Share

Buntut Kepanikan

“Dari mana saja kalian!” Edhi berang dengan kedua anak buahnya, Mike dan Bomba yang menghilang tanpa kabar. Mereka juga baru kembali ke Georges Hat pada tengah malam tanpa membawa bahan makanan seperti yang telah diperintahkan pada mereka.

Mike dan Bomba tak lekas menjawab kemarahan Bosnya. Mereka berdua mendadak bingung dengan apa yang harus dijelaskan. Semuanya terjadi karena kesalahan mereka berdua, Mike yang salah membaca peta dan Bomba yang harusnya mengingatkan malah tertidur pulas. Hingga mereka berdua tersesat di tempat yang kering, gersang, bertanah merah lagi berbatu, seperti tanah di planet Mars. Namun anehnya jalan aspal yang membelah tempat itu begitu mulus dan cukup lebar.

Kini mereka berdua terdiam dengan muka kecel dan lecek. Di kepala mereka berdua hanya ada bagaimana memutus kemarahan Bos mereka yang gampang marah. Padahal mereka hanya terlambat sedikit dari batas waktu yang ditentukan olehnya.

Bomba yang merasa sangat payah menyikut Mike yang juga sangat kelelahan. Ia berbisik pelan tanpa mengalihkan wajah dan sorot matanya. “Kau saja yang menjawab Mike.”

“Baik. Akan kukatakan semuanya bermula dari kesalahanmu!” ucap Mike pelan dan tegas pada Bomba. Seketika rona wajah Bomba memerah mendengar ucapan Mike. Ia tak terima disebut sebagai biang masalah. 

Tetiba telepon di dalam mobil Edhi berdering. Lantaran muak melihat wajah anak buahnya, Edhi pun menghampiri Asistennya yang menjawab telepon. Edhi masuk ke dalam bus rumah miliknya yang begitu mewah, dimana terdapat tempat untuk memarkir mobil sport di bagian belakang.

“Dari Tuan Daniel, Tuan.” Cuki memberikan telepon pada Bosnya.

“Halo Tuan Daniel.... ” Edhi menyapa Tuan Daniel di balik telepon.

Sementara Edhi berbincang dengan pelanggannya, di luar mobil Mike dan Bomba malah baku hantam. Mereka berdua saling melepas tinju dan tendangan. Bomba dan Mike marah semarah-marahnya. Holdan dan Lindhan pun tak dapat memisahkan pertengkaran dua kawannya itu. Alhasil wajah Bomba maupun Mike memerah dan memar-memar. Bahkan bibir mereka mengucurkan darah segar. 

Di dalam mobil mewah yang berfungsi sebagai tempat kerja dan rumah, Edhi duduk di balik meja kerjanya. Ia begitu bahagia, Tuan Daniel menambah 2 gajah dan 1 beruang untuk usaha sirkusnya. 

“Tenang Tuan Daniel, kami masih memiliki stok mereka yang sudah patuh. Anda tinggal mengirim alamat pada kami. Sesuai permintaan anda, kami akan segera mengirim mereka secepatnya. Minggu ini mereka sudah ada di tempat anda.” Lalu Edhi tertawa bahagia.

Usai telepon ditutup, Edhi meminta Cuki menyiapkan surat-suara jual beli satwa/hewan yang akan segera diserah terimakan pada Tuan Daniel. Edhi juga meminta data mengenai jumlah hewan yang telah dilatih di kandang.

Tetiba Edhi mengernyitkan kening begitu melihat jumlah yang tertera di kertas laporan. Melihat sikap sang Majikan, Cuki mengatakan bawah jumlah hewan-hewan yang kita miliki masih cukup untuk memenuhi pesanan Tuan Daniel dan Tuan Kosmo. Tetapi setelah itu kita benar-benar kehabisan stok, kecuali tiga singa liar yang masih dilatih Bareth, 2 harimau dan 5 heana yang belum sama sekali dilatih Bareth.

“Apa itu termasuk tambahan yang diminta Tuan Daneil?”

“Iya, Tuan. Karena Tuan Daniel hanya meminta tambahan 2 harimau dan 1 beruang. 2 gajah bisa kita ambil dari yang baru dilatih Geth.”

“Apa kau yakin 2 gajah dan harimau itu sudah mau menuruti perintah? Bukankah 5 gajah yang ditangani Geth juga seperti 3 singa yang dilatih Bareth?”

