공유

BAB 6

작가: Pena_Receh01
last update 최신 업데이트: 2025-05-27 16:35:12

Michael segera berbalik ke ruangannya kembali dan merogoh ponsel, menelepon sang asisten untuk membatalkan kerja sama dengan perusahaan Ayah Claudine.

"Tapi, Tuan," ucapan lelaki itu terpotong oleh bentakan Michael.

"Gak ada tapi-tapian! Perusahaanku gak akan hancur walaupun gak bekerja sama dengan mereka. Jangan membantah! Sebenernya siapa bosnya disini," geram Michael.

Pria tersebut langsung bungkam lalu menuruti perintah Michael, tunangan Emily ini mengembuskan napas kasar lalu duduk di kursi dan memukul meja dengan penuh amarah.

"Sialan! Beraninya dia mengancamku!" maki Michael.

Saat ia dikuasai amarah, lelaki itu menoleh ke ponsel yang ia pegang dan segera membaca pesan dan kiriman foto dari adiknya.

[Send photo]

[Aku sudah menjemputnya, sekarang kami lagi ngajak dia ke minimarket. Kalau bisa pulanglah lebih cepat! Kita akan berkumpul saat makan malam.]

Michael menghela napas dalam, ia memandang foto yang dikirim oleh adiknya. Terlihat punggung Emily dan Ethan sedang bercanda sambil memilih sayuran. Gadis itu tampak ceria, apalagi saat disamping putra pertama Olivia.

[Tolong jaga dia, aku bakal berusaha pulang secepatnya.]

Setelah mengirim pesan tersebut, Michael menaruh ponsel. Senyuman kecil terukir, berita tentang Emily bagai mengikis amarah yang tadi meletup-meletup. Sedangkan di tempat lain, Owen segera memasukkan handphone ke saku kala membaca pesan balasan Kakak keduanya.

"Jangan yang itu, itu gak segar."

Owen bersuara kala melihat Emily hendak memasukkan pakcoy ke troli, dua manusia itu menoleh dan gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Paman Alex ini gimana sih, aku kok beberapa kali milih selalu aja salah. Ngapain ajak aku kalau gitu," seru Emily menampilkan wajah cemberut.

Pria tersebut hanya mendesah pelan, ia meraih pakcoy yang lain lalu memberikan pada Emilym

"Karena kamu harus belajar, setidaknya nanti ada yang bisa disuruh beli bahan makanan," balas Owen datar.

Emily memutar bola matanya, "Iya-iya belajar, tapi setiap aku ambil sesuatu pasti kamu salahkan. Ekpresi Paman Alex aku sampai hafal." Ia meniru wajah datar Owen dengan lengkap bahkan nada suara lelaki tersebut. "Jangan Vera! Ini busuk, jelek lah, dan bla, bla, bla ....," seru gadis ini.

"Perkataan Paman tuh seperti alarm rusak, bunyi sama. Tau gak! Nyebelin banget," lanjutnya.

Ethan yang berdiri di sisi Emily, nyaris menjatuhkann tomat yang ia pegang, tubuh gemetar akibat tawa keluar dari bibir.

"Alarm rusak? Waduh, Owen. Kamu kalah telak!" ledek Ethan.

Dahi Owen berkerut, alisnya terangkat tidak ada ekpresi tersinggung sedikitpun. Tangan lelaki ini terurus merapikan anak rambut yang menutupi wajah Emily.

"Kalau aku alarm rusak, kamu adalah microwave. Yang gak pernah disentuh atau dipakai, cuma pajangan buat di dapur aja," balas pria tersebut santai.

Tangannya beralih mengetuk hidung Emily dengan jari telunjuk dengan lembut, membuat gadis itu memajukan bibir karena kesal.

Ethan yang sudah tak tahan, segera menutup mulut kembali saat merasakan beberapa pasang mata mulai menatapnya.

"Kalian ini, jangan bikin aku tertawa dong. Nanti ketauan, diserbu penggemarku lagi," gerutu Ethan pelan.

