Share

Georges Hat

Jauh dari Kota Westinhorn, deretan kendaraan berkapasitas besar terpakir dekat Negeri Gostell, sebuah Negeri yang tandus lantaran terjadi pengerukan tanah besar-besaran. Ini disebabkan kandungan aneka tambang yang besar, terutama emas dan nikel. 

10 kendaraan besar roda 4 yang mengangkut kontainer itu terparkir rapi di hamparan tanah yang di kelilingi oleh rumput-rumput liar sejenis ilalang di dekat aliran sungai berarus besar. Deretan kendaraan itu juga terparkir melingkari sebuah tenda yang besar dan menjulang tinggi. Sementara 3 kendaraan sedang dan satu buah jeep ukuran besar terparkir di depan pohon yang tak berdaun.

Di dalam tenda itu terdapat berbagai hewan yang dirantai dengan besi di 4 arena, 3 ekor Singa, 5 ekor gajah, 2 ekor beruang madu dan 6 ekor kuda zebra. Seorang laki-laki di masing-masing arena tampak beberapa kali melepaskan cambuk pada mereka yang tidak menurut pada perintah yang diberikan. Sedangkan 1 orang laki-laki lainnya di masing-masing arena tersebut membantu mengawasi dan membetulkan gerakan hewan-hewan itu.

Sementara itu, seorang pria bertopi Bowler hitam menghisap cerutu begitu teliti mengawasi dari sebuah kursi di atas mobil yang terparkir di depan pintu masuk. Laki-laki bernama Edhi itu adalah pemiliki usaha jual beli hewan untuk keperluan sirkus, bernama Georges Hat. Ia menampung banyak satwa liar untuk dilatih kepatuhannya, kemudian satwa liar yang sudah kehilangan naluri keliarannya itu dijual ke usaha-usaha sirkus di berbagai Negeri. 

Setelah para Pawang dan Asistennya menyudahi melatih hewan-hewan, Edhi memanggil mereka. Usai membuang asap yang bergumul di mulutnya, Edhi menanyakan mengenai hewan-hewan yang mereka latih, “Sudah sejauh mana perkembangan mereka?”

“Hmm, lebih sulit menjinakkan singa liar kali ini Tuan Edhi,” jawab laki-laki berambut ikal bernama Bareth, yang seorang pawang/pelatih singa. Asistennya yang berdiri di samping Bareth.

Mendengar jawaban Bareth, maka Edhi tak puas. Namun ia tak lekas memarahi Bareth. Ia ingat betul Bareth mengatakan “Kali ini” sehingga mungkin sebelum melatih singa yang sebelumnya mungkin lebih mudah.

Edhi pun bertanya, “Apa perbedaannya? Bukankah mereka sama-sama seekor singa?”

Belum Bareth menjawab, Edi melepas tawa hingga terkekeh. “Mereka masih makan daging kan?” 

Bareth menjawab santai pertanyaan Bosnya itu. Cukup panjang ia menjelaskan, namun tak berbelit-belit,  "Singa yang hidup di alam liar memiliki naluri alam liar sedangkan singa yang tidak berada di habitat aslinya rata-rata tidak memiliki naluri alam liar. Walaupun keduanya masih sama-sama hewan buas."

Edhi menggulungkan kening saat mencerna penjelasan Bareth yang selama ini menjadi pelatih yang khusus melatih singa, harimau dan hewan buas lainnya. Lalu Edhi meminta Asistennya, Cuki untuk mencari daftar keterangan hewan-hewan yang dilatih saat ini. Edhi harus mengingat kembali mengenai asal usul singa-singa itu, apakah ia membelinya dari manusia yang memelihara singa atau dari pemburu yang memerangkap mereka?

5 menit kemudian Cuki membawa sebuah odner map berisi kumpulan data-data dan keterangan asal-usul tiap-tiap hewan yang dimiliki. Usai membuka odner map Cuki si Asisten lekas membalik lembar demi lembar kertas, mencari tanggal pembelian hewan yang tengah dilatih saat ini.

