Share

2. Acha dan tikus

Malam minggu orang-orang berlalu-lalang dengan semangat diluar an sana, tapi Acha justru bergelung dengan selimut tebalnya diatas kasur.

Bekas bungkusan makanan berserakan dimana-mana baju bahkan sampai daleman pun tergeletak sembarangan, kondisi kamar Acha benar-benar seperti kapal pecah namun tidak diperdulikan oleh sang pemilik yang masih pulas tidur dengan nyaman.

Bunyi ketukan pintu terdengar beberapa kali tapi tidak digubris, Reno yang berada dibalik pintu menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam kamar yang lebih tepatnya biasa dirinya sebut sebagai sarang.

"Astagfirallah, Acha." Reno mengelus dada nya berusaha sabar melihat kondisi kamar Acha, padahal belum seharian dirinya tinggal.

Reno menarik selimut yang menutupi badan Acha lalu melemparnya kesamping membuat Acha mengerang pelan karna terganggu.

"Bangun."

Acha mengangkat tangannya ke udara lalu mengibaskannya. "Gue ngantuk, jangan ganggu." Lirihnya berusaha menarik kembali selimut tebalnya.

"Gue bukan babu yang setiap saat harus ngeberesin sarang jorok lo ini, jangan kebiasaan selalu ngandelin gue."

"Tapi lo udah kebiasaan beresin kamar gue."

"Acha." Geram Reno mendengar sautan Acha dari balik selimutnya.

"Apa sih?." Dengan rasa malas Acha bangun dan menatap datar wajah Reno yang sedang kesal kepadanya.

Rasa ingin marah tidak pernah bisa terluapkan oleh Reno pada Acha, tatapan wajah teduh itu selalu berhasil membuat hati Reno luluh.

Reno menghela nafasnya pelan, kemudian tanpa berkata apapun lagi dirinya langsung memunguti sampah makanan yang berserakan dilantai lalu membuangnya kedalam tempat sampah yang ada disudut kamar. Entah bagaimana cara pikir Acha padahal sudah ada tempat sampah tapi tetap saja membuang apapun sembarangan.

"Pungutin baju sama daleman lo." Ucap Reno tanpa melihat Acha sama sekali.

"Kenapa gak sekalian aja?"

"Rasa malu lo pake." Ketus Reno.

"Kenapa malu, lo juga biasanya liat." Ucapan spontan Acha berhasil membuat kedua bola mata Reno melotot ke arahnya.

"Liat apa anjir."

"Liat ini." Ucap Acha mengangkat bra warna biru miliknya.

"Cewek gak waras." Reno segera mengalihkan pandangannya dari Acha, sial nya pipi nya malah nge-blus sekarang.

Kenapa dirinya yang malu, harusnya Acha.

"Lebay." Acha memunguti semua baju dan dalemannya lalu menaruhnya kedalam keranjang pakaian kotor menjadi satu namun sebelumnya Pandangan Acha terpaku pada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam keranjang itu. Pupil matanya spontan membesar saat melihat seekor anak tikus yang sedang kebingungan mencari jalan keluar.

"RENOOOO, TIKUSSSS." Teriak Acha berlari kearah Reno lalu memeluknya seperti bayi koala yang menggantung di badan ibu nya.

"Dimana?"

"Itu didalem keranjang." Tunjuk Acha dengan perasaan geli dan jijik.

"Tolong keluarin gue jijik, Reno." Rengek Acha menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Reno.

"Kalo lo kaya gini gimana bisa gue ngeluarin tikus nya."

"Gak mau turun, nanti dia lari-lari."

Reno mendengus. "Gak bakalan lari, gue keluarin langsung sama keranjangnya." Ucap Reno.

Acha turun dari gendongan Reno lalu segera naik keatas kasurnya, menatap geli Reno yang sedang mengeluarkan keranjang berisi anak tikus itu, dengan rasa was-was Acha melihat kesekililing takut masih ada tikus yang lainnya di dalam kamarnya.

"Dasar tikus sialan."

*****

Reno menatap Acha yang hanya diam memakan mochi nya, entah didengarkan atau tidak ocehannya dari tadi.

"Denger gak apa yang gue bilang?"

"Gue gak budek."

