Emily dihadapi pilihan gila! Empat lelaki yang kadang menjaganya, dan dia panggil paman. Ternyata tunangannya!! "Ily, kita bakal tinggal serumah, tidak ada penolak!" kata Michael. "Tidak! Mily harus bersamaku, aku ingin bermain games bersama dia," ucap Ethan. "Vera harus bersamaku, dia akan lebih leluasa karena sering sendiri," sela Owen. "Kalian sangat berisik, kita akan menjaganya bersama. Aku sudah berdiskusi bersama para orang tua." "Agar dia bisa memilih salah satu dari kita, siapa yang membuatnya jatuh hati dan nyaman," lanjut Daniel.
View More"Mom, Dad! Yang benar aja. Masa aku bertunangan sama empat cowok sekaligus, ini sangat gila!" sembur Emily yang langsung berdiri dari duduknya.
Maira menarik lengan putrinya agar gadis itu kembali duduk dikursi, dengan enggan wanita tersebut menurut sambil wajahnya menampilkan riak masam. "Gak gila, hanya aja kami ingin yang terbaik untukmu. Jangan sampai kamu berpacaran dengan lelaki sembarang lagi," balas John. "Lagian kami gak main-main, sejak kamu lahir, kamu sudah memiliki empat tunangan bahkan saat tunanganmu masih di dalam perut. Keluarga kita sudah berjanji kalau akan menjadi besan," terang Maira. Wanita itu berkata sambil mengusap-usap tangan putrinya, berusaha menenangkan Emily yang syok akibat perkataan yang memberitahu jika pertemuan ini adalah pertunangan dia dengan empat lelaki. "Daddy, Mommy, Emily janji! Emily gak akan sembarang pacaran lagi. Tapi Emily mohon, sudahi bercandanya ya, itu sangat menyeramkan," rengek gadis itu. Lelaki paruh baya itu menggelengkan kepala, dia memegang jam tangan yang melingkar di lengannya lalu kembali memandang sang putri. "Sebentar lagi tunanganmu bakal datang, tenang saja. Kamu mengenal mereka kok," lontar sang Ayah. "Sangat mengenal dengan baik malahan," lanjutnya. Emily menggelengkan kepala beberapa kali, ia kembali berdiri yang membuat wanita itu menjadi pusat perhatian. "Enggak, enggak! Aku gak terima. Ini begitu gila, gak masuk akal! Aku gak mau! Aku mau pulang aja," seru wanita itu. Perkataan gadis kecil itu bertepatan pintu terbuka, membuat semua mata tertuju ke arah sana. Perlahan beberapa orang masuk, perempuan tersebut membeliak kala mendapati manusia yang datang begitu dia kenal. "Paman!" pekik Emily tanpa sadar. Matanya masih tertuju pada mereka, yang dibalas tatapan oleh empat pria tersebut lalu orang tua lelaki itu mendekat dan memeluk Emily. "Sayang, kamu sangat cantik, lebih cantik dari sebelumnya," puji Olivia. Putri Maria masih membatu, syok dengan keadaan yang menimpa begitu tiba-tiba. "Lihat! Calon istri kalian begitu cantik, Mama tidak salah memilih bukan. Kalian harus baik sama dia, dan menjaganya," tutur wanita paruh baya tersebut. "Sayangku Mily, tenang saja kami akan menjagamu," ucap Ethan berbisik di telinga gadis kecil itu. Gadis itu tersadar lalu ia memegang kepalanya dan jatuh ke dalam pelukkan Ethan. Membuat semua orang terkejut, Olivia yang melihat adegan tersebut sampai memekik begitu kencang. "Emily ...!" "Ethan! Apa yang kamu lakukan," omel Olivia mendekat dan memegang tubuh Emily. Ibu keempat pria itu sedikit terhuyung dan segera Daniel mengambil alih tubuh Emily dan menggendongnya ala bride style. "Kalian tenang saja, dia hanya pingsan. Mungkin ini terlalu tiba-tiba dan membuat dia terkejut. Kalian lanjutkan acara makan-makannya, biar aku yang mengurus Anne," jelas Daniel dengan tenang. Tatapan matanya memandang wajah sang tunangan lalu