“Tanggal 2 Januari tahun 5200 pukul 3 sore. Lukas dan kawan-kawan. Buruan hidup, 3 singa, 2 harimau, 1 gajah dan 3 berang-berang,” ucap Edhi membaca tulisan di kertas yang ditunjukkan Asistennya.

“Apa kau yakin ini data yang benar?”

“Benar Tuan. Bisa dicek pada kalung yang pakai keempat hewan itu dan chip yang dimasukkan mereka,” jawab Cuki. Lalu mengambil laptop. Setelah menyalakannya dan menemukan dan menyambungkannya pada microchip yang ditanam pada keempat hewan tersebut, maka munculkan identitas mengenai hewan tersebut mulai dari tanggal, tahun dan pukul hewan tersebut didapat. 

Edhi mengangguk-angguk, menyetujui pendapat Bareth bahwa singa yang dilatih oleh Bareth berasal dari alam liar, yang kenyataannya memang demikian. “Baiklah, dugaanmu Benar Bareth. Lalu berapa lama singa-singa itu dapat dilatih?”

“Mungkin bisa sampai 3 bulan atau bisa lebih, Tuan.”

Edhi menghela nafas dalam-dalam, pikirnya ia tak bisa menunggu selama itu. 3 bulan adalah waktu yang lama. Usai membuang nafas Edhi berkata, “Begini Bareth, aku minta pendapatmu, bagaimana bila ada orang yang akan memberimu uang dalam jumlah yang besar dengan syarat kau harus menyelesaikan tugasmu dalam tenggang waktu yang ditentukan olehnya, sementara kau merasa waktu yang diberikan padamu terlalu pendek. Apa yang akan kau lakukan?”

Untuk sekian detik Bareth menarik nafas dalam-dalam seraya memikirkan jawaban dari pertanyaan sang Bos, Edhi. Kemudian, usai Bareth menghembuskan nafas, ia menjawab, “Saya akan mengeluarkan seluruh kemampuan saya, Tuan. Hanya fokus pada proses dan penyelesaian, bukan pada waktu yang diberikan. Dan memastikan tugas yang saya kerjakan tidak bermasalah di kemudian hari.”

Tiba-tiba Edhi menepuk-nepukkan kedua telapa tangan, sangat keras dan cukup lama. Lalu ia bangkit berdiri, melangkah pada Bareth. Di hadapan Bareth ia mengatakan, "Tidak ada pawang binatang buas yang paling bagus di seluruh negeri, kecuali pawang itu hanya ada di Georges Hat. Pawang itu ada di sini di hadapanku."

Edhi menepuk keras pundak Bareth seraya menatap lekat-lekat laki-laki berkulit gelap itu.  “Aku yakin kau bisa membereskannya dalam waktu 3 minggu saja.”

Dan usaha Edhi tak sia-sia. Bareth bangga sekaligus bahagia, sang Bos mendukung dan mempercayai kemampuannya. Dan bila sang Tuan saja mempercayai dirinya bisa berbuat lebih baik, mengapa dirinya harus menyalahkan singa-singa itu? Harusnya ia memacu dirinya supaya lebih mempercayai kemampuan diri, sehingga tak lepas rasa percaya diri. 

Dengan yakin, Bareth mengatakan pada Edhi, bahwa ia akan berusaha menjinakkan singa-singa itu dalam waktu 3 minggu sesuai yang diminta oleh Edhi. Kata-kata itu yang dinanti Edhi dari Bareth sang pawang hewan buas. Ia pun melepas tawa sambil menepuk-nepuk pundak Bareth, lalu menepuk pipi kiri Bareth, sebagai tanda kepercayaan.

Usai menghembuskan nafas Edhi berkata pada 4 pawang dan 4 Asistennya, “Baiklah. Kalian kembalilah, istirahat, sebelum kembali melatih hewan yang lain.”