"Mulai sekarang rapihin kamar, jangan berantakan apalagi sampai ada tikus kaya tadi."

Acha memutar bola matanya malas. "Iya pak dokter."

Melihat mochi yang hampir satu box habis oleh Acha sendiri, Reno hanya geleng-geleng. "Hari ini lo pasti belum makan nasi, ayo keluar." Ajak Reno menyingkirkan box mochi di pangkuan Acha lalu menarik tangan cewek itu agar berdiri.

"Gue mager keluar, gofood aja sih."

"Shafa ngajakin makan diluar, gue gak bisa ngebiarin lo sendiri dan gue gak mungkin juga nolak ajakan Shafa." Ujar Reno berterus terang membuat Acha mendengus sebal.

"Gue dandan dulu gak nih? Entar cewek lo malu liat penampilan gue begini."

"Bisa dandan emang lo?" Tanya Reno mencekit hati.

"Ya seenggaknya lipstik an." Jawab Acha kesal.

Reno menatap wajah Acha lekat lalu menggeleng. "Gak usah, cakep natural begini."

"Lo suka cewek natural?" Reno mengangguk.

Acha tersenyum miring. "Terus kenapa lo pacaran sama Shafa yang bedaknya dempul."

Jleb

"Berisik lo, ayo cepet."

Acha pasrah saja saat dirinya diseret oleh Reno, tidak papa lah dirinya nanti jadi obat nyamuk yang penting Acha bisa makan sepuasnya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.

Setelah pergi dari rumah Acha, Reno langsung banting stir kerumah Shafa. Acha yang semula duduk didepan langsung pindah kebelakang karna tidak mungkin dirinya duduk didepan dengan Reno jika ada doi nya.

Walaupun Reno tidak pernah menyuruhnya tapi Acha cukup sadar diri saja, karna bagaimana pun Shafa adalah pacarnya Reno dia lebih pantas untuk duduk didepan bersama Reno dibandingkan dengan dirinya.

Acha melihat Reno yang menghampiri Shafa dari dalam mobil, terlihat jelas sekali Shafa begitu senang malam ini. Melihat Reno yang membukakan pintu mobil untuk Shafa, Acha sama sekali tidak iri.

Disambutnya Shafa dengan senyuman hangat saat masuk kedalam mobil, namun respon Shafa agak berbeda seperti nya Shafa tidak tau jika Reno akan mengajak dirinya ikut bersama mereka.

"Loh ada Acha, ya?."

"Gue ikut gapapa kan, bukan mau gue tadi Reno yang maksa." Ucap Acha.

Shafa tersenyum. "Iya gapapa kok."

Reno masuk kedalam mobil menatap dua cewek itu bergantian. "Shaf, maaf gue gak bilang sebelumnya kalo ajak Acha." Ucapnya dibalas dengan senyuman manis Shafa, senyuman yang amat sangat berbeda dari sebelumnya.

Acha cuek saja pada dua orang didepan nya itu, perhatiannya lebih fokus pada layar handphone menonton drakor favoritnya.

Diperjalanan walaupun Reno mengobrol dengan Shafa tapi sesekali Reno mencuri pandang pada Acha yang sibuk dengan Handphone nya. Sulit sekali rasanya untuk tidak memperhatikan Acha atau bertingkah seolah tidak ada sosok itu disana.

Shafa yang sadar dengan gelagat Reno hanya bisa bersabar dan menguatkan hati nya saja. Disini justru malah dirinya yang seperti obat nyamuk, Reno memang ngobrol dengannya tapi perhatiannya selalu pada Acha.

Jika bukan karna sesuka itu pada sosok Reno mungkin Shafa tidak akan mau seperti ini, sayangnya Shafa sudah terlanjur jatuh hati pada Reno dan tidak ingin hubungan yang sudah terjalin lama kandas begitu saja.

Suasana di dalam mobil menjadi cukup canggung karna tidak ada yang mengeluarkan suara, Shafa yang tadi nya begitu riang mengobrol dengan Reno menjadi diam hal itu tentu membuat Acha melirik kedua orang didepan nya, tapi karna memang pada dasarnya dirinya tidak peduli jadi ya cuek saja.

To be continude

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status