“Untuk harimau tidak masalah karena berasal dari peliharaan manusia. Untuk gajah, mereka memang gajah liar, sama seperti singa yang dilatih Bareth. Tadi Geth melaporkan 2 gajah sudah lebih stabil, mau mematuhi perintah, Tuan,” kata Cuki. Edhi pun tak bertanya lagi, hanya mengangguk-angguk pertanda memahami penjelasan Cuki. 

Kemudian Edhi mengulang perintahnya pada Cuki untuk mengurus surat-surat hewan yang akan mereka serah terimakan pada Daniel. Setelah itu pergi keluar mobil mewahnya menemui 4 anak buahnya. Namun yang Edhi dapati malah membuatnya kembali emosi,

Bomba dan Mike tengah berduel. Sedangkan Holdan dan Lindhan kuwalahan memisahkan dua kawannya itu. Edhi pun semakin berang melihat tingkah 4 anak buahnya yang tak pernah becus menjalankan perintah darinya.

“Hentikan!”

Seketika suara Edhi membungkam keributan Bomba, Mike, Holdan dan Lindhan.  Sesegera mungkin mereka berempat menghadap Bos mereka. Edhi pun marah sejadi jadinya pada mereka berempat.

Namun, Edhi tak menghukum mereka usai Cuki membisikkan mengenai permintaan Tuan Daniel dan Tuan Kosmo yang meminta segera dikirimkan pesanan hewan-hewan yang telah disepakati.

“Baiklah. Kali kalian kumaafkan. Tapi ingat, satu kali lagi kalian berbuat salah, maka aku akan menendang kalian dari di sini.”

“Baik Tuan,” jawab mereka hampir bersamaan.

Edhi pun meminta keempat anak buahnya itu menyiapkan gajah, harimau, singa, beruang,  kuda zebra yang akan segera dikirim pada Tuan Kosmo dan Tuan Daniel.

                                       *#*

“Ellia oh Ellia... mengapa kau jadi pelupa... Kau mendapatkan kopi yang kau mau... namun mengapa kau tak kembali... Ayolah... ayolah... bersihkan... bersihkan... aku dari si penggganggu ini... debu-debu tebal... bahkan menggumpal di sudut-sudutku... lekas bersihkan... sebelum mentari tiba... sebelum langit berganti latar....” Nyanyian lemari tua di tengah kantuk Ellia yang begitu memberatkan.

Menjelang jam 5 pagi, Ellia selesai memberihkan lemari tua dan merapikan berkas-berkas ke dalam map dan odner map. Kantuk yang berat tetiba menyerang Ellia. Ia pun tak dapat menepis lagi. Akhirnya ia pun tertidur, bersandar di lemari tua yang baru dibersihkan.

“Terima kasih Ellia...,” bisik lemari tua pada Ellia. Ellia pun tertidur pulas menjelang pagi.

1 jam berlalu, langit di atas kebun binatang Planet Zoo sudah terang benderang. Berbagai nyanyian burung dan hewan berkaki empat, maupun dua menyambut pagi dengan bahagia.

Petugas kebersihan dalam, bernama Nancy membuka pintu-pintu ruangan dan kantor dengan tergesa. Setelah membersihkan kantor Mrs. Vaeolin, Nancy pindah ke ruang di sebelahnya. Tetiba, ia begitu terkejut ketika hendak membuka ruangan Kebersihan dan Logistik Satwa. Pikirnya, siapakah yang membuka pintu ruangan ini? Sementara hanya dirinya dan Fredy yang memiliki kunci ini? Lalu Nancy pergi memeriksa ke dalam ruangan itu. 

Nancy pun mendapati seorang gadis tertidur di samping lemari penyimpanan berkas. Pada diri ia bertanya-tanya siapakah gadis muda ini? Mengapa gadis ini bisa sampai ke ruangan ini? Dia bukan pencuri kan?

Ketika hatinya menyebut kata “Pencuri”, Nancy lekas pergi memanggil Security yang bertugas pagi itu. Ia pun melaporkan mengenai gadis muda di ruangan Kebersihan dan Logistik Satwa.

Security bernama Mark bergegas datang ke ruangan Unit Kebersihan dan Logistik Satwa. Tanpa membangunkan Ellia, Mark lekas mengingat gadis itu. Ellia pun terkejut sekaligus kelabakan. Ia bingung setengah mati dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki berseragam seperti Security kebun binatang Planet Zoo.