“Baik Tuan Edhi.” Setelah itu mereka melangkah pergi dari hadapan Edhi.

Kemudian Edhi memanggil 4 anak buahnya yang mengurusi pengadaan hewan-hewan untuk sirkus dan seputar berita mengenai hewan-hewan untuk sirkus. Ia menanyakan berapa jumlah gajah, singa, harimau, kuda, kuda zebra, beruang, beruang hitam, simpanse, monyet, sipder monkey zumba atau lebih dikenal monyet laba-laba yang sudah dan belum dilatih.

Seketika 4 laki-laki yang masing-masing bernama Bomba, Holdan, Mike dan Lindhan serentak menjawab dengan jawaban berbeda, “Lengkap, Tuan.” “Tidak lengkap, Tuan.” “Tidak tahu, Tuan.” “Belum dicek, Tuan.”

Edhi murka mendengar jawaban tak seragam dari mereka. Dengan kesal ia membuang cerutu di bawah kakinya. Kemudian menginjaknya kuat-kuat,“ jawab yang benar!”

Lindhan yang paling lurus pikirannya lekas meluruskan dengan terbata,“Kami belum sempat mengecek mereka Tuan. Karena tadi pagi Tuan meminta kami....”

“Mencari persediaan makanan, Tuan.” Mike terpaksa berbohong, berharap Bosnya percaya dan mereka bisa lekas pergi.

Edhi pun memandang anak buahnya lekat-lekat. Usai membuang nafas, ia lekas berkata, “Sekarang kalian periksa mereka dan segera laporkan. Atau kalian kuhukum menjadi pemain sirkus!”

“Ehhmm sekarang, Tuan?” tanya Mike.

Belum Edhi menjawab, ketiga kawannya lekas menarik Mike, sambil berkata pada Edhi, “Baik Tuan, sekarang kamu pergi mengecek mereka.”

“Tunggu. Berapa banyak makanan yang kalian dapat?” tanya Edhi.

“Ehm sebenarnya kami...,” jawab Lindhan, namun Mike menyela, mengatakan bahwa mereka hanya mendapat sedikit makanan. Hanya beberapa roti.

Edhi pun semakin murka pada mereka berempat. Meminta mereka tak main-main bila bekerja dengan dirinya. “Gunakan tenaga dan otak kalian bila bekerja denganku!”

“Baik Tuan,” jawab keempat anak buah Edhi dengan terbata. Lalu pergi ke kandang-kandang hewan yang berada di dalam truk kontainer. Sementara Edhi kembali menyalakan cerutu dengan bensin, lalu menghisapnya kuat-kuat, sebelum membuang asapnya. 

Tetiba telepon di dalam mobil pribadinya berdering keras. Ia pun meminta Cuki untuk mengangkat telepon. Tak sampai 3 menit Cuki memberikan telepon lawas itu pada Edhi, seraya memberi tahu sang Tuan mengenai si penelpon. Tawa seketika membuncah dari wajah Edhi seraya menyapa seseorang di balik telepon.

“Baik baik, segera akan saya bereskan dalam waktu 1 minggu. Dan saya pastikan anda tidak akan kecewa,” kata Edhi seraya melepas tawa ringan.

“Bagaimana bila hewan yang dikirim bermasalah?” tanya seseorang di balik telepon.

Kemudian dijawab tegas oleh Edhi, “Anda tenang saja. Saya tidak pernah gagal melatih mereka supaya menurut.”

“Ahmm baik saya percaya anda. Mmm tapi bagaimana seandainya.... ”

“Tuan Kosmo akan mendapat ganti hewan yang serupa yang lebih cerdas dan lebih menurut.” Edhi memotong ucapan Tuan Kosmo, seorang pengusaha taman sirkus yang memesan beberapa binatang untuk menambah pasukan pemain sirkus dari kalangan binatang.

