Share

5. Father of Aesir

Aksa berdiri takjub di sebuah ruangan besar dengan warna perak di segala sisinya. Wisnu dan Laksmi benar-benar mengantarkannya ke Asgard, mereka juga yang berbicara pada Heimdall agar Aksa bisa melewati Bifrost-jembatan pelangi menuju Asgard-dan sekarang di sinilah mereka berada; Valaskjalf, salah satu ruangan terbesar Odin. Sepasang samudra milik Aksa menatap sopan kepada sang penguasa Asgard yang tengah duduk di singgasananya; Hlidskjalf di mana Odin biasa mengawasi alam semesta. Sosok besar Odin dengan janggut putih panjang, dan topi berpinggiran lebar serta tongkat di mana dua ekor burung peliharannya-Hugin dan Munin-yang biasa terbang berkeliling Midgard dan melaporkan berita dari Midgard kepada Odin. Yang begitu mencolok dari penampilan lelaki tua bertubuh besar itu adalah salah satu matanya yang ditutup, mengingatkan Aksa pada bayangan sosok kapten bajak laut yang biasa dibicarakan oleh penduduk pinggiran kota Britania Raya.

"Hugin dan Munin telah membawakan berita tentangmu padaku ... jadi, apa yang ingin kau tanyakan ... Aksa?”

Suara Odin yang terdengar lembut dan tegas di saat bersamaan menyadarkan Aksa dari segala fantasinya perihal kapten bajak laut. Ia mengumpulkan seluruh atensinya kepada sang penguasa Asgard. Di sisi kanan dan kirinya, Wisnu dan Laksmi terdiam demi mendengar apa yang akan ditanyakan Aksa kepada Odin. Mereka sendiri tidak tahu arti dari kalimat dalam lembaran bambu yang diberikan Laksmi pada Aksa, karena 900 tahun yang lalu Aksa-lah yang membuat kalimat itu. Aksa menghukum dirinya sendiri atas sebuah dosa besar yang telah ditanggung oleh sosok yang begitu mencintai dan dicintai olehnya.

"Aku ingin tahu, apakah segala penebusan dosaku berhubungan dengan Binar?" tanyanya dengan sepasang samudra yang bersipandang dengan satu-satunya mata Odin.

"Benar."

Ada keterkejutan yang terlihat di biru mata Aksa. Napasnya memburu dan jantungnya bertalu. Apa ... apa dosa masa lalu yang telah ia lakukan dan berhubungan dengan Binar?

"Kau harus mencari tahu jawabannya sendiri Aksa." Aksa kembali memijak nyata dari segala tanya dalam kepala. Odin seolah bisa membacanya bahkan tanpa perlu ia bertanya. "Penebusan dosa dan hukuman ini adalah pilihanmu, dan kau sendiri yang harus mencari tahu, karena dahulu kau juga yang memutuskan untuk mencapai sebuah tujuan yang mustahil."

"Jika itu berhubungan dengan Binar, aku akan mengubah segala kemustahilan menjadi sebuah kemungkinan, bahkan jika aku harus lenyap dari segala peradaban sekalipun," ujar Aksa dengan mantap.

"Jawabanmu masih sama dengan 900 tahun yang lalu Aksa, atau aku harus memanggilmu ... Kitsune?"

Mendengar nama Kitsune disebut sontak saja Aksa teringat pada sosoknya dengan surai panjang terikat rapih yang memperingatinya untuk tidak membuang-buang waktu, dan ketika itulah salah satu memori terlintas dalam kepalanya.

"Kau bisa menanyakan segalanya, dan aku akan menjawab apa yang harus kujawab begitupun sebaliknya," kata Odin begitu Aksa ingin bertanya lagi.

Lelaki pirang itu mengangguk singkat sebelum melirik sepasang Sura yang sedari tadi diam memerhatikannya dengan tatapan tak terbaca, dan Aksa mengabaikan mereka berdua demi jawaban yang harus ia dapat.

"Father of Aesir, Anda mengatakan bahwa jawabanku sama dengan 900 tahun yang lalu, apa maksudnya itu?"

"Dirimu hari ini adalah wujud dari keputusan yang diambil oleh dirimu 900 tahun yang lalu. Segala ingatanmu telah dihapus, dan kau telah berjanji bahwa kau akan mencapai tujuanmu jika kau bisa mengingat kembali segalanya dalam hukuman yang akan kau jalani dalam sembilan dunia."

