Share

Ujian Kesetiaan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-09 14:18:02

"...Ujian yang kedua: Ujian Kesetiaan." Suara itu akhirnya menyelesaikan kalimatnya, menggema di seluruh ruangan.

Elara dan Valerian saling pandang dengan cemas. Kesetiaan. Apa maksudnya? Siapa yang harus mereka setiai? Dan apa yang akan terjadi jika mereka gagal?

"Kesetiaan?" tanya Valerian, mengerutkan kening. "Apa maksud dari semua ini?"

"Aku tidak tahu," jawab Elara, menggigit bibirnya. "Tapi aku merasa ini ada hubungannya dengan masa lalu kita."

"Di depan kalian, terdapat sebuah cermin," lanjut suara itu. "Cermin itu akan menunjukkan kepada kalian masa lalu kalian. Kalian akan melihat semua kesalahan dan kegagalan yang pernah kalian lakukan. Kalian akan melihat semua orang yang pernah kalian khianati. Jika kalian berhasil menerima masa lalu kalian dan tetap setia pada diri sendiri dan pada satu sama lain, maka kalian akan lulus ujian ini. Tetapi jika kalian gagal, maka kalian akan terjebak di dalam masa lalu kalian selamanya."

Elara menelan ludah. Ia merasa takut dan gugup. Ia tidak tahu apa yang akan ia lihat di dalam cermin itu. Ia tidak tahu apakah ia cukup kuat untuk menghadapi masa lalunya. Ia takut masa lalunya akan menghancurkan hubungannya dengan Valerian.

Valerian melihat ketakutan di mata Elara. Ia menggenggam tangannya dengan erat, memberikan dukungan. "Aku akan bersamamu, Elara," bisiknya. "Apa pun yang kau lihat, aku akan tetap setia padamu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Elara menatap Valerian dengan mata berkaca-kaca. Ia merasakan kehangatan dan cinta yang terpancar dari Valerian, dan itu memberinya kekuatan untuk menghadapi rasa takutnya. Ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki Valerian di sisinya, dan itu adalah segalanya yang ia butuhkan.

"Terima kasih, Valerian," ucap Elara, suaranya bergetar. "Aku juga akan setia padamu. Aku tidak akan pernah membiarkan masa laluku menghancurkan kita."

Elara dan Valerian berjalan mendekati cermin itu bersama-sama. Mereka berdiri di depan cermin itu dan menatap bayangan mereka sendiri.

Awalnya, mereka hanya melihat bayangan mereka sendiri. Tetapi kemudian, bayangan mereka mulai berubah. Mereka melihat diri mereka di masa lalu, menjadi orang yang berbeda dari yang mereka kenal sekarang.

Elara melihat dirinya menjadi seorang gadis kecil yang kesepian dan ketakutan, yang ditinggalkan oleh ibunya dan dibesarkan oleh ayahnya yang keras dan dingin. Ia melihat dirinya tumbuh menjadi seorang wanita muda yang pemberontak dan keras kepala, yang selalu berusaha membuktikan dirinya kepada dunia. Ia melihat dirinya melakukan kesalahan-kesalahan yang ia sesali, dan menyakiti orang-orang yang ia cintai.

Valerian melihat dirinya menjadi seorang anak laki-laki yang lemah dan penakut, yang selalu diintimidasi oleh anak-anak lain. Ia melihat dirinya tumbuh menjadi seorang pria muda yang ambisius dan kejam, yang melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Ia melihat dirinya mengkhianati teman-temannya dan melukai orang-orang yang mempercayainya.

Elara dan Valerian merasa malu dan bersalah melihat masa lalu mereka. Mereka ingin lari dari cermin itu, tetapi mereka tidak bisa bergerak. Mereka terpaku di tempatnya, menyaksikan semua kesalahan dan kegagalan yang pernah mereka lakukan.

Tiba-tiba, suara itu kembali terdengar. "Sekarang, kalian harus memilih," kata suara itu. "Kalian bisa terus hidup dalam masa lalu kalian, dan membiarkan kesalahan-kesalahan kalian menghancurkan kalian. Atau, kalian bisa menerima masa lalu kalian dan belajar darinya, dan menjadi orang yang lebih baik di masa depan. Pilihan ada di tangan kalian."

Elara dan Valerian saling pandang dengan cemas. Mereka tahu bahwa ini adalah ujian yang paling sulit yang pernah mereka hadapi. Mereka harus memilih antara masa lalu mereka dan masa depan mereka. Mereka harus memilih antara kebencian dan cinta. Mereka harus memilih antara kehancuran dan harapan.