menatap orang tua dia dan gadis yang ada dalam pelukkannya. "Ya! Kalian tenang saja, ada kami yang menjaga Vera," tambah Owen menimpali. Para orang tua itu saling memandang lalu menganggukkan kepala, Maria mendekati Daniel dan memegang bahu lelaki jangkung tersebut. "Tolong bantu Tante jaga putri kesayangan Tante ini," pinta Maria yang dibalas anggukan Daniel. Maria menoleh dan melirik para tunangan putrinya, "Kalian juga, mohon bantuan kalian untuk menjaga putriku, dia sangat ceroboh. Kalian tau bukan," tutur wanita tersebut yang dibalas anggukan ketiga pria. Daniel membawa sang tunangan pergi meninggalkan ruangan itu, saat melangkah dia diikuti oleh ketiga saudaranya. Langkah begitu tenang dan sesekali melirik Emily dalam gendongan. Lelaki ini memilih membawa gadis tersebut ke hotel yang ada di seberang. Ia lekas membaringkan tubuh Emiky perlahan ke atas ranjang, segera menyelimuti lalu duduk di tepi dan pandangan mata terus tertuju pada wajah pucat gadis tersebut. Keempat pria tersebut kini mengelilingi tempat tidur, tatapan netra memandang tunangan mereka yang terbaring lemah. "Dia pingsan karena kita," gumam Owen pelan. "Ya! Ini memang terlalu tiba-tiba, dan terlalu gila," sahut Michael datar. Perkataan Michael membuat Owen menoleh, mata pria tersebut menatap sejenak sebelum akhirnya kembali alihkan pandangan pada Emily. Ia menghela napas panjang, seolah ada beban yang menekan dada. Dengan gerakan perlahan, ia bersandar ke dinding, tangan bersidekap erat, seolah mencoba menahan segala perasaan yang membeludak. "Kita harus menyelesaikan ini secepatnya! Setidaknya dia harus segera memilih satu diantara kita," lontar Ethan. "Ahh ... kenapa lama sekali, kenapa Mily belum bangun? Kamu gak salah mendiagnosis kan?" cecar Ethan lalu dia membungkuk. Pria tersebut merapikan anak rambut yang menutupi wajah Emily, sedangkan Daniel tidak menghiraukan ucapan saudara kembarnya. Tatapan lelaki itu tetap fokus pada satu perempuan diantara mereka dan perlahan putri Maria membuka mata kala mencium bau minyak kayu putih. "Eughhh ...." Emily mengerang lalu perlahan membuka mata, tatapannya langsung bertabrakan dengan netra biru terang Daniel. Senyuman tipis terukir di bibir lelaki tersebut. "Paman Noah," sapa Emily dengan suara rendah yang dibalas anggukkan pria tersebut. "Kamu cuma menyapa Noah, kami juga ada lho," gerutu Ethan. Mendengar suara lelaki lain, Emily spontan menoleh ke asal suara lalu segera bangkit kala menemukan jika para pria yang ia panggil paman berada di sini semua. "Akhirnya kamu bangun," seru Owen lalu duduk di ranjang. "Sepertinya kamu baru tau soal pertunangan ini," lontar Michael. Putri Maria ini segera mengangguk, dia bergerak cepat mendekati Michael dan memegang lengan pria tersebut. "Iya Paman Mikey, kamu harus bantu aku menolak pertunangan ini! Ini sungguh gila!" balas Emily. Ethan yang melihat hal ini mendekat, tangannya segera menarik lengan Emily yang memegang Michael dan lelaki itu duduk di samping sang perempuan membuat anak kedua Olivia itu mundur selangkah akibat dorongan sang kakak. "Ethan! Kau ...!" Lelaki tersebut hanya melirik malas lalu kembali memandang Emily. "Gadis kecil! Kamu ini. Kalau segampang itu menolak pertunangan ini, kami mungkin sudah sejak dulu menolak dan gak akan membuatmu syok sampai pingsan gini," lontar Ethan. Emily memajukan bibir mendengar balasan Ethan, gadis tersebut menjatuhkan kepalanya ke pundak lelaki itu dan menghela