Kamis pagi, jeep warna hitam yang dikemudikan Bomba menepi 500 meter sebelum rumah milik Kakek Jack. Usai berhenti, Mike keluar mobil seraya membawa tas ransel. Tak sampai 1 menit, Jeep kembali melaju.
Mike memantapkan hati. Ia harus bisa masuk ke keluarga kecil Kakek Jack, seperti yang diperintahkan Majikannya. Sebelum melangkah, ia mengacak-acak rambut dan melumuri wajah, hingga baju dan celana dengan tanah kering.Sesaat ia melepas senyum, kala hatinya membisikkan pada dirinya bahwa sebentar lagi kau akan mendapat kepercayaan dari Tuan Edhi lantaran ektingnya yang bagus. Mike pun tertawa terbahak, begitu membayangkan dirinya menjadi pemeran utama yang berhasil dalam misi. “Ayo Mike sebentar lagi kau akan mendapat seperti yang kau pikir,” bisik hatinya. Sesaat ia pun menarik nafas, menggantikan oksigen di dalam dadanya. Ia mulai melangkah menuju rumah kayu lantai dua milik Kakek Jack.Kebetulan sekali, Mike mend“Mrs. Vaeolin, saya memanggil anda ke ruangan saya ini karena saya ingin anda secepatnya menyiapkan data-data mengenai satwa di Planet Zoo ini. Hmm anggap saja ini audit dari saya.”“Data mengenai satwa banyak kategorinya, Mr. Robert. Anda harus menyebutkan lebih spesifik. Dan anda bisa meminta bantuan pada Asisten saya, Fredy. Atau bila anda sudah menunjuk Asisten pribadi, anda bisa meminta Asisten anda mencari data satwa, nanti.”“Oh,” lirih Mr. Robert seraya menajamkan pandangannya. Lalu menghela nafas dalam-dalam.“Kalau begitu siapkan beberapa Staf pekerja Planet Zoo yang pandai dan memiliki keahlian dalam... menata dokumen dan... yaaa pokoknya yang berkaitan dengan kearsipan. Karena saya suka dengan pekerja yang pandai dan teliti.”Sebelum menjawab, Mrs. Vaeolin menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ia mencoba mengendalikan luapan emosinya lantaran permintaan Manajer
“Emm... eemm... hemm... Hmm!” Lindhan kembali meronta.Usai menghela nafas, Bomba menepikan laju jeep. Ia melepas lakban yang membungkam mulut Lindhan. “Krreeekkk!”“Aauww!” ucap Lindhan spontan sambil menyeringai lantaran perih.Usai sakitnya berkurang, Lindhan meluapkan kemarahannya pada Bomba. Ia juga meminta Bomba segera melepaskan ikatan tali yang melilit di tubuhnya. Tanpa bicara sepatah katapun Bomba melepas ikatan tali di tubuh Lindhan.Begitu tali terlepas dari tubuhnya, seketika Lindhan memarahi Bomba. Ia tak terima dengan yang dilakukan Bomba dan Holdan. Lantaran begitu marahnya, sampai-sampai Lindhan berkata, “Apa tujuanmu mengikatku, Hah!”“Apa kau sudah bosan hidup!”Kali ini Bomba bergeming. Tak satupun kata keluar dari kedua bibirnya. Ia pun pasrah saja yang akan dilakukan Lindhan terhadap dirinya. Sementara Lindhan dengan berapi-a
“Hei, Jerry kenapa kau mematung di tengah jalan?” Tanya Ellia pada Jerry yang tetiba berhenti melangkah di jalan setapak yang naik, yang dilapisi serpihan batu-batu datar.Jerry malah tak bersuara, tak meringkik-ringkik. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya melangkahkan kaki ke depan dan ke belakang. Elliamulai cemas, lantaran hari bertambah terik. Pertanda memasuki jam istirahat pekerja.“Ayolah Jerry... tinggal sedikit lagi kita sampai di rumahmu,” kata Ellia.Namun tetap saja Jerry tak meringkik, tak menimpali perkataan Ellia. Ellia lekas turun, lalu menatap kedua mata Jerry. Seraya mengelus-elus kepala Jerry si kuda putih, dengan lembut Ellia kembali berkata, “Hei, ada apa denganmu? Kau tak pernah seperti ini.”Jerry tetap tak bicara. Namun, ia menggerak-gerakkan kepalanya ke atas. Ellia pun ikut memandang ke atas. Tak ada apapun di atas, selain daun-daun runcing pohon pinu
Jam 4 kurang 5 menit sore, Manajer baru kembali ke ruangannya. Ia duduk santai, menyandarkan tubuh pada punggung kursi yang empuk. Seraya melepas senyum, Manajer memainkan kesepuluh jari-jarinya yang dirapatkan. Sementara pikirannya sibuk menimang-nimang sebuah ide yang baru tercetus.Tak sampai 2 menit, Manajer Robert telah membulatkan tekad. Ia pun lekas meraih telepon di meja, bersamaan dengan dering telepon. Tak ada pilihan, selain lebih dahulu menjawab telepon itu.“Halo.” Manajer mengawali.“Saya Vaeolin, Mr. Robert. Saya ingin menyampaikan bahwa sebanyak 6 Staf terpilih sudah siap menghadap.”“6 Staf? Untuk apa?” tanya Manajer. Ia pura-pura lupa telah memerintahkan Mrs. Vaeolin untuk mendata Staf-Staf yang kompeten dan layak untuk dipilih sebagai Asisten Manajer.Mrs. Vaeolin pun menarik nafas dan menghembuskannya kuat-kuat. “Mr. Robert. Apa perlu saya mengulangi apa yan
