamuk yang penting Acha bisa makan sepuasnya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.Setelah pergi dari rumah Acha, Reno langsung banting stir kerumah Shafa. Acha yang semula duduk didepan langsung pindah kebelakang karna tidak mungkin dirinya duduk didepan dengan Reno jika ada doi nya.Walaupun Reno tidak pernah menyuruhnya tapi Acha cukup sadar diri saja, karna bagaimana pun Shafa adalah pacarnya Reno dia lebih pantas untuk duduk didepan bersama Reno dibandingkan dengan dirinya.Acha melihat Reno yang menghampiri Shafa dari dalam mobil, terlihat jelas sekali Shafa begitu senang malam ini. Melihat Reno yang membukakan pintu mobil untuk Shafa, Acha sama sekali tidak iri.Disambutnya Shafa dengan senyuman hangat saat masuk kedalam mobil, namun respon Shafa agak berbeda seperti nya Shafa tidak tau jika Reno akan mengajak dirinya ikut bersama mereka."Loh ada Acha, ya?.""Gue ikut gapapa kan, bukan mau gue tadi Reno yang maksa." Ucap Acha.Shafa tersenyum. "Iya gapapa kok."Reno masuk kedalam mobil menatap dua cewek itu bergantian. "Shaf, maaf gue gak bilang sebelumnya kalo ajak Acha." Ucapnya dibalas dengan senyuman manis Shafa, senyuman yang amat sangat berbeda dari sebelumnya.Acha cuek saja pada dua orang didepan nya itu, perhatiannya lebih fokus pada layar handphone menonton drakor favoritnya.Diperjalanan walaupun Reno mengobrol dengan Shafa tapi sesekali Reno mencuri pandang pada Acha yang sibuk dengan Handphone nya. Sulit sekali rasanya untuk tidak memperhatikan Acha atau bertingkah seolah tidak ada sosok itu disana.Shafa yang sadar dengan gelagat Reno hanya bisa bersabar dan menguatkan hati nya saja. Disini justru malah dirinya yang seperti obat nyamuk, Reno memang ngobrol dengannya tapi perhatiannya selalu pada Acha.Jika bukan karna sesuka itu pada sosok Reno mungkin Shafa tidak akan mau seperti ini, sayangnya Shafa sudah terlanjur jatuh hati pada Reno dan tidak ingin hubungan yang sudah terjalin lama kandas begitu saja.Suasana di dalam mobil menjadi cukup canggung karna tidak ada yang mengeluarkan suara, Shafa yang tadi nya begitu riang mengobrol dengan Reno menjadi diam hal itu tentu membuat Acha melirik kedua orang didepan nya, tapi karna memang pada dasarnya dirinya tidak peduli jadi ya cuek saja.To be continude"Kalian pulangnya hati-hati, kabarin aku kalo udah sampai rumah." Ucap Shafa sebelum keluar dari mobil. "Bersih-bersih terus istirahat, ya?" Shafa tersenyum mengangguk kemudian mencium sekilas pipi Reno setelah itu keluar dari mobil. Reno termenung mendapatkan ciuman mendadak dari Shafa. Aneh, kenapa Reno sama sekali tidak merasakan perasaan deg-deg an atau senang."Bekas lipstiknya nempel tuh." Ucapan Acha berhasil membuat Reno tersadar dan menoleh kearah Acha yang menatapnya datar.Reno segera melihat kearah kaca tapi ternyata Acha hanya membohonginya. Tanpa berbicara lagi Reno langsung menjalankan mobilnya untuk segera pulang karna sekarang sudah cukup larut dan Acha pun sudah terlihat sangat lelah.Jalanan kota yang cukup sepi membuat Reno dengan cepat mengemudikan mobilnya untuk sampai dirumah, lebih tepatnya rumah Acha.Setelah memarkirkan mobilnya Reno segera turun, sedangkan Acha? Cewek itu sudah kebiasaan ketiduran dimobil membuat Reno mau tidak mau harus menggendongnya.Ka
Berdiam diri dikamar seharian dengan makanan dan juga laptop tidak pernah membuat Acha bosan tapi hari ini berbeda, cewek malas itu terlihat tidak bergairah untuk makan dan nonton badannya seperti jelly yang dimasak kebanyakan air, lembek tidak bertenaga.Acha sama sekali tidak turun dari tempat tidur nya, badannya tertutup selimut tebal hingga leher, bibir pucat nya merintih lirih dengan badannya yang menggigil pelan.Hari ini Reno juga tidak kerumah nya padahal ini jadwalnya dia libur biasa nya sudah ke kamar Acha dan mengomel karna Acha yang masih tidur atau bermalas-malasan diatas kasurnya.Manik matanya berair kepalanya pusing, dengan sisa-sisa tenaga tangannya meraba sekitar mencari handphone nya.Orang pertama yang Acha cari adalah Reno. Bibir pucat nya berucap lirih mengirimkan pesan suara kepada Reno.Acha butuh Reno."Reno, gue mau mati." Kira-kira ini yang diucapkan Acha.Tidak perlu menunggu lama pesannya langsung dibaca oleh Reno namun tidak kunjung dibalas.Reno sepertin
Dua hari Acha sakit, sekarang Acha sudah kembali beraktivitas seperti biasa yaitu tiduran makan dan nonton drama seperti biasa dikamarnya."Wajar aja lo sakit, lo gak pernah mau gerak."Acha hanya melirik tanpa peduli omongan Reno."Mangkanya kamu ajakin olahraga, Ren." Timpal Bagas, Papah Acha yang sedang melihat-lihat kondisi kamar putri nya.Bagas pulang kemarin malam karna mendengar kabar putri nya sakit, Reno pikir dengan kepulangan papahnya Acha akan berubah ternyata tidak berpengaruh sama sekali.Hubungan antara Acha dan Bagas tidak terlalu dekat, Mamah Acha meninggal saat Acha masih SMP sedangkan Bagas lebih fokus bekerja membiarkan Acha sendirian dirumah. Selain Reno Bagas tidak bisa mempercayakan Acha kepada siapapun. "Acha kalo gak dipaksa mana mau, liat aja badannya itu." Ucap Bagas."Susah om, dia gak pernah mau olahraga walaupun saya paksa." Bagas geleng-geleng putri nya memang susah diatur, dirinya sudah sangat pasrah pada Acha. Bersyukur nya Bagas memiliki harta yan