Aksa mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Odin. Ia lantas teringat pada lembaran bambu yang diberikan Laksmi kepadanya. Lelaki pirang itu mengambil lembaran bambu berisi kalimat yang menurut Wisnu seharusnya ia mengerti karena ia yang membuat tulisan itu.

"Apakah Father of Aesir tahu apa arti dari kalimat yang ada dalam lembar bambu ini?" tanya Aksa lagi. Odin yang telah mengetahui isi dari lembaran bambu itu mengangguki pertanyaan Aksa. "Apakah Anda bersedia memberitahuku arti dari kalimat ini wahai Father of Aesir?"

"Tentu." Ada sebuah hembusan napas kelegaan yang keluar dari bibir penuh Aksa. "Tetapi pada akhirnya hanya semesta dan dirimu sendiri yang bisa menjelaskan secara gamblang perihal kalimat itu."

"Tidak apa-apa wahai Father of Aesir, Anda berkata bahwa Anda akan menjawab apa yang seharusnya dijawab begitupun sebaliknya. Aku hanya ingin tahu tujuan akhir dari hukuman ini."

"Baiklah." Odin melirik Wisnu dan Laksmi sejenak sebelum kembali menatap Aksa. "Kau telah menemukan arti dari penggalan angka satu dengan menemuiku, yang selanjutnya harus kau lakukan adalah mencari arti penggalan kedelapan angka yang lain."

"Kenapa harus ada sembilan angka? apakah ini ada hubungannya dengan ...." Kalimat Aksa terhenti begitu ia teringat pada mimpi anehnya tentang sosok pemuda yang berubah menjadi rubah dengan sembilan ekor dan sosok perempuan yang kehadirannya dikelilingi oleh kobaran api.

"Itu adalah pertemuan pertamamu dengannya," ujar Odin yang membuat napas Aksa tercekat. Semuanya menjadi masuk akal jika dirinya memang benar-benar sosok Kitsune di masa lalu yang berarti Binar benar-benar ada dalam kehidupannya sebelum Arawn membangkitkannya di belatara Britania Raya dan bertemu sosok Putri Ryujin yang membuatnya terikat pada belenggu yang sejatinya telah ada sejak jauh-jauh hari sebelum hari pertemuannya dengan Sang Putri Ryujin. Sekarang Aksa mengerti bahwa Binar yang ada di masa lalunya adalah Phoenix, itulah mengapa ia merasakan sesuatu meremas jantungnya ketika Binar berkata Phoenix telah musnah 900 tahun yang lalu, rasanya sama seperti bagaimana ia melihat tubuh Binar yang bersimbah darah.

"Dalam peradaban kami terdapat sembilan dunia yang dihubungkan oleh pohon Yggdrasil yang merupakan pusat dunia." Aksa kembali mengumpulkan atensi pada penjelasan Odin. "Kesembilan dunia itu adalah; Asgard, dunia para Æsir; golongan dewa-dewa tinggi dan yang paling berkuasa. Vanaheim, dunia para Vanir; golongan dewa-dewi kecil. Alfheim, dunia para Elf; ras dewa kecil pengatur kesuburan. Midgard, dunia manusia sebagai dunia makhluk yang tidak abadi. Jötunheimr, dunia para Jotun; raksasa. Svartálfheim, dunia para Svartálfar atau Dökkálfar; kaum elf dari kegelapan. Niddhavellir, dunia para Dwarf; kurcaci. Niflheim, dunia es dan rumah para Jotun es. Dan Muspellheim, dunia api dan rumah bagi Surt; raksasa yang berkulit lahar dan berambut api."

Odin berhenti menjelaskan dengan matanya yang kini menatap Aksa dengan tatapan berbeda dari tatapan yang ia berikan tadi selama menyambut dan menjawab segala pertanyaan Aksa. Aksa sendiri merasakan hawa berbeda yang membuatnya tidak nyaman dengan tatapan Odin.

"Dan kesembilan ekormu bisa menghancurkan kesembilan dunia dari peradabanku, jika kau mau. Karena itulah kau memilih sembilan dunia sebagai penggambaran ekormu yang berjumlah sembilan, Kitsune."

Aksa menelan ludahnya; gugup, ia masih sulit mempercayai fakta bahwa dirinya 900 tahun yang lalu adalah sosok Kitsune; rubah berekor sembilan yang biasa dipuja sebagai Dewa Pelindung oleh manusia dalam sebuah peradaban.