Ucapannya hanya terdengar dua manusia di dekatnya, begitu pelan nyaris tak terdengar. Jika mengambil ke tempat yang ramai, Etham tidak akan ikut, karena takut ketauan walaupun sudah memakai masker dan topi.

Suara ponsel Ethan tiba-tiba berbunyi, ia mengitip layar dan membaca deretan huruf yang muncul di sana dengan mengangkat alis.

"Michael bilang dia bakal pulang sebentar lagi karena pertemuannya batal," tutur lelaki tersebut.

“Wah, bahaya nih,” kata Emily panik pura-pura.

“Kalau Paman Mikey sampai duluan dari pada kita, bisa-bisa aku diceramahi seharian tentang efisiensi waktu dan ketepatan prioritas.”

Owen tersenyum tipis. “Tenang aja, kamu udah kuliah cukup dari dia sejak kecil.”

Lelaki putra ketiga Olivia ini meledek membuat Emily semakin kesal, lalu Ethan yang melihat hal ini segera merangkul tunangannya.

"Jangan dengarkan Paman Alexmu itu, mendingan ayo kita ke mobil. Biar dia bayar belanjaan, hukuman karena terus memarahimu," ajak Ethan.

Emily tersenyum mengiyakan, hatinya mulai terasa ringan. Meski saat pertama kali mengetahui, pertunangan ini membuatnya kacau, tapi perlahan dia mulai memahami dan berusaha menikmati takdir ini. Hal ini tidak jauh berbeda dengan keseharian dulu saat kecil dikeliling empat lelaki tampan.

Di sisi lain, Michael memandang jalanan kota dari balik kaca mobilnya yang melaju. Dia memilih menyuruh agar jadwal pulang dipercepat, ia sudah tak tahan menunggu jam pulang yang selalu tepat. Tangannya mengetuk-ngetuk lutut, tak sabar untuk segera tiba. Pikirannya tak lagi penuh angka dan rapat—hanya ada satu nama yang terus berputar di kepalanya: Emily.

Di gedung lain dan dalam salah satu ruangan operasi, Noah tengah melepaskan sarung tangan bedah. Tugasnya telah usai, di sana ia hampir lima jam melakukan pekerjaan. Keringat membasahi pelipis, namun sorot mata tetap tenang seperti biasa.

“Pasien sudah stabil, Dr. Davies,” ucap salah satu perawat.

Noah hanya mengangguk pelan, “Pastikan dia dipantau intensif selama dulua puluh empat jam. Jangan biarkan tekanan darahnya turun.”

Setelah semua instruksi diberikan, ia berjalan keluar menuju ruang ganti. Di sana, ia membuka ponsel dan menemukan beberapa pesan dari Ethan dan Owen. Salah satunya berisi foto Emily yang sedang tersenyum—lengkap dengan caption Ethan: “Lihat, dia makin manja sekarang. Ayo cepet pulang, adik dokter!”

Noah tersenyum kecil. Meski tubuhnya lelah, senyum Emily membuat seluruh penat itu seperti menguap. Ia lalu mengirimkan balasan singkat.

[Operasi selesai. Tapi sepertinya tidak bisa pulang secepatnya. Pastikan dia makan sayur.]

[Aku masih harus mengoperasi satu pasien lagi.]

Ia tahu gadis itu sering mencuri kesempatan untuk tidak makan sehat.

Noah menatap dirinya di cermin sebentar, merapikan rambut yang sedikit berantakan, lalu bergegas keluar dari ruang staf. Pikirannya tak lagi dipenuhi soal prosedur medis—hanya ada satu tujuan kini: pulang lebih cepat untuk makan malam bersama Emily dan saudara-saudaranya.

[Anne, saat makan nanti kalau aku belum pulang, telepon! Lakukan video call. Awas aja sampai gak makan sayur,]

Emily yang tadi bercanda dengan Ethan di ruang tamu, ia merasakan getaran di saku bergegas meminta lelaki itu untuk berhenti. Gadis tersebut merogoh celana dan membaca deretan pesan Daniel membuat dia mengerucutkan bibir.