“Wooow!” Seru Ellia dengan mata berbinar begitu melihat sebuah tower yang menopang tandon air di sebelah Barat kandang sapi. Ellia tergesa melangkah, bahkan berlari menuju proyek sumur yang semalaman telah digarap tiga pekerja laki-laki.“Om Mike, Om Mike....” Ellia memanggil keras Mike. Pagi itu juga ia tak sabar ingin mengungkapkan kebahagiaannya dan mengucapkan terima kasih pada Mike dan tiga pekerja.“Ellia, jangan teriak-teriak. Ini masih pagi. Kau bisa membangunkan mereka,” kata Kakek Jack begitu membuka pintu samping dari rumahnya.Seketika Ellia menggulungkan kening seraya merapatkan kedua bibirnya. Lalu ia bertanya, “Jadi, mereka membuat sumur semalaman? Dan mereka tidak tidur?”Seraya melepas senyum, Kakek Jack hanya mengangguk-angguk, sebagai jawaban “benar.”“Lalu....”“Mike juga bekerja keras membantu mem
Jam istirahat pekerja Staf kantor Planet Zoo pun tiba pada pukul 2 siang. Waktu yang sangat lama bagi Ellia. Hari itu, ia baru mengetahui bila istirahat pekerja Staf kantor berbeda dengan pekerja lapangan. Bahkan selisihnya sampai satu setengah jam.“Sangat melelahkan seharian bekerja di balik meja. Ini benar-benar keputusan yang tidak adil,” lirih Ellia dengan wajah datar.“Nona Ellia, apa anda....”“Oh, maaf Tuan Boffelt, saya harus segera pergi. Mmm saya ada janji dengan seseorang di jam istirahat ini.” Ellia memotong sambil bangkit berdiri. Kemudian ia melangkah tergesa keluar ruangan.Sejujurnya, terpaksa ia berbohong pada Boffelt. Bosan ia rasa bila menghabiskan jam istirahat dengan orang yang sama saat bekerja. Boffelt memang sangat baik dan ramah. Ia juga begitu sabar dalam mengajari dirinya. Namun, di wajah Boffelt tak pernah tampak senyum. Ia bahkan lebih mirip robot daripada manusia. P
Malam pukul 7, sebuah mobil bercat hitam berhenti di dekat gerbang masuk Selatan, Planet Zoo. Tak sampai 3 menit, 3 laki-laki turun dari dalam mobil. Mereka bertiga memakai seragam yang sama, sepatu bot, topi dan masker. Layaknya para intelijen yang mengemban sebuah misi dalam mengungkap sebuah kasus untuk mengamankan, maka Lindhan, Bomba dan Holdan datang ke Planet Zoo dengan semangat membara.“Hei kalian bertiga cepat sini,” seru seseorang dari depan pintu masuk khusus pegawai, yang tak lain adalah Mark si Security.Sontak Lindhan, Bomba dan Holdan terhenyak. Mereka pun meneliti seorang laki-laki berseragam Security di depan pintu masuk. Buru-buru mereka mengambil peralatan dari dalam mobil jeep bertulis “Servis Toilet, Sumur dan AC”Atas saran Mike, mereka bertiga menambahkan tulisan yang cukup besar di bagian kaca belakang dan body samping kanan dan kiri dari jeep milik sang Bos. Semua mereka lakukan demi memuluskan
Hari-hari Ellia di Planet Zoo dihabiskan di sebuah ruangan kecil Asisten Manajer, sesuai dengan jabatan yang kini diemban. Di sana ia sibuk menyusun data kelompok satwa seperti yang diminta Manajer. Beruntung selama beberapa hari sebelumnya, ia mendapat bantuan dari Merry si beruang dan sahabat-sahabatnya yang lain dalam mendapatkan data mengenai diri mereka. Mulai dari usia, jenis kelamin, rekam kesehatan, hingga blok kandang yang ditempati saat ini saat ini.“Tapi sepertinya... tidak akan selesai hari ini. Hmm mungkin kulanjutkan besok bila tak selesai,” lirih Ellia sambil menyalin data-data satwa yang tertulis di kertas pada di kompter.Tetiba Ellia melepas tawa ketika membaca tulisan pada kertas yang menyebutkan nama-nama satwa dari kelompok harimau. “Ouuuhh apa-apaan ini? Berry, Mark, Giant, Adam, Lucy?”Kemudian Ellia menepuk keningnya sendiri, lantaran terheran-heran pada tingkah mereka, harimau-harimau keci