Malam."Mochi buat lo." "Tengsuuuu." Manik mata yang bersinar seperti kucing menyambut suka cita box mochi varian rasa dari Reno yang baru saja pulang dari Bandung.Cowok itu langsung kerumah Acha setelah tiba di Jakarta. Beberapa hari meninggalkan sahabatnya membuat perasaan Reno bercampur aduk, dirinya selalu ingin segera melihat Acha.Kangen?Reno tidak pernah menemukan titik terang perasaannya yang dirinya tau hanya dia ingin segera melihat Acha itu saja."Kerjaan lo gini terus?" Tanya Reno pada Acha yang tidur bersandar memakan mochi yang dibawakannya sambil menonton drakor dilaptopnya."Ngerjain apa lagi emang?." Acha balik tanya tanpa mengalihkan perhatiannya.Reno geleng-geleng salah memang dirinya bertanya seperti itu. Melihat Acha yang begitu fokus menonton Reno jadi kepo dengan apa yang sahabat nya itu tonton. Reno ikut berbaring disebelah Acha matanya ikut menonton tapi baru beberapa menit dirinya nebeng tiba-tiba Acha berbisik di kupingnya. "Ini drakor 18 plessss." Ren
"Aku deg-deg an.""Santai aja."Shafa berusaha menenangkan diri, malam ini Reno mengajaknya kerumah untuk makan malam sekalian syukuran ulang tahun Fara.Acaranya tidak terlalu banyak orang karna hanya teman dan tetangga dekat saja yang datang diundang.Fara yang melihat putra nya datang dengan Shafa berusaha untuk tetap tersenyum menyambut kedatangan mereka.Shafa mencium tangan Fara menyapanya dengan sopan. "Hallo tante, apa kabar?." "Alhamdulillah baik. Tante kira kamu udah ngga sama Reno." Ucap Fara dengan tawa renyah nya membuat Shafa tersenyum paksa."Oh iya, ini tante aku ada beli sesuatu buat tante semoga suka.""Repot-repot makasih ya." Fara tetap menghargai pemberian Shafa."Sama-sama tante."Canggung. Shafa mengeratkan rangkulan nya pada tangan Reno. Reno dengan peka langsung mengajak Shafa untuk menghindar dari mamahnya. "Mah, aku kesana ya sama Shafa." "Iya sana, kasih coba kue buatan mamah. Ini mamah lagi nunggu Acha kok gak dateng-dateng ya sama papahnya." Ucap Fara.
"Lo putus sama Shafa?" Reno mengangguk semuanya dia ceritakan pada Acha setelah pulang bekerja beberapa saat yang lalu."Keren, ini rekor terlama lo pacaran." Acha bertepuk tangan salut pada Reno, mulutnya mengunyah buah mangga yang telah dipotong oleh Reno.Acha duduk bersila berhadapan dengan Reno, dagunya ia tompangkan ditangan menatap wajah Reno dengan lekat lalu geleng-geleng."Tapi wajar juga Shafa putusin lo, muka lo dibawah rata-rata soalnya.""Enak banget tuh mulut kalo ngomong."Reno menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya. "Dulu gue bintang kampus, jangan salah." Bangganya.Acha berdecih. "Bintang laut lo." Ledeknya."Serius.""Gak percaya, mana buktinya."Memang harus dikasih paham. Reno memberikan handphone nya pada Acha membiarkan cewek itu melihat isi nya sendiri.Acha cukup terkejut melihat arsipan nomor-nomor tidak dikenal yang berusaha mengajak kenalan Reno, hanya ada dua pesan yang tidak di arsip kontak miliknya dan juga Shafa."Cukup bisa dipercaya." Ac
Pagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan."Acha, mancing yuk." Teriak Reno."Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu."Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?.""Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu. Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur. "Lo suka baca komik sekarang?"Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga."Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."Reno geleng-geleng, panasaran dengan
Fara menatap wajah lesuh Reno dengan aneh. Tumben sekali wajah putra nya lesuh tidak bersemangat begitu, apa sedang berkonflik dengan Acha?"Ada apa, Ren, kok tumben lesuh begitu?" Tanya Fara mengikuti Reno ke kamar."Gapapa, lagi capek aja.""Sama Acha?.""Kerjaan.""Mau mamah buatin teh anget?.""Gak usah.""Mau makan aja? Mamah ambilin ya."Reno mengeleng menolak. "Nanti aku ambil sendiri kalo mau." Reno bukan Acha yang apa-apa harus diambilkan."Mamah siapin air anget aja ya buat kamu mandi.""Mah aku capek, mau istirahat." Ucap Reno menegaskan nada bicaranya berharap mamah nya bisa mengerti.Fara mengangguk mengerti. "Yaudah kamu istirahat, mamah tutup pintu nya ya." "Makasih."Reno langsung merebahan diri di kasur mengistirahatkan punggungnya yang sudah sangat pegal setelah seharian bekerja.Beberapa hari ini Reno cukup sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang, hari ini Reno bisa pulang lebih awal lebih baik dirinya gunakan untuk beristirahat.Baru lima menit Reno memejamkan