“Indahnya hari ini... indahnya pagi ini... Planet Zoo... Planet Zoo... Planet Zoo... menyibak indahmu pada awal hari... kabut-kabut meleleh... air-air menetes... Planet Zoo... Planet Zoo.... ” Sepotong nyanyian di dalam hati Ellia sebelum memulai pekerjaannya di Planet Zoo di bagian kebersihan kandang satwa.
Dalam mengawali hari-harinya sebagai pekerja kebersihan Satwa, Ellia mendapat mentor yang bernama Joshy. Joshy adalah seorang pekerja perempuan yang hampir 30 tahun ditempatkan di bagian kebersihan Satwa. Di usianya kini yang hampir 50 tahun, Joshy adalah pekerja senior yang sudah malang melintang dengan dunia satwa. Ia juga penemu beberapa trik tipuan untuk mengalihkan satwa-satwa yang kandangnya hendak dibersihkan.Tak diduga, sebelum mengajarkan cara membersihkan kandang-kandang satwa yang tersebar di sejumlah tempat di Planet Zoo, Joshy malah meminta Ellia membersihkan kandang kuda khusus kuda-kuda yang digunakan pekerja kebun binatang dRobert MT, Manajer terpilih dari hasil tes dan wawancara yang diadakan Pemerintah Kota Westinhorn hadir untuk pertama kali di kebun binatang Planet Zoo. Kedatangan Robert pagi itu bersama 4 anggota Pengawas dan Pembina sekaligus perwakilan anggota Parlemen Pemerintah Kota Westinhorn, disambut hangat para petinggi kebun binatang Planet Zoo. Kecuali Mrs. Vaeolin.Saat semua yang bertatap muda dengan Robert memberikan tepuk tangan diiringi senyum menawan nan hangat, hanya Mrs. Vaeolin yang bermuka dingin. Bahkan ia tak memberikan aplaus pada laki-laki yang dekat dengan kalangan pengusaha dan pejabat pemerintah itu.Begitu melewati gerbang Selatan, mereka berlima disambut riuh suara aneka Satwa yang menjerit, memekik tinggi, dan meringkik-ringkit. Udara segara seketika terhirup oleh mereka. Udara yang tak didapat di kota-kota besar atau bahkan di wilayah gersang lagi tandus.Di aula yang terdapat di zona kantor, Mr. Rafael memberi sambutan pe
“Kenapa mereka bisa lepas, Jack!” Mike begitu geram pada Jack, hingga ia menarik kerah lingkaran kaos Jack.“Sudahlah Mike. Jack juga sudah menangkap mereka kembali,” ucap Holdan.Mike pun melepaskan tangannya dari kerah baju Jack. Hembusan nafasnya menjadi tanda akhir kelelahannya sekaligus kekesalannya. Mike menjatuhkan diri, terduduk di atas tanah kering. Berikutnya Jack ikut menjatuhan diri, terduduk di samping Mike. Dan terakhir, Holden mengikuti Mike dan Jack.Lelah yang sangat mendera mereka bertiga di atas tanah kering, hingga tak ada perbincangan sedikit pun. Tak ada yang terdengar di antara mereka, kecuali suara desir angin dan degup jantung di balik dada mereka. Tanpa ada aba-aba, serentak mereka bertiga merobohkan tubuh ke belakang. Jadilah, mereka berbaring di tanah tandus Dengan payah mereka bertiga memandang langit biru yang jauh tinggi di atas mereka.Mereka tak bisa menggunakan telepon pinta
Sore menjelang terbenamnya matahari, Ellia tampak berseri-seri. Di bawah langit senja kemerahan Ellia mengayuh sepeda bersama Jiko. Tentu saja, Jiko mengayuh sepedah miliknya sendiri. Dan baru kali ini Ellia mengetahui, jika Jiko suka mengendarai sepeda gowes, seperti dirinya.Baiknya lagi, ternyata Jiko yang tak searah pulang dengan dirinya, malah sengaja menemani pulang sampai di rumah. Jalanan sepi yang dilalui di tengah kepungan angin petang menerkam mereka berdua.“Kau pasti terbiasa mengayuh sepeda,” ujar Jiko seraya mengayuh sepeda.“Kenapa?”“Karena laju sepedamu lebih cepat daripada aku.”Seketika Ellia tertawa, lalu sesekali dipandangnya wajah pemuda yang usianya tak jauh dengan dirinya. Ellia pun lebih memelankan laju sepedahnya, seperti Jiko mengayuh sepeda.“Sepertinya kau kesulitan mengayuh sepedamu.” Sesekali Ellia memperhatikan Jiko.
