Share

The Wedding

*Krionika(n); pembekuan dalam suhu rendah untuk mayat

******

"APA? Kau sudah gila ya? Kami tidak mau membantumu, J!"

Mereka berada di ruang kerja Jackson, melanjutkan diskusi yang sempat tertunda.

"Gadis itu membutuhkanku dan Aku menginginkannya. Tidak ada yang salah dengan itu."

Bukan hanya itu saja alasan Jackson menjadikan Elenora sebagai miliknya.

"Kau ingin menikahi gadis dibawah umur dan menjadi seorang pedofil? Gunakan akal sehatmu, J!" Kali ini Alexis paling keras menentang keputusan Jackson. Ia tidak ingin melihat gadis sepolos Elenora menjadi objek pelampiasan Jackson atas masa lalunya yang kelam.

Alexis tahu bahwa Jackson tidak pernah menggunakan hatinya dalam bercinta tapi Ia memiliki firasat buruk jika pria itu tetap memaksa akan menikahi Elenora.

Max menyela, "Dia masih tujuh belas tahun jika Kau lupa!" Tidak menyadari perubahan wajah Jackson yang semakin dingin.

"Berhenti menyebut usianya! Lakukan saja perintahku!" Final.

Keputusan sudah diambil. Jackson tidak mau berdebat dengan ketiga sahabatnya lagi.

Baginya, tidak ada yang salah jika kedua pihak saling bersimbiosis.

Gadis itu mirip denganmu, Sayang.

Semua sahabat terdekatnya tahu jika masa lalu yang buruk dan menyedihkan membuat Jackson tidak mampu menerima kenyataan bahwa gadis yang Ia cintai telah pergi. Dan itu terjadi karena kesalahannya sendiri.

"Kau tidak bisa melakukan ini, Jackson."

"Aku tidak butuh persetujuan darimu! Sean, urus pembayarannya dan Max ... Aku ingin menikah besok pagi."

Dan semakin kacau saat suara lembut itu menyela, "Herr, Anda tidak perlu melakukan ini. Saya ... Emm, itu ..."

"Bocah, diamlah! Berhenti menolakku! Besok pagi Kita akan menikah!" Final.

******

Pudar. Impian untuk menikah atas dasar saling mencintai sudah berakhir.

Kini yang tersisa hanya sebuah kenyataan menyedihkan yang harus dijalani. Elenora tidak pernah berpikir jika sosok pria yang berdiri dihadapannya ini telah resmi menjadi suaminya satu jam yang lalu.

Tidak ada pesta mewah atau tamu undangan yang hadir.

Hanya ketiga sahabat terdekat, pendeta dan .... Entah sebutan apa yang pantas Ia ucapkan saat melihat gundukan tanah merah yang tertutup oleh salju putih dan bertuliskan nama Rachel di batu nisan itu.

Ya. Mereka melangsungkan pernikahan pagi ini didepan makam seseorang di halaman belakang kediaman Hoffman.

Hembusan angin musim dingin terasa menusuk kulit hingga ke tulang-tulang. Gaun pengantin yang cukup terbuka dengan belahan dada rendah tersebut membuat Elenora sedikit menggigil.

Ia suka salju tapi benci udara dinginnya.

"Kalian boleh pergi!"

Perintah yang syarat akan kesedihan.

Hanya di sini, Jackson merasakan ketenangan batin kendati udara dingin dan butiran salju yang turun semakin lebat.

Pria itu menyandarkan kepala diatas batu nisan itu, tidak peduli jika jas pengantin yang Ia kenakan menjadi kotor.

"Seharusnya Kau yang menjadi pengantinku, Sayang." Jackson terkekeh kecil, "Kau tahu? Sifat gadis itu mirip denganmu."

Kenangan buruk itu kembali terlintas dalam ingatan.

DOR!

DOR!

Suara tembakan membuat semua tamu yang hadir berlarian menyelamatkan diri.

Hari bahagia yang seharusnya berlangsung indah berubah menjadi tangis pilu yang menyayat hati.

Dua orang menjadi korban sekaligus.

Salah satu dari Mereka masih hidup dengan napas tersengal, "Jackson .."

Pria itu menatap kosong pada sosok gadis yang tergeletak diatas pangkuan wanita paruh baya. Gaun putihnya berubah warna. Darah mulai merembes keluar, "Jackson .." Kedua kalinya Ia memanggil nama itu tapi sepertinya, Jackson yang berdiri di sana hanya raganya saja.

"Mulai sekarang hiduplah dengan baik. Lupakan semua hal yang menyakitimu. Dan .." Napas gadis itu tersengal, mulutnya mengeluarkan darah, "Lupakan perasaanmu padaku. Kau .. Kita tidak bisa bersama!"

Semua orang yang ada di sana menangis. Gadis itu pergi untuk selamanya.