                                       *#*

Bomba, Holdan, Mike dan Lindhan sepakat membagi tugas mereka mengecek jumlah hewan dan jenisnya yang masih ada di kandang dan yang sudah siap dijual pada pengusaha sirkus. Bomba dan Holdan memeriksa kontainer-kontainer di sisi Barat, sedangkan Mike dan Lindhan memeriksa kontainer-kontainer di sisi Timur.

Begitu Bomba dan Holdan menarik selot di muka pintu kontainer tetiba terdengar suara mengaum dari dalam kontainer yang gelap. Bomba yang ketakutan lekas menutup pintu kontainer yang sempat ditarik oleh Holdan, hingga menimbulkan suara benturan antar besi-besi pada pintu kontainer.

“Hei hei, apalagi ini?”

 “Apa kau tak mendengar suara mereka?”

“Memangnya kenapa? Suara singa dan harimau ya seperti itu, mengaum! Bukan mengeong.” Di ujung perkataan suara Holdan keras.

“Aaaahh, aku tahu. Jangan bilang kau takut, hai penakut!” Lagi-lagi Holdan mengeraskan suaranya di ujung perkataannya.

“Aku bukan penakut. Tidak pernah takut pada mereka. Aku hanya takut gelap.” Di akhir perkataan, suara Bomba agak pelan.

Seketika Holdan mengemplang kepala Bomba. Lalu ia merogoh bensin dan menyalakannya. Setelah itu sekuat tenaga Holdan membuka pintu kontainer. Namun tiba-tiba bensin di tangannya tejatuh lantaran terlalu lema manyala menyebabkan tangan Holdan kepanasan.

Bomba lekas memungutnya, lalu berkata, “Biar aku yang membawa bensin ini!”

Lalu Bomba melangkah pelan bersama Holdan ke dalam kointainer. Terdapat tiga kandang di dalam kontainer itu. Masing-masing kandang diisi oleh 2 harimau dan 1 singa yang telah dilatih oleh Pawangnya. 

Begitu ada cahaya dari bensin di dalam gelap kontainer, hewan-hewan buas di dalam kandang bergegas mendekat sambil mengaum-ngaum. Bomba dan Holdan tertawa terkekeh melihat ketiga hewan buas itu. Kemudian mereka meledek dengan memancing-mancing kegarangan hewan-hewan itu. 

Tiba-tiba bensin di tangan Bomba padam lataran tiupan angin dari auman harimau dari balik kandang berjeruji besi. Sontak Bomba dan Holdan panik, berlarian menuju cahaya di paling ujung sampai terjatuh-tajuh begitu begitu melewati pintu kontainer. Setelah menutup pintu kontainer sebuah kertas jatuh di hadapan mereka.

Holdan pun memungut, lalu membaca tulisan di kertas itu, “2 harimau, 1 singa. Selesai masa pelatihan. Siap dikirim.”

Seraya menghembuskan nafas Holden menepuk dada Bomba, meminta kawannya itu membaca tulisan di kertas  yang dihimpitkan ke dada Bomba. Harusnya tugas mereka tidak seberat yang mereka pikir bila mereka lebih teliti. Tuan Edhi hanya meminta mereka mendata jumlah hewan yang belum dilatik dan sudah dilatih yang ada di dalam kandang, yang ternyata jumlah hewan-hewan itu sudah ditulis di atas kertas yang menempel di depan pintu kontainer.

                                       *#*

Usai melaporkan jumlah hewan yang ada di dalam kandang, Edhi memerintahkan Bomba dan Mike membeli bahan makanan untuk pekerja Georges Hat. Sedangkan Holden dan Lindhan diperintahkan untuk mengawasi 5 pekerja kasar dalam menyiapkan makanan sekaligus memberi makan semua  hewan.

Mike memacu mobil jeep dengan atap yang bisa ditutup buka. Tak lupa ia membawa telepon genggam dan mengaktifkan peta pada layar monitor yang terdapat di mobil itu. Bomba yang begitu lelah tertidur di samping Mike yang mengemudi.