"Ahh ... Paman Noah, gak asik! Tidak bertemu aja masih mengaturku," gerutu Emily.

Ethan yang melirik mimik wajah tunangannya mendekat, dia merebut handphone Emily membuat sang empu terkejut.

"Hahaha ... beruntung aku gak diurusi Daniel, jadi bebas walau gak makan sayur," ejek Ethan.

Gadis itu yang mendengar membuat dia semakin mengerucutkan bibir lalu meraih benda pipihnya yang dipegang Ethan. Dia menghentakkan kaki dan bertepatan Owen keluar dari dapur, melihat pertengkaran ini ia mendekat.

"Vera, sana bantu aku siram tanaman," perintah Owen.

Dia memilih mengiyakan perintah tunangannya lalu bergegas pergi tidak lupa menendang kaki Ethan membuat sang empu memekik.

"Mily!" teriak Ethan.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
So sweet semua Tunangannya Mily sayang sama Mily...
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Empat Tunanganku   BAB 12

    "Ayo! Jangan kebanyakan melamun, nanti kerasukan Ethan, gawat," seru Michael. Lelaki itu segera menarik tangan Emily, menghindar dari saudara kandung dia. Gadis tersebut memekik kala lengannya ditarik. "Kok, malah aku yang dibawa-bawa. Lah ... adik sialan! kamu kira aku setan, buat Mily kerasukan," omel Ethan kala sadar dari perkataan adiknya. Ethan menuju penuh amarah Michael yang mulai menjauh dari mereka, sedangkan lelaki tersebut hanya melirik sekilas tanpa memelankan lau langkahnya. Owen menggelengkan melihat hal ini, sedangkan Daniel mengepalkan tangan memandang kepergian kakak dan tunangannya. "Paman Mikey, pelan-pelan," pinta Emily. Mendengar perkataan Emily, Michael memelankan laju langkahnya dan menjadi berjalan. Gadis tersebut napas dia terdengar terengah-engah membuat sang CEO memandang dengan tatapan rasa bersalah. "Aku gak suka kamu kaya begitu, ngurung diri. Aku khawati

  • Empat Tunanganku   BAB 11

    Gadis bermata cokelat itu tersentak dari lamunan, ingatan tentang kejadian satu jam yang lalu berkelebatan jelas di benak. Membuat napas Emily sedikir sesak, ia mengalihkan tatapan ke pintu, terdengar kembali di telinga ketukan pintu yang tak berhenti. "Mily! kamu kenapa gak keluar-keluar. Mau bertelur di sana," teriak Ethan. "Vera, kamu kenapa? Jangan buat kami khawatir," seru Owen dengan tangan terus mengetuk pintu. "Ily, cepat buka pintunya!" perintah Michael dengan suara tegas namun terdengar nada khawatir. "Anne, kamu gak apa-apa kan? Kata mereka kamu belum keluar sejak tadi, apa aku salah beli merk pembalutnya? Atau apa? Ayo beritahu aku. Kamu jangan kaya gini," tutur Daniel berusaha membujuk dengan nada lembut. "Mily ... cepat buka pintunya! Kalau enggak aku dobrak nih," kata Ethan sekali lagi. Emily menarik napas dan mengembuskan pelan-pelan, mengatur detak jantung yang berkerja tidak n

  • Empat Tunanganku   BAB 10

    Daniel langsung menatap kesal sang kakak dan mengembuskan napas, dia memegang tangan Michael yang memegang bahunya begitu kuat. "Okey, okey, Kakak. Lagian aku gak mau sampai Anne menunggu terlalu lama." "Anne, merk seperti biasa bukan. Tunggu aku, aku bakal secepatnya pulang," seru Daniel merebut handphone dari genggaman Michael. "I ... iya Paman Noah," balas Emily. Pria itu segera mematikan sambungan telepon lalu menaruh handphone Owen ke meja makan. Ia segera melangkah pergi meninggalkan Michael yang menunjukkan riak murka. Lelaki tersebut menggerakkan jari dan menyeringai walau tidak terlihat oleh mereka. "Owen, pinjam motormu!" teriak lelaki tersebut. Lelaki bermata biru itu segera mengambil kunci yang tergantung tanpa menunggu jawaban Owen, membuat sang empu menggelengkan kepala. Kini hanya tinggal mereka bertiga, pria berprofesi pilot ini dengan gerakkan cepat mengambil handphone lalu mencengkeram kuat benda tersebut. "Sialan! malah dia matikan, aku aja belum, ngobrol sa