"Apakah tiga memori yang dimaksud dalam kalimat itu adalah ingatanku ketika Arawn membangkitkanku di belantara Britania Raya?" tanya Aksa kemudian.

"Benar, kau sendiri yang memintanya kepada para Dewa 900 tahun yang lalu, bahwa kau akan terbangun hanya dengan tiga ingatan tak berarti, tetapi sebenarnya ada hal yang lebih besar daripada itu." Aksa manggut-manggut mengerti sembari berpikir kembali perihal angka-angka yang belum bisa ia pecahkan. "Kitsune." Suara Odin kembali menarik segala atensi Aksa dari pemikirannya sendiri. "Mulai saat ini kau akan melanjutkan hukuman dan penebusan dosamu demi mencapai kemustahilan tujuan yang kau yakini bisa diubah menjadi sebuah kemungkinan. Kau hanya memiliki tujuh kesempatan dengan delapan rasi bintang yang akan menuntun jalanmu."

Aksa kembali meneguk ludahnya dengan susah payah, tapi meski begitu masih ada satu pertanyaan besar yang bercokol dalam kepalanya. "Wahai Father of Aesir, apakah aku masih bisa bertemu dengan Binar?"

"Tentu. Tujuh kesempatanmu adalah bertemu dengan ketujuh sosoknya dan segala perasaanmu terhadapnya akan tetap sama meski ia memiliki kepribadian dan ingatan yang berbeda."

Aksa berkedip beberapa kali untuk mencerna ucapan Odin. Ada tujuh sosok Binar yang berbeda dalam sembilan dunia yang akan ia jelajahi, dan ia sungguh tidak mengerti apa maksud semua ini, pun di mana ia akan bertemu dengan sosok lain dari Binar.

"Kau akan bertemu dengannya di padang pasir."

"Padang pasir?" tanya Aksa yang mendapat anggukan dari Odin. "Di mana tepatnya padang pasir itu wahai Father of Aesir?"

"Sebuah tempat yang merujuk pada Draco, rasi bintang yang tidak pernah tenggelam di horizon utara."

"Tempat yang merujuk pada Draco, maksudmu Piramida Khufu?"

Kali ini Odin mengangguk atas pertanyaan Wisnu yang menimbulkan tanda tanya besar bercokol dalam kepala pirang Aksa. "Kau benar Wisnu, Kitsune akan bertemu dengannya di sebuah peradaban di mana Phoenix berasal."

"Mesir," gumam Aksa yang kini mengerti ke mana arah pembicaraan Odin. "Katakan, bagaimana caranya aku bisa pergi ke Mesir?"

"Kami akan membantumu untuk bisa pergi ke sana Aksa," ujar Laksmi.

"Terima kasih Ya Sura, terima kasih wahai Father of Aesir." Aksa bersujud di hadapan Odin dan juga sepasang Sura yang sejatinya tak seharusnya mendapatkan perlakuan demikian dari Aksa. Ialah sosok Kitsune yang juga merupakan seorang Dewa, tapi bagi Aksa ... ia hanyalah pendosa yang harus menjalani segala hukuman yang telah ia buat untuk dirinya sendiri, dan meskipun begitu, tetap ada binar senang dalam biru mata Aksa. Akan ia lakukan apapun, akan ia berikan apapun, asalkan ia bisa bertemu sosok pemilik jiwanya lagi. Sosok pembelenggu hatinya yang akan ia puja dengan caranya yang tidak bisa ditirukan oleh manusia pengharap kesejahteraan dari penyembahan kepada Dewa.

Akan ia lewati tempat manapun, meski ia harus menjelajah empat penjuru mata angin, atau pergi ke lima benua berbeda, melewati enam musim, pun mengarungi tujuh samudra. Akan ia jalani kutukan apapun sampai kutukan itu lelah membelenggu takdirnya dan akan ia lawan takdir sampai sang takdir bertekuk lutut di hadapannya demi mencapai tujuan tidak pastinya pun demi bersama Binar, sosok Dewi Naga yang membelenggu hati Aksa, sosok Phoenix yang tak hanya abadi dalam sebuah peradaban, tetapi juga abadi dalam hati Kitsune.

※※※※※※※

Heimdall : Anak Odin yang misterius karena terlahir dari 9 ibu. Sama seperti Odin yang menukarkan bagian tubuhnya untuk kebijaksanaan, Heimdall juga mengorbankan 1 telinganya demi bisa minum air dari sumur mimir

Piramida Khufu : Piramida Giza

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status