Kantuk pun perlahan mendekap kedua mata Mike ketika melaju di jalan asal yang lurus. Jalan satu-satunya ini membelah daratan tandus lagi berbatu. Tetiba kesal dirasa Mike melihat jalan di hadapannya yang tak kunjung berujung.

Sampai-sampai Mike memaki-maki sambil menghentakkan tangan kanannya di atas kemudi. “Jalan apa ini!”

Sontak gertakan kekesalan Mike, membangunkan sekaligus mengagetkan Bomba yang tengah tertidur. “Ada apa Mike, ada apa?”

Lalu Bomba memandang jalan lurus yang tak ada satu pun kendaraan yang melintas, hamparan tanah tandus lagi berbatu di kanan kiri jalan tanpa ada satupun rumah. “Tempat apa ini Mike? Apa kau tak salah jalan?”

“Kau lihat sendiri pada monitor. Aku hanya mengikutinya.”

Bomba lekas mengalihkan kedua matanya pada layar monitor. Usai mengotak-atik, mengecek riwayat perjalanan mereka, Bomba berkata keras, “Kau tak salah? Mengapa kau tempuh jalur ini? Harusnya kau lurus, bukan belok kanan!”

Mike yang tak terima lekas menyangkal bahwa ia salah memilih jalan. Ia hanya mengikuti apa yang dikatakan dan ditunjukkan oleh peta di monitor itu.

Melihat kawannya masih memacu mobil ke arah yang menurutnya salah, Bomba kembali berkata keras, “Mike, hentikan mobil ini, dan putar balik. Kita menempuh jalan yang salah.” 

“Kau tak sungguh-sungguh kan? Jelas-jelas ini jalan yang benar sesuai dengan peta,” ujar Mike.

“Baik, lihat ini.” Bomba menunjukkan riwayat perjalanan mereka. Di peta itu mobil bergerak ke arah Utara, seharusnya belok ke arah Timur bukan ke arah Barat.

Namun, Mike tak menghiraukan penjelasan Bomba. Ia begitu yakin bahwa jalan yang ditempuh saat ini adalah jalan yang benar, menuju Kota Herbone di sisi Timur. Herbone adalah sebuah Kota di suatu Negeri yang saat ini dilanda musim hujan. Sehingga, dipastikan terdapat banyak buah-buahan, sayuran dan daging yang melimpah. Apalagi karena penduduknya mayoritas adalah petani.

Bomba pun naik pitam. Ia begitu kesal melihat Mike tetap memacu mobil jeep ini dan tak mendengar apalagi melihat yang ia jelaskan di monitor. Terpaksa Bomba menghentikan laju mobil dengan cara yang kasar. Ia berebut kemudi dengan kawannya, Mike. Karena itu mobil jeep itu melaju oleng dengan kecepatan tinggi. Dan perdebatan Mike dan Bomba terus terjadi selama itu. Masing-masing tak ada yang mau mengalah. Perkelahian pun tak dapat ditolak.

Hingga laju mobil jeep tiba-tiba melenceng dari jalan aspal. Kemudian menyasar tanah tandus dengan serakan bebatuan. Seketika Bomba dan Mike terkejut bukan main. 

“Mike!!! stop stop stop...,” teriak Bomba pada Mike.

“Ssrrraaaakkkk....” Suara ban mobil menyeret tanah tandus berbatu ketika direm mendadak. Hingga Bomba terjungkal ke kaca depan. Hanya Mike yang selamat lantaran masih mengenakan save belt.

“Sial!” Mike memukul kemudi. Sementara Bomba tampak mengaduh, menyeringai kesakitan, lalu ia duduk bersandar di kursi.

“Hei Mike, lihatlah layar,” ucap Bomba sambil menyeringai dan mengusap pundaknya yang sakit.