  • Empat Tunanganku   BAB 9

    Emily menggerakkan jemarinya, memilin-milin pakaian. Ia baru saja selesai membersihkan diri, tetapi belum ada keberaniaan untuk keluar. Pikirannya masih melayang pada kejadian tadi. Mengingat semua pria disini mengetahui kedatangan tamu bulanannya, yang membuat ters dipikirkan adalah mereka mengetahui kecerobohan dia sampai melupakan jadwal menstruasi. "Ah ... malunya," gumamnya pelan.Wanita itu memukul kepalanya, umpatan kasar lolos dari bibir. Ceroboh! kata tersebut ada dalam benak, bagaimana ia bisa melupakan jadwal menstruasi sendiri. Akibat hal ini, salah satu pria di kediaman kini harus membeli pembalut. Sebuah perintah atau permintaan yang jarang dituruti lelaki karena malu. Kembali ke situasi sejam yang lalu, Michael tiba di dekat kamar Emily. Langkahnya terhenti saat melihat adik dan sang kakak berdiri di ambang pintu tengah bertengkar, ia segera menegur mereka lalu pandangan teralihkan pada noda darah segar di celana Emily. Perciuman yang tajam menghirup aroma anyir dara

  • Empat Tunanganku   BAB 8

    Emily bersandar di pintu setelah memasuki kamar, ia meremas dadanya yang terasa berdetak begitu kencang. Bagai bunyi detakan tersebut bisa menghancurkan pendengaran, jantungnya sama sekali tak tenang setelah perlakuan Daniel yang tiba-tiba. Pelukkan lelaki itu begitu hangat dan nyaman, suara begitu serak menggoda dan permintaan pria itu. "Aku kenapa," gumamnya pelan. "Gak biasanya juga Paman Noah begini," lanjutnya kembali. "Dia ... dia ... sangat berbeda tetapi juga sama." Gadis itu memegang pipinya yang terasa memanas, tingkah Daniel membuat Emily panas dingin. Padahal belum satu hari dia di kediaman ini dan baru beberapa menit ia bersama pria tersebut. Tetapi sepertinya, hidup perempuan ini akan berubah drastis. Ketukan pelan terdengar di pintu kamarnya. Emily langsung menoleh, suara lembut menyusul dari balik pintu.“Mily… boleh aku masuk?”Suara lelaki terdengar si balik pintu, membuat Emily yang berada di sana sedikit terperanjak. Dia spontan berbalik, lalu panggilan Ethan

  • Empat Tunanganku   BAB 7

    Malam kiat larut, menyisakan beberapa bintang dan bulan sabit di langit untuk menerangi bumi. Lampu di kediaman mulai redup, hanya cahaya temaram dari dapur dan ruang tengah. Ethan tertidur pulas di soda dengan remote televisi yang masih dipegang. Sementara Owen memilih ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh dan Michael di ruang kerja menyelesaikan beberapa laporan yang dikirimkan asistenmya. Emily tengah mengerjakan tubuh, ia duduk di serbang sofa dengan mata sesekali melirik pintu utama dan televisi. Hati tak tenang kala melihat jam sudah menunjuk pukul sebelas malam, tetapi salah satu tunangan belum terlihat batamg hidungnya. Suara mesin mobil terdengar pelan dari depan rumah, kala mengetahui hal ini Emily segera bangkit dan membuka pintu sebelum bel sempat ditekan. Di baliknya, berdiri seorang pria tinggi dalam jas dokter yang sedikit kusut. Rambutnya agak basah oleh embun malam, dan wajahnya menunjukkan kelelahan luar biasa.“Paman Noah,” gumam Emily pelan.Daniel mengangkat wa

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status