Share

Elenora And Her Alter Ego
Elenora And Her Alter Ego
Author: Andromeda

Cast-Prolog

Main Cast :

- Elenora Rebecca Alarice, 17

- Jackson Hoffman, 27

Support Cast :

- Alexis Jade Voscotte, 26

- Sean James Buyyer, 27

- Maximus Gray, 26

- Kimmie Jordano, 27

[Other cast akan muncul seiring berjalannya cerita ini]

******

(Scollife-Violence-Hurt-Mature-Marriedlife)

Napoli— Kota yang memiliki keindahan dengan beragam kekayaan; tradisi, sejarah dan budaya, serta es krim neapolitano yang terkenal akan kelezatannya.

Juga merupakan kota terbesar ketiga di Italia dengan gedung pencakar langit yang berada di kawasan bisnis, salah satunya; Centro Direzionale, yang didesain oleh seorang arsitek Jepang, Kenzo Tange.

Club dan Bar elit serta aktifitas malam lain menjadi tempat kunjungan bagi kaum Borjuis yang ingin melepas kepenatan dan mencari surga dunia, ditemani oleh para gadis penjaja.

Dari kejauhan, tampak seorang gadis muda berjalan tergopoh ketika Manager Bar menyuruhnya mengantar minuman untuk tamu VVIP.

"Jangan menatap Mereka!"

Adalah kalimat yang selalu berputar dikepala, mengingatnya dengan baik sampai tapak kaki itu berhenti didepan pintu ruangan.

Elenora ... Gadis itu menahan napas saat melihat dua pengawal bertubuh besar menahan langkahnya. Wajah cantik itu tetap menunduk, sesuai perintah sang manager.

"Tunggu sebentar."

Segudang kerumitan harus Ia hadapi. Misal; salah satu pengawal mencicipi minuman yang akan disajikan untuk Presiden Direktur Mereka.

"B-baik, Tuan." Gadis itu gugup.

Bukan tanpa alasan Mereka melakukannya. Sudah banyak kasus percobaan pembunuhan yang menimpa Presiden Direktur J.H Corporation dengan berbagai cara.

Dan pengawalan ketat harus dilakukan mengingat bahaya selalu datang menghampiri pewaris Hoffman.

Setelah melalui berbagai kerumitan di sini, gadis itu diperbolehkan masuk ke dalam.

"Permisi."

Suara selembut beledu itu terdengar mengalun ditelinga. Ketiga pria di sana mengalihkan atensi Mereka. Satu diantara ketiga pria itu sibuk memangku dua gadis penghibur yang bergelayut manja.

Salah seorang dari Mereka bersuara; "Siapa namamu?"

"Jangan menatap Mereka!"

Pesan dari Manager Bar membuatnya semakin gugup. Ia meremat erat nampan kosong ditangannya dengan peluh membasahi pelipis, "Elenora Alarice, Sir."

"Cantik!"

Decihan terdengar dari bibir pria termuda, "Kau bisa pergi sekarang!" Ia tahu jika sahabat brengseknya itu mulai tertarik dengan pelayan tersebut.

Tidak perlu menunggu perintah kedua, Elenora segera pergi dari ruangan itu namun lengannya dicekal oleh pria tadi, "Maaf, Sir. Saya harus kembali bekerja." Gadis itu berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Jackson.

"Tunggu sebentar"

"Maaf."

Gadis itu pergi tanpa sempat bertatap wajah langsung dengan Jackson.

Tidak penting!

Masih banyak pekerjaan yang harus Ia selesaikan dan mengantar minuman untuk tamu VVIP bukanlah tugas yang sebenarnya.

Ada dua pilihan di sini, menjadi pelayan biasa atau pelayan khusus. Dan Elenora lebih menyukai opsi pertama; mudah dan tidak merepotkan dirinya.

"Cepat panggilkan pelayanmu yang tadi!"

"Kau tertarik padanya, J?" Kini giliran pria berkulit pucat yang menginterupsi. Ia jarang melihat Jackson bersikap seperti ini pada seorang pelayan.

Ucapan Sean mengundang decihan dari pria itu. Bibirnya mengapit sebatang rokok lalu menghembuskan asapnya ke udara, sedikit menunjukkan smirk, "Kau bercanda?" Sebelah tangannya mengambil gelas berisi cairan beerenauslese dan meneguknya dalam sekali teguk, "Apalagi? KELUAR SEKARANG!"

"Ck! Kau brengsek, Hoffman!"

"Jangan bermain kasar! Dia masih bocah, J!"

Tepukan dibahu menjadi akhir dari percakapan Mereka.

Kedua pria itu keluar dan membiarkan Jackson bermain dengan boneka barunya.

******

"Herr Hoffman ingin bertemu Anda, Sir." Salah seorang pelayan datang melapor.