napas panjang. "Ini begitu gila, Paman ...," keluh Emily. "Tenanglah," ucap Daniel memegang bahu Emily. "Apa kamu pusing? Kalau iya, bersandar ke kepala ranjang aja," lanjutnya. "Minumlah air dulu, basahi tenggorokanmu," perintah pria berstatus dokter tersebut. Dia menyodorkan segelas air dan diterima Emily, Owen segera menarik Ethan agar lelaki tersebut ikut berdiri di samping dia. "Berdiri!" perintah Owen dengan nada dan wajah datar. "Kamu ini! Gak sopan banget sama yang lebih tua," omel Ethan. "Ily, kita bakal tinggal serumah, tidak ada penolak!" kata Michael. Mata Emily membulat sempurna mendengar perkataan lelaki tersebut, kala bibirnya hendak bergerak memprotes. Para pria yang lain mulai mengeluarkan suara. "Tidak! Mily harus bersamaku, aku ingin bermain games bersama dia," ucap Ethan. "Vera harus bersamaku, dia akan lebih leluasa karena sering sendiri," sela Owen. "Kalian sangat berisik, kita akan menjaganya bersama. Aku sudah berdiskusi bersama para orang tua." "Agar dia bisa memilih salah satu dari kita, siapa yang membuatnya jatuh hati dan nyaman," lanjut Daniel."Besok aku bakal berangkat, aku bakal jalanin cabang rumah sakit di luar negeri," ungkap Daniel. Emily langsung bangkit mendengar perkataan lelaki itu, ia memandang Daniel dengan tatapan sulit diartikan. "Apa ini gara-gara aku? Paman Noah mau ke sana," tuturnya dengan nada lemah.Ucapannya sedikit gemetar menandakan kesedihan dan rasa bersalah, sedangkan Daniel menghela napas lalu menggelengkan kepala apalagi mendapati tatapan Michael bagai mau menelan dia."Gak, kamu jangan berpikir gitu. Aku memang rencana mau ke sana," balas Daniel berusaha tenang."Semangat! Kamu pasti bisa, aku dukung kamu. Kalau ada apa-apa bisa bilang ke aku, aku bakal berusaha bantu kamu," lontar kakak keduanya.Senyum tipis terukir di bibir Daniel kala mendengar ucapan sang kakak, ia menganggukkan kepala untuk mengiyakan perkataan Michael."Ya! Aku bakal menagih janjimu ini, kamu harus membantuku," sambut Daniel.Emily terdiam, wanita itu syok dengan berita yang di dengar sekaligus. Semua membawa kesedihan,
Michael mendengar ucapan sang ibu langsung menatap tajam wanita itu, sedangkan Emily segera menggenggam jemari kekasihnya. Ethan melihat keadaan demikian segera mencolek putranya dan menggerakkan kepala pelan memberikan kode pada Logan. "Papa kenapa? Kepalanya sakit goyang-goyang terus," lontar Logan dengan nada polos.Ethan mendelik mendengar ucapan putranya, membuat semua menoleh menatap kedua lelaki berbeda usia tersebut. "Iya, Papamu itu sakit kepala. Pengen di cekik sama kami," kelakar Emily. Wanita itu berusaha mencairkan suasana, melihat hal tersebut Daniel memahami jika perempuan yang berjarak beberapa bangku ini merasa tak nyaman. "Ayo makan! Emangnya kita cuma bakal lihatin makanan di meja aja," celetuk pria tersebut. "Oh iya, ayo makan! Ini semua pesanan Tante lho, Niel. Coba, cobain deh, enak lho. Tempat yang pertama Tante sama Om ingin rekomendasikan sama kalian kalau lagi kumpul-kumpul gini selain suasana yang enak ini, makanannya juga top," ujar Maria."Sayang mau
