Dibawah teriknya matahari, cewek dengan rambut sebahu terduduk dipinggiran jalanan ditemani beberapa kantong plastik yang berisikan box-box mochi yang baru dibelinya.
Lesu, itu yang dirasakannya. Bahkan saking lesu dan malasnya dirinya enggan untuk melanjutkan jalan yang menurutnya akan menghabiskan banyak tenaganya. Jika saja dirumahnya tidak kehabisan stok makanan kesukaannya yaitu mochi dan Reno tidak sedang bekerja mungkin dirinya tidak akan terpaksa keluar dan memilih untuk tetap tidur dikasur empuknya menikmati mochi-mochi kesukaannya sambil menonton drama dilaptopnya."Dunia macam apa ini?" Dia Acha, cewek yang baru lulus dari sekolah menengah atas memilih menjadi pengangguran menikmati masa kejayaannya untuk rebahan sepuasnya.Nasibnya begitu buruk di hari minggu yang cerah, tangan yang semula menutupi kepalanya dari sinar matahari turun saat merasa sesuatu telah menghalangi cahaya terik itu."Ah, akhirnya penyelamat hidup gue telah tiba." Lega cewek itu lalu menjulurkan kedua tangannya kedepan cowok tinggi yang sedang menatap khawatir dirinya."Lo bikin gua panik, tau gak?""Dunia memang indah, tapi dunia tanpa mochi itu bagaikan padang pasir tanpa air." Ucap nya dengan puitis."Mochi terus yang lo pikirin, mau sampai kapan lo gini terus." Dumel cowok itu seraya memungut kantong-kantong plastik berisikan mochi milik Acha.Dia Reno, cowok dengan kesabaran setebal tembok mesjid yang telah menjadi sahabat Acha dari beberapa tahun yang lalu. Umur Reno dan Acha terpaut beberapa tahun, Acha yang pengangguran dan Reno seorang dokter sudah sangat terlihat bukan perbandingan yang sangat jauh diantara keduanya."Ayo, ngapain lagi diem terus disitu, uang koin lo jatoh?""Capek Reno."Antara sebal dan kasihan melihat raut wajah melas itu pada akhirnya Reno berjongkok. Merepotkan sekali memang manusia mager satu ini tapi aneh nya Reno tidak pernah menolak dan selalu menurut saja, entah pelet apa yang Acha gunakan kepadanya. "Naik, cepet."Untung saja badan Acha kecil dan ringan jadi Reno masih sanggup untuk menggendongnya beserta mochi-mochi sialan nya itu. Reno benci sekali pada mochi, tapi jika disuruh Acha untuk beli maka Reno akan membeli nya.*****"Gue harus kerumah shafa, dia katanya sakit."Acha menoleh cuek pada Reno lalu kembali fokus pada layar laptopnya sambil memakan mochi coklat di kedua tangannya. "Sana."Melihat kemalasan Acha yang sehari-hari nya hanya makan, nonton, tidur tidak peduli pada dirinya sendiri sebenarnya membuat Reno khawatir, apalagi orang tua Acha telah menitipkannya kepada dirinya."Udah sore, mandi. Liat rambut singa lo udah gak karuan kaya orang gila, lo tuh cewek harusnya rapih bersih kalo kaya gini siapa yang mau sama lo." Mendengar ucapan Reno badan Acha beringsut mundur tanpa bangun diatas tempat tidur mendekat pada Reno yang duduk dipinggiran kasur.Acha menopangkan dagunya di paha Reno lalu mendongak menatap dengan tatapan polosnya. "Tapi tetep cantik, kan?"Reno memalingkan wajahnya, berdecih pelan. Tangannya mengambil selembar tisu lalu mengelap sisa-sisa coklat disudut bibir Acha. "Makan aja kaya bocah." Cetus nya."Percuma cantik kalo jorok, siapa yang mau?" Kata-kata menusuk seperti itu sama sekali tidak masuk kehati Acha, cewek itu sangat cuek walau Reno mengatai nya bagaimana pun.Respon Acha hanya menggedikan bahu tidak peduli kemudian mengubah tidur nya menjadi telentang menatap lelangitan kamarnya yang penuh dengan stiker awan mencari inspirasi namun mulutnya tetap aktif mengunyah mochi."No.""Hm.""Lo sama shafa kan udah pacaran lama, lo udah ada pikiran buat nikahin dia?""Kenapa?""Apanya?""Kenapa lo tiba-tiba nanyain itu?"Bola mata Acha mengerling ke kanan dan kiri memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaan Reno."Soalnya gua mau tinggal sama lo nanti jadi peliharaan lo, biar gue ada yang ngurusin." Jawaban tidak terduga Acha membuat Reno mendengus jengah."Gila."Reno berdiri merapihkan kemeja abu yang dipakainya. "Kasian shafa udah nungguin, gue pergi dulu." Pamit Reno mengecup singkat pelipis Acha yang masih telentang sambil mengunyah mochi.Acha memutar bola matanya malas lalu mengangkat satu tangannya. "Bye."Setelah Reno pergi dari kamarnya suasana hening langsung terjadi dikamar Acha entah apa yang sedang dipikirkannya, mulut yang semula sedang mengunyah sejenak berhenti, matanya menatap mochi ditangannya lalu mendesah pelan."Kenyang."