LOGIN“Ja-jangan, Om!” cegah Claudia mencicit, menciut di hadapan Damar dan Jimmy.
Melihat tatapan kosong Jimmy yang terlihat tidak berperasaan, dan mendengar kata ‘jagal’ dari mulut Omnya sendiri, rasa takut Claudia mencapai puncaknya. Ia tahu ancaman itu tidak akan main-main.“Jadi, mau menuruti perintah Om?” tanya Damar sedikit melunak, menyadari dirinya sudah memegang kendali penuh atas diri Claudia.“Em.” Claudia mengangguk mantap, menunduk. “Tapi, a-aku harus apa, Om? Om janji gak akan nyerahin aku ke tukang jagal, ‘kan?”“Gak akan. Kalau begitu, ....” Damar menyeringai tipis, menunjukkan bahwa ia sudah menyusun rencana matang di benaknya.Dia mendekati Claudia dan berbisik tepat di telinga, “Kamu harus melakukan ini.”Saat Damar membisikkan sesuatu padanya, Claudia melipat keningnya, mencerna perintah Damar yang spesifik dan penuh risiko itu.Dia pun mengangguk patuh, demi menghindari hukuman berat seperti semedi di baw“Ya udah, ayo pergi!”“Ke mana, Yah?”“Mansion Harven, minta maaf cepat atau Ayah buang ke segitiga bermuda.”“Emang Ayah gak nyesel nanti? Kata Bunda, dulu Ayah seneng banget pas aku lahir. Kok kaya gini sekarang?”“Gak, gak nyesel. Ayah bisa buat lagi yang kaya kamu, tuh! Dua belas! Dulu, kamu emang imut-imut dan gemesin. Sekarang, amit-amit kelakuan kamu, Saga!”“Ck! Udah tua juga masih aja doyan buat lagi! Ayah itu udah tua, Bunda noh masih muda. Nanti, Ayah nambah anak lagi, lalu meninggal, jadi beban ‘kan buat Bunda? Kasian harus ngurus adik yang kecil, dan … eh, tapi kalo ayah meninggal, Bunda bisa dapetin Sugar Daddy yang lebih cakep!”Damar mengumpat, “Perlu Ayah obras mulut kamu, Saga? Bisa diem, gak?”“Oke, aku diem!” Tanpa membuang waktu, Damar menyeret Sagara menuju mobil SUV hitam miliknya. Ia tidak peduli ini sudah hampir tengah malam. Jika Arnold berani menuduh putranya melakukan hal asusila, maka Damar akan membuktikan sebalikn
“Kamu pasti pacarin dia, tidurin, terus kamu tinggalin, ‘kan? Iya, ‘kan?” Damar memberondong Sagara dengan tatapan curiga. Dia memelototkan matanya, dan kedua tangan berkacak pinggang.Didesak sang ayah, Sagara mundur. Dia tetap mengelak, “Yah, jangan curigaan mulu, deh! Aku gak mungkin kaya gitu!”“Mungkin aja!” Sela Damar cepat. Telunjuk kanan menuding wajah Sagara yang menyebalkan itu, menyesalkan kenapa putranya harus meniru jejaknya yang kelam. “Apa kamu kira, Ayah gak tau apa yang kamu lakuin diluar sana, Saga? Ayah tau semuanya! Termasuk … kamu yang pernah tidur dengan dua wanita!”Sagara memejamkan mata sejenak. Ia mengakui kesalahan itu, tapi tak mau mengeluarkan suara agar ayahnya tak makin memprovokasi.“Saga!”“Yah, please, jangan merembet ke mana mana. Oke, untuk yang satu itu … lupain. Dan masalah anaknya Arnold, itu penting. Gini, aku sama sekali gak tau kenapa dia nabrak gitu aja! Katanya sih buru-buru! Aku bahkan dikasih
