Share

PANCA DAN ORANG SEKTE BINTANG MERAH

Tombak Perak pun langsung membulatkan matanya. Merasa harga diri mereka diinjak-injak. Namun, bagaimana lagi. Mereka harus mengikuti perintah Jarum Maut sebagai pemimpin kelompok. Oleh karenanya, tanpa berdebat lagi, mereka lekas melompat ke udara, berpancar sebagaimana sebelumnya, untuk menghindari sekte Bintang Merah.

"Dasar aneh! Datang tak diundang pulang tak ingin diantar. Bedebah sialan!"

Panca yang menyaksikan hal tersebut sontak dibuat bingung. Dia sesaat memaki sebab waktunya telah terbuang sia-sia karena kelompok tersebut.

Lalu sesat Panca tertegun. Dia teringat dengan ucapan warga kemarin di arena bundar dekat pasar, di mana sekte Jalak Hitam memiliki ahli lukis yang bisa menggambar sketsa hanya dengan mendengar ciri-cirinya.

Hal tersebut lekas membuat Panca segera meraup mulutnya dan sedikit terkejut karena dia lupa mengenakan topeng.

"Cih. Bodoh sekali," gumamnya.

"Tidak heran orang-orang tadi mengatakan aku buronan sekte. Kemungkinan omongan warga kemarin ada benarnya." Panca sambil mengenakan topeng hitam dengan sedikit motif garis coklat di pinggirnya.

"Tapi kenapa mereka melarikan diri? Ah sudahlah. Tidaklah penting. Sebaiknya aku bergegas."

Namun, baru saja Panca hendak berangkat ke pasar untuk obat Yati. Tiba-tiba dia merasakan kedatangan eksistensi lain yang cukup banyak, membuat sorotan matanya sesaat terlihat bersiaga.

"Siapa di sana?"

Suara teriakan pria itu membuat Panca lekas berbalik badan dan manatap ke arah pohon rindang. Seorang pria berpakaian merah marun dengan sedikit aksesoris tambahan, tengah menyorot tatap ke arah Panca. Tampaknya dia petinggi dari suatu sekte.

"Kenapa diam saja? Apa kau tidak bisa berbicara?" tambah pria tersebut.

Hal itu lantas membuat Panca segera membalasnya. "Apa kau punya sopan santun? Kenapa aku harus berbicara di bawahmu?"

"Kenapa aku harus menurutimu?" Pria tersebut membantah.

Namun, sorotan mata Panca begitu percaya diri. Seolah puluhan orang di atas pohon yang sedang mengitari dirinya, tidak membuatnya gentar sama sekali.

Pria itu pun paham kenapa Panca begitu percaya diri. Dia lekas turun, karena menyadari orang di depannya bukanlah orang yang mudah digertak.

"Siapa kau dan kenapa ada di sini?" Pria itu bertanya kembali, saat dirinya berpijak tidak jauh dari Panca.

"Hanya orang biasa yang lewat sini," jawab Panca.

"Kami sedang mencari keberadaan satu kelompok dan melihat sinyal mereka yang asalnya dari tempat ini? Apa kau melihat orang-orang yang mencurigakan?"

"Tidak."

"Bohong! Kau pikir aku tidak tahu, baru saja terjadi pertarungan di tempat ini?" Pria tersebut pun lekas membantah. "Kau pikir kau sedang berhadapan dengan siapa?"

"Memangnya siapa?" Panca tanpa takut sedikitpun.

"Cih. Aku Bagu Lareng, salah satu pemimpin fraksi di sekte Bintang Merah. Ingat, kau berusaha menyembunyikan informasi, berarti kau mencoba melawan sekte Bintang Merah."

"Huh. Lantas siapa yang peduli dengan itu?" balas Panca. Dia tidak suka jika ada yang memprovokasinya.

"Kurang ajar! Hajar dia!"

Bagu Lareng yang tidak menyukai sikap Panca pun segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang Panca. Dia menjauh ke belakang, sedang para bawahan segera menggempur Panca beramai-ramai.

Seakan tidak malu mengeroyok orang. Namun, Panca tidak gentar sedikitpun. Dia malah dengan serius meladeni mereka.

SLING SLINGSLINGSLING SLING

Ayunan pedang mereka terdengar jelas menyapu angin. Panca dengan tenang menghindar dan membalikkan serangan telak dengan tangan kosong.

Pedang-pedang lawan terlihat beterbangan, disusul sapuan kaki Panca yang sangat kuat, yang membuat mereka terhempas bersamaan.

Sejumlah bawahan lalu mengepung dan hendak menusukkan pedang ke arah Panca. Namun, Panca segera melompat berputar, kemudian menginjak pedang mereka.

Lantas melihat hal tersebut. Bagu Lareng yang tambah kesal segera melompat dan mengirimkan beberapa serangan tenaga dalam. Cahaya kemerahan melesat ke arah Panca, seiring Bagu Lareng menghempaskan telapak tangan secara bergantian.

Hal itu membuat Panca langsung menekan pijakanya pada pedang-pedang tersebut dan melompat lalu melakukan salto belakang yang membuatnya terhindar dari serangan Bagu Lareng.

BUM BUM

Serangan Bagu Lareng meledak menghantam tanah. Sementara para bawahan berpencar menjauh, memberi akses untuk Bagu Lareng duel dengan Panca.

Dan tentu saja. Segera keduanya saling bertukar jurus setelah itu. Masing-masing dengan kelihaiannya mengolah serangan. Namun tidak berlangsung lama. Panca berhasil melancarkan serangan telapak hingga mengenai wajah Bagu Lareng, disusul dengan dua tinju telak mengenai dada Bagu Lareng hingga membuatnya terhempas ke belakang.

"Kurang ajar!" ketus Bagu Lareng.

Kemudian dia segera memfokuskan tenaga dalam dan melakukan beberapa gerakan, untuk menggunakan ajian tapak setan. Namun ketika tubuh Bagu Lareng sudah dipenuhi oleh cahaya hijau kemerahan. Secara tiba-tiba sosok kepulan asap hitam menyambar Panca yang membuat Panca dalam sekejap hilang dari tempat tersebut.

Hal itu membuat Bagu Lareng terkejut dan menghentikan esensi energi ajian tapak setannya.

"Apa yang terjadi?"

"Apa yang barusan itu?"

Tidak beda dengan para bawahan. Mereka berbisik-bisik, penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.

***

Sementara di tempat lain. Panca muncul di hutan bambu bersamaan dengan asap hitam tadi. Lalu asap hitam tersebut merubah wujudnya, yang kemudian membuat Panca mendelik, sedikit terkejut.

"Kau?" celetuk Panca.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status