Tanpa mengatakan apapun Mike melihat layar monitor. Riwayat perjalanan mobil jeep dari Georges Hat menuju kota Herbone, kota yang lebih dekat dengan posisi Georges Hat saat ini. Namun lantaran kecerobohan Mike dalam membaca dan mengemudikan mobil, sehingga mereka malah bergerak jauh ke arah berlawanan, ke arah Barat yang masih dilanda musim kemarau.

Mike menggelengkan kepala, menghembuskan nafas, lalu kepala dan tubuhnya jatuh tertelungkup di atas kemudi. Bomba berusaha menguatkan Mike dengan mengusap-usap bahunya, mengatakan masih ada banyak waktu untuk pergi ke kota Herbone. Bomba pun meminta Mike memindahkan mobil jeep ke jalan aspal.

“Ini semua gara-gara kau tidur terus,” ujar Mike. Lalu memacu mobil menuju jalan asal.

“Iyaaaa maaf Mike. Aku lupa kalau kau itu selalu ceroboh membaca peta,” kata Bomba. Dengan kesal Mike kembali menginjak rem. Mobil jeep itu pun kembali berhenti satu meter di depan jalan aspal. 

Mike hendak meluapkan kekesalannya lagi. Namun kali ini pikirannya tidak berliku. Ia pun mampu menenangkan diri. Dan kembali memacu mobil jeep. Namun, lagi-lagi mobil jeep berhenti ketika ban depan mobil baru menginjak aspal. Setelah dicek ternyata mobil mereka kehabisan bensin. Seketika meleleh seluruh tenaga yang dimiliki Mike dan Bomba.

“Mati kita...,” ucap Mike sambil menepuk kening, lalu memukul kemudi.

Mobil jeep tak menyala sama sekali. Namun layar monitor masih berfungsi untuk beberapa menit. Bomba menggunakan sisa waktu hidup pada monitor itu untuk melacak tempat terdekat, berharap semoga ada pom bensin atau rumah warga yang memiliki tangki bensin. Tetiba Bomba membuka kedua matanya begitu melihat di layar monitor ada dua buah rumah yang berdekatan di arah Barat, sekitar 20 sampai 40 meter. 

Usai menjelaskan pada Mike mengenai keberadaan rumah yang terdekat dengan mereka di sisi Barat, Bomba mengajak Mike mendorong mobil di jalan aspal, hingga sampai rumah itu.

“Mungkin saja rumah itu memiliki tangki bensin.”

“Yang terpenting bensinnya bukan tangki bensinnya,” kata Mike dengan muka datar.

“Eh tapi...bagaimana bila itu rumah kosong, atau hanya gudang?” Mike mendadak bimbang.

“Aaah, sudahlah yang penting dicoba dulu,” kata Bomba, lalu melanjutkan, “Mmm baik begini saja, aku akan pergi ke sana, dan kau menanti di mobil ini.“

Namun Mike menolak Bomba pergi ke rumah yang belum terlihat di mata. Mike pun menawarkan dirinya yang pergi, sementara kawannya itu yang menanti di mobil.

“Tidak Mike. Aku tidak mau di sini. Kau lihat di mobil ini tak ada air setetes pun. Bisa mati kekeringan aku menunggumu,” kata Bomba.

Bomba mengusulkan bagaimana bila mereka bedua pergi ke rumah itu. Namun, Mike menolak keras. Ia berkata, “Kau gila, bisa-bisa mobil ini yang hilang. Dasar!”

Lalu melanjutkan, “Kalau begitu kita berdua mendorong mobil ke rumah itu!”

“Nah... itu baru aku setuju.... ”

Dua pasukan Georges Hat, Mike dan Bomba yang mencari bahan makanan, harus tersesat di negeri yang dilanda kemarau panjang. Mereka mendorong mobil lantaran kehabisan bensin di bawah terik matahar, menuju dua rumah yang belum tampak. Berharap rumah yang terdekteksi di layar monitor mobil itu bukan rumah kosong berhantu ataupun gudang tanpa penghuni dan pemilik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status