*****Melihat mobil pacarnya yang baru terparkir didepan rumahnya, Shafa segera berlari menghampiri Reno dengan antusias lalu memeluknya."Katanya lo sakit?" Pertanyaan itu yang spontan keluar dari mulut Reno saat shafa memeluknya, Reno bahkan tidak sempat membalas pelukan itu."Aku cuman sakit kepala biasa, selebihnya aku mau ketemu kamu aja. Belakangan ini kamu terlalu fokus sama Acha dibanding aku." Reno menghela nafas pelan, kalimat ini sering kali dirinya dengar dari shafa."Shaf, kita udah sama-sama dewasa. Lo juga tau gimana hubungan gua sama Acha, kan?"Persetan dengan kata sahabat diantara Reno dan Acha yang terus menjadi penghalang bagi dirinya dan Reno sekarang.Hubungan yang sudah dijalani satu tahun rasanya tidak ada apa-apa nya bagi Shafa, bagaimana tidak jalan berdua saja bisa dihitung berapa kali nya, kebanyakan jalan bertiga dengan Acha, walaupun Acha tidak pernah mengganggu secara langsung tapi perhatian Reno selalu saja pada Acha, Acha dan Acha."Pacar kamu aku atau Acha?""Pertanyaan bodoh apa itu, lo cewek gue. Tapi Acha sahabat gue, lo harusnya ngerti." Shafa tersenyum kecut selalu ada tapi untuk Acha.Melihat mata Shafa yang berkaca-kaca membuat Reno tidak tega karna mau bagaimanapun Shafa pacarnya selama satu tahun ini, walaupun mereka jarang menghabiskan waktu bersama selayaknya pasangan."Dari awal gue udah pernah bilang sama lo, kalo lo mau jadi pacar gue lo harus bisa nerima Acha, dan lo nyanggupin itu."Shafa menatap Reno dengan mata yang sudah berlinang air mata. "Aku cuman mau waktu kamu lebih lama buat aku, Ren. apa salah aku cemburu liat pacar aku lebih lama ngabisin waktu sama sahabatnya dibandingkan aku yang jadi pacarnya."Reno semakin tidak tega melihat shafa menangis terisak di hadapannya dan itu karna dirinya sendiri, betapa bodohnya Reno membiarkan pacarnya menangis terisak-isak."Maafin gue." Reno memeluk shafa, mengusap halus rambut panjang itu dengan sayang.Shafa membalas pelukan Reno dengan erat, untuk dipeluk seperti ini apa dirinya harus selalu sampai menangis terisak seperti ini agar Reno mau memeluknya dengan tulus? Jika iya betapa menyedihkan nya diri nya.Jujur Shafa merasa sangat iri kepada Acha yang selalu mendapat perhatian dan waktu Reno tanpa diminta, berbeda sekali dengan dirinya entah kenapa dirinya tidak se beruntung Acha.To be continude"Cara gini lo yakin berhasil?." Tanya Reno ragu kepada dua temannya."Kalo gak dicoba kan gak bakalan tau." Ujar Dristan memakai topeng pencuri bersama dengan Bara, kedua nya sudah kompak akan cosplay menjadi seorang penjahat malam hari ini demi sang teman.Reno semakin ragu dengan rencana yang akan mereka lakukan karna ini cukup berbahaya, resiko nya lumayan besar kalo ketauan warga sekitar bisa digebukin mereka."Tenang aja, aman." Ujar Bara."Kalo ketauan gimana?." Tanya Reno cemas terlalu memikirkan resiko-resiko kegagalan mereka."Gak bakalan, aman dah. Serahin sama kita berdua lo cukup dateng dan jadi pahlawan buat Acha." Timpal Dristan bersiap menyelinap masuk ke rumah Acha yang tampak sepi.Reno menatap was-was ke sekitar takut ada yang melihat mereka, agak gila sebenarnya rencana yang diusulkan Dristan tapi lebih gila lagi dirinya yang mau saja mengikuti akal bulus itu.Ya gimana? Untuk dirinya juga.Reno menunggu dengan hati yang gusar, Dristan dan Bara sudah masuk kedalam r
"Pagi dokter Airin." Sapa Bara tidak sengaja berpapasan dengan Airin di parkiran rumah sakit.Airin tersenyum tipis pandangan matanya tertuju pada sosok yang ada disebelah Bara, Reno tampak acuh dengan hp nya jika dilihat dari gerakan tangannya sepertinya sedang berkirim pesan dengan seseorang."Pagi juga dokter Bara, dokter Reno." Sapa balik Airin dengan manis. Reno mendongak menatap Airin mendengar namanya ikut disebut, dengan sopan Reno mengangguk membalas sapaan Airin.Usut punya usut ternyata Airin ini umurnya sama seperti bara dan Reno, meskipun wajah nya terlihat sangat muda tapi umur nya sudah sangat matang wajar saja banyak yang langsung menyukai nya."Gak dianterin?." Tanya Bara basi-basi mereka berjalan bersamaan menyusuri koridor rumah sakit."Iya, biasa kemana-mana sendiri." Balas Airin lembut."Calon suami atau pacar nya kemana emang?." Mulai. Reno sudah sangat jengah Bara yang sengaja sekali pertanyaannya itu."Saya belum punya, masih mau fokus karir." Ucap Airin malu-