Meninggalkan kenangan pahit yang ingin Jackson lupakan.

Jika boleh mengulang, Jackson ingin membawa gadis yang Ia cintai pergi sejauh mungkin tapi Tuhan dan orang-orang terdekatnya tidak mengizinkan hal itu terjadi.

Pria itu menatap sekali lagi nama gadisnya di sana, tatapan ambernya melembut. "Aku bisa saja melakukan metode krionika* pada tubuhnya tapi Madre melarangku. Dia mengancam akan membawamu pergi ke tempat yang tidak Kuketahui jika Aku memaksanya." Ia beranjak dari tempatnya berlutut.

Melihat sekali lagi tempat peristirahatan milik gadisnya sebelum langkah kaki jenjangnya kembali masuk ke dalam.

Berniat menemui gadis lain yang sedang meringkuk didalam kamar seorang diri.

******

Tidak habis pikir tentang ide konyol menikahi seorang gadis dibawah umur menjadi pilihan Jackson. Tak banyak yang tahu jika menyimpan perasaan pada seseorang terdekatmu begitu menyesakkan.

"Kau baik-baik saja?"

Kecuali satu pria berkulit pucat yang baru saja duduk bergabung di sofa dekat perapian, "Apa Kau baik-baik saja?" Pria itu mengulang pertanyaan yang sama meski Ia sudah tahu jawaban yang akan keluar dari bibir Alexis untuknya.

Sean menghela napas diikuti oleh kedatangan Max yang juga duduk di sana.

"Apa Dia belum kembali?"

"Kalian menungguku?"

Akhirnya ... Seseorang yang Mereka tunggu datang juga.

Membuat wajah Alexis mendongak dan beradu pandang dengan sepasang amber milik Jackson, "Ubah isi perjanjian itu! Aku keberatan!" Mulainya.

Sebatang rokok sudah terapit diantara belahan basah bibir Jackson, Ia menyulut dan menghembuskan asapnya ke udara. Matanya menatap satu-persatu ketiga sahabatnya itu.

Mereka diam, menatap tak percaya pada sikap Jackson yang semakin aneh dan abnormal.

"Kau mau membuat gadis itu hamil diusia muda huh?" Terdengar nada mencela dari bibir pria termuda, Max.

Tak habis pikir dengan tujuan Jackson menikahi Elenora.

"Pikirkan lagi, J. Kehamilan diusia muda sangat beresiko. Bukan hanya janinnya saja tapi juga Ibunya." Alexis mencoba membuatnya mengerti. Meski wanita itu bukan Dokter ahli kandungan tapi setidaknya Ia mengerti tentang itu.

Decihan itu terdengar, "Tsk. Hentikan omong kosong ini! Married without sex? Aku tidak mau!" Pria itu beranjak pergi setelah mematikan sisa rokoknya.

Baru dua langkah Ia berjalan, suara lain menginterupsinya; "Jika Kau berani menyentuhnya meski hanya seujung rambutnya saja ... Itu berarti Kau sudah siap kehilangan Kami sebagai sahabat terdekatmu. Pertimbangkan lagi ucapan Kami, J!"

Kalimat yang baru saja diucapkan Sean hanya dianggap sebagai angin lalu. Tidak ada jawaban yang bisa Jackson berikan.

Menurutnya, Ia adalah pria dewasa yang memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi. Jika perjanjian itu tidak diubah maka itu sangat merugikan dirinya.

Untuk itu, Ia lebih memilih pergi. Semua omong kosong itu tidak berguna. Hanya membuang waktu saja.

******

"Lihat! Mereka melawanku hanya untuk melindungimu, bocah!"

Elenora terkesiap melihat pria itu tiba-tiba masuk ke dalam. Langkah kakinya tak terdengar, begitu senyap dan berbahaya.

"Aku tidak tahu kenapa Mereka menentangku hanya untuk melindungimu tapi ..." Satu kecupan kembali tercuri. Dua kali sial saat jarak Mereka sedekat ini, "Itu semakin membuatku tertarik ingin menyentuhmu lebih dari ini!" Lengan kekarnya berhasil mengungkung tubuh mungil Elenora yang entah sejak kapan sudah berada dibawah dominasi Jackson.

Hampir saja pria itu kehilangan kendali jika suara debuman pintu kamar Istrinya mengalihkan atensinya.

"HENTIKAN JACKSON ATAU AKU AKAN MENGHUBUNGI FRAU ANNA DAN MEMINTANYA DATANG KE SINI!"

******

*Tolong jgn meminta sya untuk membuat part NC21+ krn sya tdk bisa melakukannya, skli lagi sya minta maaf jika cerita ini tdk sesuai dgn ekspektasi pembaca:)

TOUCH VOTE AND LIKE, PLEASE!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status