Elara menarik napas dalam-dalam dan menutup matanya. Ia mencoba mengingat semua hal baik yang telah ia lakukan dalam hidupnya. Ia mencoba mengingat semua orang yang telah ia cintai. Ia mencoba mengingat semua alasan mengapa ia harus terus berjuang.

Saat Elara membuka matanya kembali, ia melihat Valerian menatapnya dengan tatapan penuh cinta dan dukungan. Ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki Valerian di sisinya, dan itu adalah segalanya yang ia butuhkan.

"Aku memilih untuk menerima masa laluku," kata Elara dengan suara yang lantang dan jelas. "Aku tidak akan membiarkan kesalahan-kesalahanku menghancurkanku. Aku akan belajar darinya, dan menjadi orang yang lebih baik di masa depan. Aku akan setia pada diriku sendiri dan pada Valerian."

Valerian tersenyum dan mengangguk. "Aku juga memilih untuk menerima masa laluku," katanya. "Aku tidak akan membiarkan kegagalan-kegagalanku mendefinisikanku. Aku akan belajar darinya, dan menjadi orang yang lebih baik di masa depan. Aku akan setia pada diriku sendiri dan pada Elara."

Saat Elara dan Valerian mengucapkan kata-kata itu, cermin itu mulai bergetar hebat. Cahaya terang memancar dari cermin itu, menyilaukan mata mereka. Kemudian, tiba-tiba, cermin itu pecah berkeping-keping, dan ruangan itu kembali menjadi lorong yang gelap dan sempit. Makhluk hijau pucat itu sudah menunggu di ujung lorong, pedangnya terhunus.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Ujian Pengorbanan

    Lorong itu terasa lebih dingin dari sebelumnya. Hawa kematian menyelimuti mereka, membuat bulu kuduk Elara dan Valerian meremang. Makhluk itu, dengan mata merah menyala, menatap mereka dengan penuh kebencian. "Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" geram makhluk itu, suaranya serak dan mengancam. "Kuil ini akan menjadi kuburan kalian!" Makhluk itu melesat maju, pedangnya menebas dengan kecepatan kilat. Valerian dengan sigap menghadang serangan itu dengan pedangnya. Denting senjata beradu menggema di lorong sempit, menciptakan percikan api yang menari-nari dalam kegelapan. Elara, dengan cekatan, menarik busurnya dan membidik makhluk itu. Anak panah melesat dengan akurat, namun makhluk itu dengan mudah menepisnya dengan pedangnya. Pertempuran sengit pun tak terhindarkan. Valerian dan Elara bertarung dengan sekuat tenaga, namun makhluk itu terlalu kuat. Ia bergerak dengan lincah, serangannya brutal dan tanpa ampun. Valerian terhuyung mundur, merasakan sakit yang membakar di lengannya

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Ujian Kesetiaan

    "...Ujian yang kedua: Ujian Kesetiaan." Suara itu akhirnya menyelesaikan kalimatnya, menggema di seluruh ruangan. Elara dan Valerian saling pandang dengan cemas. Kesetiaan. Apa maksudnya? Siapa yang harus mereka setiai? Dan apa yang akan terjadi jika mereka gagal? "Kesetiaan?" tanya Valerian, mengerutkan kening. "Apa maksud dari semua ini?" "Aku tidak tahu," jawab Elara, menggigit bibirnya. "Tapi aku merasa ini ada hubungannya dengan masa lalu kita." "Di depan kalian, terdapat sebuah cermin," lanjut suara itu. "Cermin itu akan menunjukkan kepada kalian masa lalu kalian. Kalian akan melihat semua kesalahan dan kegagalan yang pernah kalian lakukan. Kalian akan melihat semua orang yang pernah kalian khianati. Jika kalian berhasil menerima masa lalu kalian dan tetap setia pada diri sendiri dan pada satu sama lain, maka kalian akan lulus ujian ini. Tetapi jika kalian gagal, maka kalian akan terjebak di dalam masa lalu kalian selamanya." Elara menelan ludah. Ia merasa takut dan gu