"No, gue mau buka usaha.""GAK USAH NGACO!."Hidup lagi capek-capek nya perkara motor gak ketemu-ketemu malah denger Acha pengen buka usaha yang kemungkinannya itu sangat minimalis banget.Sekelas orang mager kaya Acha mau buka usaha? Mau jualan apa coba, gerak dikit aja ngos-ngos an ngeluh mulu ini malah berlaga mau buka usaha ujungnya nanti malah Reno yang repot.Acha merengut pelan. "Minggu depan udah libur semester pertama, gue pengen buka usaha biar ada aktivitas." Ucap Acha bergelayut manja di lengan Reno yang sibuk berkutat dengan laptop nya. Reno menggeleng. "Buka usaha banyak pertimbangannya bukan main asal buka aja, lagian mau buka usaha apa? ternak curut?." Ujar nya."Apa aja, jual pop ice atau seblak didepan rumah juga gue mau." "Prettt. Siapa yang mau beli." "Ih, biar kaya orang-orang, No.""Tapi lo gak kaya orang-orang, Cha." Timpal Reno tetap fokus pada layar laptopnya meskipun Acha menggelayuti tangannya dengan segala gaya.Acha mendengus kasar merebahkan kepalanya
Acha membuka mata dengan tangan memegang kepalanya yang masih terasa berat, mata nya mengerjab pelan melihat kearah tangannya yang digenggam oleh seseorang yang tak lain adalah... Reno.Selain Reno disana juga ada papah nya yang terlelap di sofa dengan posisi duduk bersandar, Acha menghela nafas berat pasti sangat pegal semalaman tidur dengan posisi seperti itu apalagi Reno.Acha berusaha menarik tangannya yang digenggam oleh Reno dengan perlahan tapi rupa nya pergerakannya malah membuat Reno terusik dan akhirnya bangun daro tidur nya. Melihat Acha yang sudah bangun, cowok itu menarik senyuman tipis nya menegakan tubuh dan merasakan punggung nya terasa cukup sakit."Lo kenapa tidur disini?." Pertanyaan itu menyambut awal kesadaran Reno."Jagain lo." Balas Reno dengan enteng, punggung tangannya menyentuh kening Acha. "Alhamdulillah demam nya udah turun gak kaya semalem." Kata nya bersyukur.Acha tidak menggubris ucapan Reno, dia lebih fokus pada badan cowok itu yang semalaman tidur de
Namanya cobaan hidup kalo gak susah ya sulit, mau enak mah namanya cobain. Mau marah tapi gak bakalan merubah kenyataan, akhirnya cuman bisa pasrah dan ikhlas merelakan.Emang bener kata orang, hari sial gak pernah ada di kalender karna sial bisa terjadi dimana pun dan kapan pun, tidak pernah ada yang tau.Reno mendesah pelan berjongkok didepan gerbang rumah nya pagi-pagi buta meratapi nasib motornya yang dibawa pergi oleh orang alias di colong.Mimpi apa ya dia semalem bisa sampe kecolongan? Setelah bertahun-tahun dia hidup dan tinggal di komplek itu baru kali ini dia merasakan kebobolan padahal selama ini aman-aman saja. Meskipun hanya motor nya saja yang dibawa pergi tapi Fara pasti akan mengamuk dan langsung mengadakan sidang dadakan kepadanya jika tau perihal ini."Sabar ya mas, kami akan urus masalah ini insyaallah pasti motor nya ketemu." Ucap satpam komplek yang datang setelah Reno melaporkan motornya hilang dicuri orang.Reno tidak akan menyalahkan keamanan komplek nya karna
Reno geleng-geleng kepala melihat keadaan kamar Acha yang sudah lama tidak dirinya benahkan, entah harus berkomentar bagimana Reno pada cewek yang masih santai dengan laptop di pangkuannya.Cowok jangkung itu membungkuk memunguti sampah-sampah bekas cemilan sang tuan putri, mengumpulkannya menjadi satu lalu memadukannya pada tempat sampah yang bersih."Baru kemaren gue muji-muji lo, Cha, Cha." Ujar Reno sambil lanjut memunguti barang yang ada dilantai.Acha menoleh sejenak lalu kembali fokus pada layar laptop nya. "Kemaren sibuk, tugas gue lagi banyak jadi gak sempet beres-beres." Balas Acha dengan santai sesekali memakan cemilannya.Reno berdecak pelan merebut cemilan yang dimakan Acha. "Nanti banyak semut dikasur, liat tuh." Ucap nya menunjuk remahan kecil cemilan yang berjatuhan diatas kasur Acha tapi cewek itu tidak memperdulikannya."Pindah, biar gue bersihin dulu." Suruh Reno tapi Acha tidak segera beranjak dari posisi nya."Cha." Panggil Reno namun tidak digubris.Reno menghela