"Apa sesuatu terjadi? Kenapa Dia memanggilku? Sial! Pasti Elenora berbuat kesalahan tadi. Awas saja anak itu!"

Sepanjang perjalanan pria tua itu tidak berhenti mengucap kalimat sumpah serapah, merutuki kesalahan yang diperbuat oleh salah seorang pegawainya tersebut.

"Anda memanggil Saya, Herr?"

"Suruh pelayanmu tadi menemuiku."

Tunggu? Jadi siapa yang dipanggil? Aku atau Elenora?

Ia mengangguk lalu bergegas mencari Elenora dan secepatnya menyuruh gadis itu segera menemui Jackson.

"Jangan pernah menyeret namaku dan Bar ini jika sesuatu yang buruk terjadi. Kau! Cepat temui Dia! Jangan membuatnya menunggu lama atau Kita semua dalam masalah!"

Oh sebuah ancaman, lagi.

Tidak bisakah pria itu bersikap baik padanya?

Kadang Elenora merasa bahwa Manager Smith begitu membencinya.

Gadis itu merasakan kegugupan yang tak biasa. Pikirnya, apa pria tua yang ada di ruangan itu tersinggung atas sikapnya tadi?

Hey El! Siapa yang Kau sebut sebagai pria tua? Tunggu sampai Kau menatap wajah aprodhite itu, hhh.

Tak lama, pintu kembali terbuka. Kali ini gadis itu tidak mungkin lolos, "Anda memanggil Saya, Sir?"

Bagus. Tidak ada suara layaknya tikus terjepit. Elenora masih bisa mengendalikan diri dengan baik.

Pria itu berdiri dan reflek membuat Elenora mundur ke belakang.

Sialan. Dinding dibelakang sana membuat tubuhnya terpojok dan Jackson berhasil mengungkungnya.

"Kau sangat cantik dan juga .... manis." Ciuman pertama telah dicuri.

Elenora mendongak. Stagnan! Mata abunya membulat saat pria itu hendak menciumnya lagi.

Kesadarannya masih terjaga hingga sekon selanjutnya yang terdengar adalah bunyi; PLAK! Satu tamparan Jackson dapatkan.

Dia menamparku!

Tatapan lembut dari sepasang obsidian abu itu berubah tajam dan mengintimidasinya. Jackson tahu jika gadis itu marah, "Beraninya Kau menyentuhku! Kau sangat menjijikkan!"

Elenora?

Bukan! Itu Sevanya, sang Alter Ego.

Sekali dorongan kuat, tubuh Jackson terhuyung ke belakang dan nyaris membuat pria itu terjatuh jika tidak menjaga keseimbangannya.

"Apa katamu? Menjijikkan?"

'Dasar pria brengsek! Aku disini bekerja sebagai pelayan, bukan menjajakan tubuh untuk pria kurang ajar sepertimu!'

"Apa ini ajaran orangtuamu dalam bersikap, Nak? Tahu apa bocah sepertimu yang ...."

"Sentuh Dia lebih dari itu maka Kutembak keluar isi kepalamu, Jackson Hoffman!"

Suara itu.

Hening.

Ruangan itu semakin dingin saat suara ketukan heels milik wanita cantik itu saling beradu dengan lantai, "Kau baik-baik saja?" Raut wajahnya terlihat cemas.

Elenora tampak pucat, kesadaran gadis itu hampir menghilang, "Apa yang Kau lakukan, bodoh? Bantu Aku!" bentaknya.

"Tsk. Simpan senjatamu itu dan jadilah wanita yang lebih lembut! Kau hampir membuat celaka  Presiden Direktur J.H Corporation jika peluru itu menembus otakku!"

Pria itu melenggang pergi, bersikap acuh pada sosok gadis yang sudah terkulai lemas di lantai akibat ulahnya.

Jackson merasa bodoh karena Ia bersikap tak seperti biasanya.

Gadis itu mengambil seluruh atensinya.

"Urus Dia! Aku ingin malam ini semua sudah selesai dan gadis itu ada bersamaku!"

"Tapi Jackson, Kau tidak bisa ..."

"Max?" Suara Jackson terdengar mengancam.

"Okay! Mari Kita buat kesepakatan. Dan Alexis, tolong bawa Nona Alarice ke mobil. Aku harus menyelesaikan semua kekacauan yang dilakukan si brengsek itu!"

Elenora hanya bisa pasrah ketika Sean dan Alexis menuntunnya menuju basement.

Menunggu sesuatu yang akan selanjutnya terjadi dalam hidupnya.

******

*Halo, ini cerita pertama yg sya publish maaf jika imajinasi sya terlalu tinggi dan tdk ssuai dgn ekspektasi pembaca

Menerima kritik dan saran dgn bhsa yg sopan:)

Selamat membaca❤

TOUCH VOTE AND LIKE, PLEASE!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status