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Ujian Keberanian

    Valerian mendekat dan mengamati batu itu dengan seksama. Ia tidak melihat atau merasakan sesuatu yang istimewa, tetapi ia mempercayai intuisi Elara. Ia tahu bahwa Elara memiliki hubungan yang kuat dengan alam dan kekuatan magis di sekitarnya. "Baiklah," kata Valerian. "Mari kita coba. Apa yang harus kita lakukan?" Elara memejamkan matanya dan berkonsentrasi. Ia mencoba merasakan energi yang terpancar dari batu itu, dan mencoba memahami makna dari simbol-simbol yang terukir di permukaannya. Setelah beberapa saat, ia membuka matanya dan berkata, "Aku tahu. Kita harus menyentuh batu itu bersama-sama, dan mengucapkan mantra yang pernah diajarkan oleh ayahku." Valerian mengangguk setuju. Ia berdiri di samping Elara dan menyentuh batu itu dengan tangannya. Elara mulai mengucapkan mantra dalam bahasa kuno yang terdengar asing dan misterius. Suara Elara mengalun seperti melodi kuno, dipenuhi dengan kekuatan dan keajaiban. Setiap suku kata yang ia ucapkan seolah beresonansi dengan energi

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Kuil yang hilang

    Saat Valerian menyelesaikan kalimatnya, pepohonan di sekitar mereka mulai bergoyang dengan lebih hebat. Angin bertiup semakin kencang, membawa serta aroma belerang yang menyengat hidung. Langit semakin gelap, tertutup awan hitam pekat yang menggantung rendah. Kilatan petir sesekali menyambar, menerangi hutan dengan cahaya pucat yang menakutkan. Tiba-tiba, dari arah depan mereka, munculah sesosok makhluk yang sangat besar dan mengerikan. Makhluk itu memiliki tubuh seperti manusia, tetapi tingginya mencapai tiga meter. Kulitnya tampak seperti batu bara yang membara, memancarkan panas yang luar biasa. Matanya adalah dua lubang api yang menyala tanpa henti, dan dari mulutnya keluar asap tebal yang berbau busuk. Ia memiliki otot-otot yang besar dan kuat, dan di punggungnya tumbuh sayap bergerigi yang terbuat dari obsidian. Di tangannya, ia menggenggam sebuah palu godam yang terbuat dari logam hitam dan berhiaskan tengkorak manusia. "Makhluk itu..." Elara berbisik, suaranya tercekat di

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Bayangan Masa Lalu

    Elara memejamkan matanya, pasrah pada nasibnya. Para pria bertopeng itu semakin mendekat, pisau-pisau mereka berkilauan di bawah cahaya rembulan yang masuk melalui celah-celah dinding gubuknya. Ia tahu, inilah akhir dari perjalanannya. Ia gagal melindungi artefak itu, ia gagal melindungi Lembah Sunyi, dan ia gagal membalas dendam atas kematian ayahnya. Namun, sebelum para pria bertopeng itu sempat menyentuhnya, terdengar suara teriakan yang memekakkan telinga. Para pria bertopeng itu berhenti, menoleh ke arah suara itu. Dari balik pepohonan, muncul sesosok pria yang berlari dengan kecepatan tinggi. Pria itu mengenakan pakaian serba hitam dan memegang pedang yang berkilauan. "Valerian!" seru Elara, matanya membulat karena terkejut. Valerian adalah sahabatnya sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, bermain bersama, dan belajar bersama. Mereka saling percaya dan saling menyayangi seperti saudara kandung. Namun, Elara tidak pernah menyangka bahwa Valerian akan muncul di sini, di saat-

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Warisan dan Pengkhianatan

    Elara tertegun, menyaksikan makhluk mengerikan itu mengamuk di hadapannya. Pria bertopeng, yang tadinya tampak begitu mengancam, kini tampak ciut dan ketakutan. Makhluk itu, dengan raungan memekakkan telinga, menerjang pria bertopeng itu, mencabik-cabik jubah hitamnya dengan cakar-cakar tajamnya. "Apa... apa itu?" bisik Elara, matanya membulat karena terkejut. Makhluk itu terlalu fokus pada pria bertopeng untuk memperhatikannya. Elara, dengan hati-hati, mundur selangkah demi selangkah, berusaha menjauh dari pertempuran yang mengerikan itu. Ia tahu bahwa meskipun makhluk itu membantunya saat ini, makhluk itu tetaplah ancaman yang sangat besar. "Aku harus pergi dari sini," gumamnya pada dirinya sendiri. "Ini terlalu berbahaya." Namun, sebelum ia sempat melarikan diri, pria bertopeng itu berhasil melepaskan diri dari cengkeraman makhluk itu. Dengan gerakan cepat, ia melemparkan bom asap ke tanah. Asap tebal langsung mengepul, menutupi seluruh area. "Sial!" umpat Elara. Ia terba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status