Usai menelepon pihak showroom, ponsel yang baru saja dimasukkan Sagara ke celana kembali bergetar. Kesal karena merasa privasinya diganggu saat sedang merencanakan obsesi barunya, pria itu berdecak tanpa melihat siapa yang menghubunginya. “Ck! Apa lagi ini?” Sambil menggerutu, dia mengangkatnya dengan nada bicara yang kasar, “Ya, apa lagi?” “Apa lagi katamu?” Mampus! Sagara tersentak. Suara bariton di seberang sana sangat ia kenali. Itu ayahnya, Damar Setyawan. “Eh, Ayah. Maaf, Yah. Ada apa?” Suara Sagara langsung melunak, nyalinya yang tadi setinggi langit di depan Ara mendadak menciut. “Ada apa, ada apa! Pulang! Gak lihat ini jam berapa, Sagara Arsenio Setyawan?” Sagara menjauhkan ponsel dari telinganya karena suara sang ayah yang menggelegar membuat telinganya berdenging. “Baru jam 11, Yah! Gak usah kuno gitu lah! Lagian masih sore juga!” “Pulan
Sagara melangkah maju, memecah ketegangan antara kakak-beradik itu. Ia melipat pisau lipatnya dengan suara klik yang tajam. ”Udah selesai ceramahnya?” tanya Sagara dengan nada meremehkan. “Adik lo udah denger faktanya. Sekarang, pertanyaannya ... gimana cara keluarga Harven nebus ‘dosa’ si Belalang Sembah ini ke gue? Gue udah bilang, gue gak butuh duit bokap lo. Jadi, jangan coba-coba nawarin duit sama gue! Gak mempan!” Clayton menelan ludah, ia tahu posisi keluarganya sedang di ujung tanduk jika Damar Setyawan sampai turun tangan. Ia menatap Sagara dengan tatapan penuh kompromi. “Apa yang lo mau, Gar? Sebutin! Asal jangan sentuh adek gue lagi! Lo bisa minta apa pun, asal lo gak bawa adek gue kaya gini lagi.” Sagara menatap Ara dengan pandangan dingin yang membuat gadis itu bergidik, lalu beralih kembali pada Clayton. Sebuah ide licik melintasi benaknya untuk memberikan pelajaran yang tak terlupakan
“Jangan sentuh gue, Sialan!”Tak memberi kesempatan Sagara yang hendak mencium bibirnya, Ara segera membela diri. Ia tidak sudi membiarkan bibir angkuh itu menyentuh seinchi pun kulit mulusnya. Ara jijik!Dengan tenaga sisa yang terkumpul dari rasa takut dan harga diri yang terinjak, dia dorong Sagara ke samping, dan dia tendang Sagara menggunakan kakinya tepat di bagian perut.Bugh!Sagara yang sedang dalam posisi tidak siap terjerembab ke samping. Tendangan itu cukup telak hingga membuatnya jatuh dari tepian ranjang dan menghantam lantai. Ara segera bangkit, napasnya memburu, gaun kembennya tampak berantakan saat ia mencoba menjauh dari jangkauan pria itu.“Berani bibir lo nyentuh bibir gue, habis besok!” teriak Ara dengan suara parau, air mata kemarahan menggenang di pelupuk matanya.Sagara terduduk di lantai, tangannya memegangi perut yang terasa mual. Ia terdiam sejenak, menunduk, sebelum kemudian terdeng
”Lo pikir gue percaya?” cibir Sagara tampak merendahkan. Ia menarik sudut bibirnya, membentuk senyum sinis. “Cewek yang dandanannya begini, kelayapan di klub tiap malam, dan gayanya sombong selangit kayak lo ... masih virgin? Jangan ngelawak, Belalang Sembah. Lo cuma lagi berusaha cari alasan biar gue lepasin, ‘kan? Sayangnya, Lo gak bisa pergi dari gue!”Sagara kembali memajukan wajahnya, hingga napasnya yang beraroma mint menerpa kulit wajah Ara. Jemari Sagara yang tadi meraba kasur, kini berani naik dan menyentuh pinggiran gaun kemben Ara yang sedikit longgar. ”Lagian, kalaupun bener lo masih ‘suci’, bukannya itu malah bikin utang lo lunas lebih cepet, ya?”Mata Ara menyprot benci. “Sagara, jaga ucapan Lo atau gue robek mulut lo yang busuk itu!”Sagara terkekeh. “Lo aja gak bisa lepas dari gue, dan Lo berekspektasi mau robek mulut gue? Lawak bener!”Setelah memberi jeda sejenak, Sagara kembali menyeringai, “Kesucian seorang anak Harven buat bayar bodi Du