“Hei hei ada apa ini? Apa yang kau lakukan?”  tanya Ellia setengah sadar lantaran separuh jiwanya masih berada di alam bawah sadar.

“Kau pasti pencuri. Kalau tidak, mengapa kau bisa masuk ke dalam ruangan ini?” Nancy perempuan separuh baya bertubuh besar.

“Mencuri?” Ellia mengulang sambil menggulungkan kening lantaran mendadak bingung. Tak mengerti maksud yang dikatakan perempuan di hadapannya itu.

“Sudah sudah, biar kubawa dia ke pos sekarang.” Mark menggiring Ellia dengan tangan terikat keluar ruangan.

Nancy pun berupaya mengejar. Ia mengatakan, “Mrs. Vaeolin harus tahu ada pencuri di ruangan ini Mark.”

“Aku akan membereskannya,” ujar Mark keras sambil melangkah, membawa Ellia ke pos Security.

Di ruang Security, walau pikirannya masih di pengaruhi alam bawah sadar Ellia meminta ijin untuk menggunakan toilet. Ia hendak membuang hajat sekaligus mencuci muka supaya kantuk yang ia rasa tak memberatkannya. Beberapa menit kemudian, Ellia kembali ke ruangan Security. Ia duduk di depan meja interogasi. Ia sempat menguap beberapa kali sebelum pertanyaan melayang padanya. Ia juga mengucek-ucek kedua mata. Lalu pusing mendarat di kepalanya. Berat ia rasa kepalanya saat itu. 

“Kau baik-baik saja?” tanya Mark.

Ellia hanya mengangguk, lalu menyeringai seraya berusaha membuka mata yang begitu rapat dan berat. Namun. tiba-tiba ia jatuh tertelungkup di atas meja. Sontak Mark terkejut bukan main. Hampir saja jantungnya rontok.

Mark pun ngomel-ngomel, “Kalau tak mahir mencuri jangan mencuri. Lagi pula apa yang kau curi dari kebun binatang ini?”

5 jam kemudian, Ellia menguap seraya menggeliat, lalu mengucek kedua matanya.  Melihat segelas air di meja, Ellia lekas meraihnya, menenggaknya hingga habis. “Segaaaaarrrr.”

Namun ia tak bisa mengingat ingatannya sepenuhnya. Bahkan ia tak ingat mengapa dirinya bisa sampai di sini? Mmm seingatnya, ada laki-laki yang mengikat tangannya di... oh, Ellia terperanjat begitu mengingat bahwa pagi jam 3 dini hari tadi ia membersihkan lemari tua dan berkas-berkas, map, dan ordner map.

“Laki-laki itu pasti yang membawaku ke tempat ini!” Ellia geram, lalu meneliti tempat itu, yang ternyata adalah ruang keamanan kebun binatang Planet Zoo.

"Iya aku ingat sekarang. Laki-laki itu yang membawaku ke sini," ucap Ellia setelah berusaha mengingat-ingat.

Karena kejadian itu, alhasil, Ellia tak hadir pada apel pagi yang dilaksanakan pada tepat pukul 7 pagi. Hanya Ellia yang tak hadir dari 35 pekerja lapangan yang terdaftar. Bukan hanya Mrs. Vaeolin yang bertanya-tanya akan ketidakhadiran Ellia dalam apel pagi. Pun dengan pekerja lapangan yang hadir. Pikir mereka mengapa Ellia begitu pemalas. Harusnya Ellia tak pantas bekerja di kebun binatang Planet Zoo ini yang menekankan para pekerja untuk selalu disiplin.

Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Security bernama Mark itu lekas mengikat Ellia. Sontak Ellia meronta-ronta, tak terima kedua tangannya diikat seperti pencuri. Namun Mark tetap melaksanakan tugasnya. Sesuai dengan perintah, ia akan membawa Ellia si Pencuri ke hadapan Kepala Kebersihan dan Logistik Satwa, Mrs. Vaeolin.

Mrs. Vaeolin begitu terejut mengetahui pencuri yang dimaksud adalah Ellia, gadis muda yang mendapat hukuman lembur karena kedapatan lalai menjalankan tugasnya sebagai pekerja lapangan.

“Kau?” Mrs. Vaeolin begitu terkejut melihat Ellia dengan tangan terikat di depan Security.

Sontak Ellia menyeringai. Ia kebingungan apa yang harus dijelaskan pada Mrs. Vaeolin yang sepertinya juga tak kalah terkejut dengan dirinya.