Mendengar suara Olivia, mereka semua menoleh. Bahkan Emily dan Michael juga ikut menatap asal suara, saat tatapan mata menemukan keberadaan wanita itu, sepasang kekasih ini saling melemparkan pandangan. "Ayo!" ajak Michael menggenggam tangan Emily. Perempuan itu mengangguk, mereka langsung melangkah bersamaan. Logan yang mendengar perkataan neneknya dengan polos menunjukkan keberadaan sang Paman dan Emily. "Di sana Grandma," seru lelaki tersebut.Olivia langsung mengikuti arah jari mungil Logan yang menunjuk keberadaan sang putra dan calon menantu, terlihat Emily, Michael sedang berjalan mendekat. "Ada apa, Mah? Bukannya belum waktunya kan, masih ada waktu sesuai jadwal yang Mama, Papa, tentukan," lontar Michael.Wanita paruh baya itu langsung mendelik mendengar perkataan Michael yang tak mau dicecar duluan, pria tersebut langsung pada intinya. Padahal ia belum sempat mengeluarkan suara untuk berbicara. "Ya, ya, ya! Masih ada waktu. Udah ayo masuk!" balas Olivia.Emily menggeleng
Emily keluar dari kendaraan roda empat, tangannya digandeng oleh Michael. Saat keluar dari mobil, gaun hitam terterpa cahaya malam dan lampu. Potongan halter neck menonjolkan bahu jenjangnya. Sementara tali tipis di belakang leher memperlihatkan punggung perempuan tersebut. Lapisan kain jatuh asimetris bergerak mengikuti langkah dia, menciptakan siluet dramatis seolah ia tengah menari disetiap hentakan. Pandangan matanya menatap gedung yang akan ia masuki, begitu indah memanjakan mata. Sedangkan Michael lelaki netranya menangkap beberapa pria yang lewat melirik sang kekasih. Dengan gerakkan cepat dia membuka jas dan memakaikan pada Emily. "Kenapa," kata Emily spontan. Lelaki itu hanya diam tidak langsung menjawab ucapan sang kekasih, tangannya segera melingkar ke pinggang Emily membuat Emily mengerutkan dahi. "Agar semua tau kamu milikku," jawab Michael simple. Michael kala berkata demikian, mata berkeliaran dengan tatapan dingin ke sekitar. Membuat Emily ikut melihat dan mengula
"Mily!" suara seseorang dan pintu terbuka membuat sepasang sejoli ini terperanjak, aksi mereka segera terhenti. Mata Emily langsung melotot. "Ekhemm, sorry bos," seru Ethan segera membalikkan badan. Senyuman geli terukir di bibir Ethan, sedangkan Emily yang tadi terkejut langsung melompat turun dari gendongan Michael, ia segera bersembunyi di dada sang kekasih. ia seperti anak kucing yang terkejut. "Kamu ini udah kaya gak punya tangan buat ngetuk aja! Ganggu tau," cecar Michael. Ethan hanya mengedikkan bahu mendengar teguran sang adik. "Lagian kalian ini benar-benar ya, lagi masa mabuk-mabuknya. Kamu buat pengaruh buruk banget buat Emily, lihat ... gadis polosku sampai seganas ini bikin tanda di leher kamu," jawab Ethan semakin senang menggoda Emily. Michael mendengus keras, ia meraih bahu Ethan dan mendorongnya pelan ke arah pintu. "Keluar. Sekarang." Nada su
Seminggu berlalu sejak pembicaraan Emily dan Daniel, mereka bersikap seperti biasa. Masih tinggal bersama, apalagi semua sibuk mengurus Logan. Pria kecil itu begitu manja dengan perempuan satu-satunya di kediaman ini, bahkan Michael melihat kedekatan kedua manusia tersebut merasa cemburu. "Auntie," panggil Logan berlari ke arah Emily. Gadis tersebut yang tengah berjalan menuju dapur sedikit terkejut, apalagi mendengar teriakan dan pelukkan pria kecil itu. "Auntie ...," serunya kembali. Logan memeluk kaki Emily, sambil mendongak memandang wajah perempuan tersebut. "Jongkok Auntie, Auntie juga harus peluk Logan. Logan kangen Auntie," ujar anak kecil tersebut. Emily tersenyum, wanita itu segera menuruti perkataan lelaki kecil ini. Berjongkok mensejajarkan tinggi dengan calon keponakannya. "Logannya Auntie udah pulang." Putra Ethan ini menganggukkan kepala deng
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments