Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 227. Kejanggalan

Share

227. Kejanggalan

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-11-05 09:15:38

Sedangkan dari kejauhan, Diana menyaksikan itu. Ia menoleh ke belakang, matanya melebar tak percaya.

Sejak tadi, perasaannya tidak enak, dan apa yang ia khawatirkan terjadi juga. Ia melihat Aldo jatuh tersungkur di aspal setelah serangan tikaman yang cepat dan keji.

"Pak Alex, berhenti! Berhenti!" teriak Diana dengan suara panik.

Mendengar itu, Alex segera menginjak pedal rem perlahan. Ia menepi sejenak, dan ia memperhatikan wajah Nyonya-nya yang panik.

Sambil ikut menoleh ke belakang dan melihat Aldo dari kejauhan, Alex berkata, "Ada apa, Nyonya? Kita sudah jauh dari mereka."

Diana dengan panik berkata, "Kita kembali! Aldo ditusuk! Kita harus menolongnya! Cepat, Pak! Kalau terjadi sesuatu pada Aldo, ….”

“Ba-baik, Nyonya. Ta-tapi, ….” Alex terkejut. Meskipun ia tidak melihat dengan jelas, jeritan Diana cukup meyakinkan. "Apa Anda kenal dengan dia, Nyonya?"

"Ya ampun, Alex! Apa itu penting sekarang? Cepat ke sana, tolong
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chili Ruhenk
mudah2an ketahuan tu sama damar kalau aldo sama pelakor bekrja sma Biar di hbisin smpai akar2 tu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   229. Lebih Penting Aku atau Dia?

    Damar mendekat ke arah Diana dengan langkah gamang. Ia ingin sekali langsung memanggil nama istrinya, menariknya ke pelukan, tetapi ... rasanya tidak nyaman. Ada sesak yang tak teruraikan di dadanya. Sebuah perpaduan antara rasa kekhawatiran yang luar biasa dan rasa cemburu yang kian menyakitkan. Kini, ia hanya membawa langkah kakinya ke sana, berdiri diam di samping istrinya, tanpa mengucap apa-apa. Setelah beberapa saat, Diana menoleh padanya. Melihat Damar, Diana langsung berdiri. Raut wajahnya yang tadi pucat dan lemas, kini menunjukkan kelegaan. "Mas? Kamu datang?" tanya Diana matanya sedikit berkaca-kaca. Sambil berjalan, Diana merentangkan tangan. Begitu suaminya hanya berjarak 50 cm, ia memeluknya. “Ya Allah, Mas. Kukira kamu gak lihat pesan aku! Aku hampir aja celaka, Mas.” Damar tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia membeku bak patung

  • ENAK, PAK DOSEN!   228. Mengapa Kamu Peduli Dengannya?

    "Sial! Apa yang terjadi?" raung Damar dengan suara tertahan. Berulang kali ia memukul roda kemudi saat meninggalkan kantornya.Tadi, ia sedang meeting penting dengan klien dari pukul 11 hingga pukul 12 siang. Ia dan kliennya baru saja hendak menuju makan siang bersama untuk merayakan kesepakatan yang tercapai.Saat ia melihat ponselnya, ia sangat tterkejut. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari sang istri, Diana, dan enam kali panggilan dari Alex, sopirnya.Sadar ponsel dalam mode silent selama meeting, ia merasa kesal pada diri sendiri. Lantas, ia mengacak rambutnya frustrasi. Ia segera menghubungi Diana balik, tetapi tak diangkat.Setelah membatalkan makan siang dengan kliennya, berselang lima menit, Alex—sopirnya, menghubunginya. Saat panggilan tersambung, ia syok lantaran Alex membawa kabar yang sangat tidak ia inginkan. Aldo dan Diana berada di rumah sakit dan ia harus datang segera.

  • ENAK, PAK DOSEN!   227. Kejanggalan

    Sedangkan dari kejauhan, Diana menyaksikan itu. Ia menoleh ke belakang, matanya melebar tak percaya. Sejak tadi, perasaannya tidak enak, dan apa yang ia khawatirkan terjadi juga. Ia melihat Aldo jatuh tersungkur di aspal setelah serangan tikaman yang cepat dan keji."Pak Alex, berhenti! Berhenti!" teriak Diana dengan suara panik.Mendengar itu, Alex segera menginjak pedal rem perlahan. Ia menepi sejenak, dan ia memperhatikan wajah Nyonya-nya yang panik.Sambil ikut menoleh ke belakang dan melihat Aldo dari kejauhan, Alex berkata, "Ada apa, Nyonya? Kita sudah jauh dari mereka."Diana dengan panik berkata, "Kita kembali! Aldo ditusuk! Kita harus menolongnya! Cepat, Pak! Kalau terjadi sesuatu pada Aldo, ….”“Ba-baik, Nyonya. Ta-tapi, ….” Alex terkejut. Meskipun ia tidak melihat dengan jelas, jeritan Diana cukup meyakinkan. "Apa Anda kenal dengan dia, Nyonya?""Ya ampun, Alex! Apa itu penting sekarang? Cepat ke sana, tolong

  • ENAK, PAK DOSEN!   226. Tertu-suk

    "Aku tidak punya cash!" kata Aldo, suaranya putus asa, napasnya tersengal menahan sakit. Dia menatap mata mata bengis para penjahat itu.Penjahat pertama semakin tidak sabar, ia menyeringai kejam sembari terus mendesak. "Kalau begitu, kau bisa men-transfer!""Aku juga tidak bisa!" tolak Aldo dengan mata terpejam seolah mengakui kekalahan. Aldo tahu transfer akan membuang waktu, tetapi ia harus membuat mereka yakin dia tidak punya pilihan lain."Jangan alasan!" Penjahat itu mendengus marah, dan dalam gerakan cepat, ia mengayunkan kaki kirinya dan menghantam rusuk Aldo sekali lagi.BRAK!“Argh!”Tubuh Aldo bergetar hebat di aspal. Ia mengerang tertahan, rasa sakitnya terasa seperti tulang rusuknya retak. Darah segar membasahi jaketnya.Dari dalam mobil, Diana menahan pekikan, mencengkeram erat setir. Rasa takutnya kini dibayangi oleh rasa panik melihat betapa parahnya luka Aldo.Aldo tahu ia harus mengak

  • ENAK, PAK DOSEN!   225. Pahlawan Kesiangan

    "Astaga! Jangan!" Diana memekik, kedua tangannya menutup mulut karena terkejut. Saat misterius yang baru datang tadi memukuli pria jahat pertama yang sudah tumbang, mata Diana melihat ancaman yang lebih besar. Pria jahat lainnya kini membawa patahan kayu yang cukup besar entah datangnya dari mana. Pria itu mengangkat kayu itu tinggi-tinggi, siap menghantam kepala sang penolong. "Awaaaas!" teriak Diana dengan suara parau karena panik. Akan tetapi, ia tak bisa keluar, Diana terkunci di dalam mobil. Ia hendak memperingatkan pria yang kemungkinan akan menyelamatkannya itu. Teriakannya hanya memantul di dalam mobil dan pria di luar sana tak mendengar. Pria yang menolong Diana tadi menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki dan teriakan ancaman dari belakang tubuh, "Hiyaaaak!" Saat pria itu menoleh penuh kewaspadaan untuk menghalau serangan kayu, pandangan Diana tertuju pada wajahnya. Ia terkejut hingga napa

  • ENAK, PAK DOSEN!   224. Sosok Penolong

    “Jangan sentuh Nyonyaku!”“Bajingan! Sudah menunggak tapi tidak mau menyerahkan barang! Rasakan ini!”Teriakan dan tekanan dari pria yang mengaku petugas leasing itu membuat Alex geram. Ia tidak peduli jika harus melawan tiga orang sekaligus, karena prioritasnya adalah keselamatan Nyonya-nya.Alex yang baru saja ditarik dan digelandang keluar segera bangkit dari tersungkur. Ia harus cepat karena kondisinya sangat genting dan tempat ini cukup sepi.Sebelum melayangkan serangan, perhatian Alex fokus pada Diana, majikannya. Ia menendang pintu mobil dengan kakinya, memastikan pintu itu tertutup rapat dan Diana di dalamnya aman."Nyonya, hubungi Tuan Damar cepat!" teriak Alex dengan kata-kata penuh emergency. Alex tidak ingin terjadi sesuatu pada nyonya nya. Karena kalau sampai nyonya nya itu terluka, maka dialah yang akan habis di tangan Damar.Setelah memastikan Diana aman, Alex segera mengambil kuda-kuda. Pria itu sudah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status