Walau sadar dirinya bukan seorang hakim, namun di ruangan itu juga Mrs Vaeolin mengadakan sidang untuk membuka jalan terang, apa yang terjadi sehingga pekerja baru bernama Ellia sampai dituduh sebagai pencuri. Saksi-saksi telah dipanggil, mulai dari Nancy petugas dalam kebun binatang Planet Zoo, Mark Security, dan Fredy, asistennya yang memberi tugas lembur pada Ellia. Fredy mengawali lebih dulu. Ia mengatakan telah memberikan tugas lembur pada Ellia sesuai dengan perintah Mrs. Vaeolin.

“Lembur hanya selama 6 jam, Mrs. Vaeolin,” kata Fredy. Lalu disambut anggukkan Mrs. Vaeolin.

“Ooooh, berarti dia benar mau mencuri,” sahut Nancy sambil menunjuk Ellia. Lalu tetiba bungkam begitu Mrs. Vaeolin menatapnya.

“Mark. Kau tadi malam?” tanya Mrs. Vaeolin.

“Saya masih di rumah, Mrs Vaeolin,” jawab Mark tegas, namun Nancy dan Fredy malah menahan tawa.

Mrs. Vaeolin pun menghembuskan nafas. Ia terdiam sekian detik, sebelum kembali bertanya pada Ellia, “Apa kau menyelesaikan tugas lemburmu sesuai dengan perintah? Selama 6 jam?”

Ellia tak lekas menjawab. Ia mencoba mengingar-ingat berapa lama untuk membersihkan lemari tua dan berkas-berkas, tumpukan map dan ordner map. Sambil mengernyitkan kening Ellia menjawab, bahwa dirinya bisa membersihkan dan merapikan satu lemari berikut dengan tumpukan berkas, map dan ordner map dalam waktu 2 jam. 

“Mmm tapi... sebelum membersihkan dan merapikan isi lemari ke 3, saya diserang kantuk. Saya ingin pergi ke kantin membeli kopi. Tapi diluar sangat gelap dan sepi. Untunglah ada Paman Hery dan Romi yang sedang patroli malam. Jadi saya...."

“Pergi ke kantin membeli segelas kopi?” Mrs. Vaeolin memotong. Lalu melanjutkan dugaannya lantaran sudah bisa membaca cerita Ellia. Ellia pun mengangguk seraya menatap Mrs. Vaeolin.

“Lalu?”

“Lalu... saya lupa... kembali,” jawab Ellia dengan suara pelan sambil menunduk.

Mrs. Vaeolin tampak menghirup udara panjang, lalu ia menggeleng-gelengkan kepala seraya membuangnya perlahan. Pikirnya, mengapa Ellia selalu tak fokus. walaupun hasil pekerjaannnya memuaskan.

Tapi Mrs. Vaeolin memuji tanggungjawab gadis muda di hadapannya itu. Walaupun Ellia pergi minum kopi di kantin hingga lupa waktu gara-gara keasyikan mendengar cerita Paman Hery dan Romi. Namun, begitu Ellia ingat akan tugas lemburnya, ia berusaha menyelesaikan. Karena itu Mrs. Vaeolin pun menduga Ellia tertidur di samping lemari setelah menyelesaikan tugasnya.

 

                                       *#*

Toko bernama Paman Sam, yang tak jauh dari perbatasan Westinhorn ramai diburu orang-orang yang hendak mengetahui Kota Westinhorn, namun mereka tak diijinkan masuk ke dalam kota itu oleh petugas perbatasan. Pemerintah Kota Westinhorn, memang mengatur kunjungan warga luar Westinhorn, walaupun sekedar berkunjung ke rumah saudara yang tinggal di Westinhorn. 

Bagi orang luar yang tak tinggal di Westinhorn, Kota Westinhorn seperti penjara yang tak bebas keluar masuk. Namun tidak demikian bagi warga yang sudah menentap di Kota terindah dan teraman, Waestinhorn. Mereka sangat nyaman dan selalu mendukung kebijakan pemerintah Kota dalam melindungi warganya, lingkungan dan hewan.

Atas alasan itu pula, semalam Kakek Jack membatalkan pergi ke kebun binatang Planet Zoo. Ia mengikuti saran kawannya, yang sering dipanggil Paman Sam. Walau demikian Kakek Jack memilih tak kembali ke rumah. Ia rela tidur di kursi yang menghadap dinding kaca toko itu yang menghadap ke jalan aspal. Berharap, Ellia sang cucu melintas.