Kamis pagi, jeep warna hitam yang dikemudikan Bomba menepi 500 meter sebelum rumah milik Kakek Jack. Usai berhenti, Mike keluar mobil seraya membawa tas ransel. Tak sampai 1 menit, Jeep kembali melaju.Mike memantapkan hati. Ia harus bisa masuk ke keluarga kecil Kakek Jack, seperti yang diperintahkan Majikannya. Sebelum melangkah, ia mengacak-acak rambut dan melumuri wajah, hingga baju dan celana dengan tanah kering.Sesaat ia melepas senyum, kala hatinya membisikkan pada dirinya bahwa sebentar lagi kau akan mendapat kepercayaan dari Tuan Edhi lantaran ektingnya yang bagus. Mike pun tertawa terbahak, begitu membayangkan dirinya menjadi pemeran utama yang berhasil dalam misi.“Ayo Mike sebentar lagi kau akan mendapat seperti yang kau pikir,” bisik hatinya. Sesaat ia pun menarik nafas, menggantikan oksigen di dalam dadanya. Ia mulai melangkah menuju rumah kayu lantai dua milik Kakek Jack.Kebetulan sekali, Mike mend
“Mrs. Vaeolin, saya memanggil anda ke ruangan saya ini karena saya ingin anda secepatnya menyiapkan data-data mengenai satwa di Planet Zoo ini. Hmm anggap saja ini audit dari saya.”“Data mengenai satwa banyak kategorinya, Mr. Robert. Anda harus menyebutkan lebih spesifik. Dan anda bisa meminta bantuan pada Asisten saya, Fredy. Atau bila anda sudah menunjuk Asisten pribadi, anda bisa meminta Asisten anda mencari data satwa, nanti.”“Oh,” lirih Mr. Robert seraya menajamkan pandangannya. Lalu menghela nafas dalam-dalam.“Kalau begitu siapkan beberapa Staf pekerja Planet Zoo yang pandai dan memiliki keahlian dalam... menata dokumen dan... yaaa pokoknya yang berkaitan dengan kearsipan. Karena saya suka dengan pekerja yang pandai dan teliti.”Sebelum menjawab, Mrs. Vaeolin menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ia mencoba mengendalikan luapan emosinya lantaran permintaan Manajer
“Emm... eemm... hemm... Hmm!” Lindhan kembali meronta.Usai menghela nafas, Bomba menepikan laju jeep. Ia melepas lakban yang membungkam mulut Lindhan. “Krreeekkk!”“Aauww!” ucap Lindhan spontan sambil menyeringai lantaran perih.Usai sakitnya berkurang, Lindhan meluapkan kemarahannya pada Bomba. Ia juga meminta Bomba segera melepaskan ikatan tali yang melilit di tubuhnya. Tanpa bicara sepatah katapun Bomba melepas ikatan tali di tubuh Lindhan.Begitu tali terlepas dari tubuhnya, seketika Lindhan memarahi Bomba. Ia tak terima dengan yang dilakukan Bomba dan Holdan. Lantaran begitu marahnya, sampai-sampai Lindhan berkata, “Apa tujuanmu mengikatku, Hah!”“Apa kau sudah bosan hidup!”Kali ini Bomba bergeming. Tak satupun kata keluar dari kedua bibirnya. Ia pun pasrah saja yang akan dilakukan Lindhan terhadap dirinya. Sementara Lindhan dengan berapi-a
“Hei, Jerry kenapa kau mematung di tengah jalan?” Tanya Ellia pada Jerry yang tetiba berhenti melangkah di jalan setapak yang naik, yang dilapisi serpihan batu-batu datar.Jerry malah tak bersuara, tak meringkik-ringkik. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya melangkahkan kaki ke depan dan ke belakang. Elliamulai cemas, lantaran hari bertambah terik. Pertanda memasuki jam istirahat pekerja.“Ayolah Jerry... tinggal sedikit lagi kita sampai di rumahmu,” kata Ellia.Namun tetap saja Jerry tak meringkik, tak menimpali perkataan Ellia. Ellia lekas turun, lalu menatap kedua mata Jerry. Seraya mengelus-elus kepala Jerry si kuda putih, dengan lembut Ellia kembali berkata, “Hei, ada apa denganmu? Kau tak pernah seperti ini.”Jerry tetap tak bicara. Namun, ia menggerak-gerakkan kepalanya ke atas. Ellia pun ikut memandang ke atas. Tak ada apapun di atas, selain daun-daun runcing pohon pinu
Jam 4 kurang 5 menit sore, Manajer baru kembali ke ruangannya. Ia duduk santai, menyandarkan tubuh pada punggung kursi yang empuk. Seraya melepas senyum, Manajer memainkan kesepuluh jari-jarinya yang dirapatkan. Sementara pikirannya sibuk menimang-nimang sebuah ide yang baru tercetus.Tak sampai 2 menit, Manajer Robert telah membulatkan tekad. Ia pun lekas meraih telepon di meja, bersamaan dengan dering telepon. Tak ada pilihan, selain lebih dahulu menjawab telepon itu.“Halo.” Manajer mengawali.“Saya Vaeolin, Mr. Robert. Saya ingin menyampaikan bahwa sebanyak 6 Staf terpilih sudah siap menghadap.”“6 Staf? Untuk apa?” tanya Manajer. Ia pura-pura lupa telah memerintahkan Mrs. Vaeolin untuk mendata Staf-Staf yang kompeten dan layak untuk dipilih sebagai Asisten Manajer.Mrs. Vaeolin pun menarik nafas dan menghembuskannya kuat-kuat. “Mr. Robert. Apa perlu saya mengulangi apa yan