“Makan dulu Jack,” kata Paman Sam seraya menyodorkan risotto dan segelas kopi hangat, juga segelas air mineral.

“Jangan berkata seperti itu terus, Sam. Katakanlah yang selain dari itu.”

Paman Sam pun terbahak, lalu duduk di samping sahabatnya. “Kau masih saja seperti dulu. Menolak memikirkan yang lain, bila mencemaskan sesuatu.”

“Kuharap Ellia baik-baik saja. Aku begitu meyayanginya. Ia adalah harta kami yang kami miliki, Sam.”

Usai menghela nafas, Paman Sam kembali berkata, “Ellia pasti datang ke toko ini sebelum pulang ke rumahmu, Jack.”

Seketika Kakek Jack mengernyitkan kening. Sebelum Kakek Jack bertanya mengapa, Paman Sam mendahului berkata, “Karena Ellia akan mengambil uang penjualan roti-roti buatan Emi yang dititipkan di toko Paman Sama ini.”

Sontak Kakek Jack dan Paman Sam tertawa terbahak. Pikir Kakek Jack, mengapa ia tak dapat berpikir sejauh itu? 

“Baiklah, sudah tertawanya, sekarang kau habiskan ini dan segeralah pulang. Emi pasti mengkhawatirkanmu Jack,” kata Paman Sam sambil menggeser semangkuk risotto di meja ke hadapan Kakek Jack. 

“Aku akan makan sekarang. Tapi aku akan tetap menanti Ellia di sini,” ucap Kakek Jack sambil meraih sendok, lalu melahap risotto.

“Kau yakin tak mau pulang Jack? Bagaimana bila Emi.... ”

“Emi akan baik-baik saja. Dia bersama Mike.”

“Mike? Siapa Mike?”

“Dia orang yang tersesat. Malam itu aku menemukannya di jalan ketika akan pergi ke sini kemarin malam. Aku membawanya ke rumah, dan Emi mengobatinya.”

“Jack. Kenapa kau begitu saja percaya dengan orang asing? Bisa saja mereka orang jahat yang ingin mencuri di rumahmu!”

“Kau tak akan mengerti Sam. Sudahlah.”

“Jack. Sebaiknya kau pulang dulu ke rumah. Kau harus memastikan Emi baik-baik saja.”

Kakek Jack pun mengernyitkan kening. Tiba-tiba hatinya bimbang. Ia bertanya-tanya pada diri. Apakah benar yang dikatakan Sam bahwa Mike adalah orang jahat? Bila itu benar, maka apa yang akan dicuri Mike dari petani miskin seperti dirinya?

Kakek Jack tak menghabiskan risotto buatan Paman Sam. Ia tergesa pulang bersama traktor tua miliknya.

Beberapa waktu kemudian, Traktor tua roda empat yang dikemudikan Kakek Jack tiba di depan rumah kayu dua lantai. Tergesa ia menaiki titian tangga, lalu membuka pintu seraya memanggil sang Istri, “Emi... Emi.... Emi....”

Tak mendengar suara sang Istri, Kakek Jack pergi memeriksa seluruh ruangan di lantai 1. Tak juga menemukan sang istri, Kakek Jack pergi ke lantai 2 sambil memanggil-manggil nama sang Istri. Bahkan ia pergi mencarinya ke kamar Ellia. Namun sang Istri tetap tak ditemukan dan tidak pula menjawab panggilannya. 

Tiba-tiba Kakek Jack mendengar suara sang Istri memanggil-manggil nama dirinya dari lantai 1. Jack pun tergesa menuruni tangga dengan sehati-hati mungkin. 

“Jack, kau sudah pulang? Mana Ellia, apa dia bersamamu?” tanya Nenek Emi sambil menyambut Kakek Jack di depan tangga.

Namun Kakek Jack justru berkata, “Oh syukurlah kau tidak apa-apa.”

Nenek Emi pun bingung melihat sikap sang Suami. “Jack, ada apa? Kau tak seperti biasanya. Apa yang terjadi Jack?”

Lagi-lagi Kakek Jack tak menjawab pertanyaan Istrinya. Namun mengarahkan sorot matanya ke segala arah. “Apa Mike masih di sini? Kemana Mike?”

“Oh, itu juga yang kukhawatirkan. Dari semalam Mike tidak ada setelah kau pergi.”

“Jadi Mike pergi? Dengan siapa?”

“Aku tidak tahu Jack.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status