Home / Romansa / Enemate, Enemy To Soulmate / 14. Gencatan Senjata

Share

14. Gencatan Senjata

Author: Hana Reeves.
last update Huling Na-update: 2025-07-02 18:02:30

Prudence terkejut saat seseorang menggenggam tangannya dan menoleh ke arah orang itu. Wajahnya langsung memasang raut malas saat tahu siapa yang menggandeng tangannya.

"Maaf."

Prudence hanya mendengus. "Tidak tulus!"

Xander tersenyum smirk. "Memang tidak. Tapi aku tidak mau kamu pergi sendirian dengan penuh amarah."

Prudence menggelengkan kepalanya. "Siapa yang memulai?"

Xander hanya mengedikkan bahunya. Prudence memilih tidak berkomentar dan fokus dengan jalan. Pagi ini memang jalanan area perkantoran Manhattan sangat ramai hingga Prudence harus konsentrasi agar tidak tertabrak orang-orang sibuk di jalan. Tiba-tiba dia merasakan tangan Xander merangkul bahunya seolah ingin melindungi dirinya.

"Xander ...."

"Sudah, kamu diam saja. Aku akan melindungi kamu dari orang-orang yang pada kebelet pup!" jawab Xander cuek membuat Prudence mendelik. "Lho kata Eyang Dewa begitu. Orang yang jalannya keburu-buru itu macam kebelet pup."

Prudence menggelengkan kepalanya karen
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
shinta mawarsari
kamu tuh cinta, ungkapin daripada pru minggat beneran
goodnovel comment avatar
Amilia Amel
lhaaa kejutan besar buat xander dan pru ini
goodnovel comment avatar
Rohmatul Kusumaningayu
woahhh erhan gugat cerai
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Enemate, Enemy To Soulmate    32. Masih Flashback

    Rumah Rodrigo dan Prudence Rodrigo menatap wajah cantik putrinya yang terlelap usai acara lomba di sekolahnya tadi. Jujur Rodrigo baru merasakan betapa hebohnya acara perayaan kemerdekaan suatu negara dengan lomba aneh-aneh. Keseruannya memang berbeda dengan kota New York, kota asalnya. "Pru, kalau punya mama lagi dan itu miss Sasa, gimana? Jujur, Papa melihat, bagaimana miss Sasa bisa dekat sama kamu itu ... Dan itu bukan karena sebagai guru saja tapi memang miss Sasa kamu tulus sama kamu." Rodrigo mengelus rambut coklat Prudence. "Papa juga sepertinya jatuh cinta dengan miss Sasa. Cantik, pintar dan ... Menggemaskan." Rodrigo mencium kening Prudence. "Dan ternyata miss Sasa, seiman ya Pru." Pria itu pun berjalan keluar dari kamar putrinya dan menutup pintunya pelan. Rodrigo melihat foto almarhum istrinya yang cantik di meja Konsul. "Sayang, kalau aku menikah lagi, tidak apa-apa ya? Pru juga suka sama gadis itu." Rodrigo mengelus foto istrinya. "Semoga Sasa jadi jodohku ya?

  • Enemate, Enemy To Soulmate    31. Xander Sebal

    "Ya jelas sebal! Kamu ngomong seenaknya!" ucap Xander sambil cemberut. "Wajar kan aku bilang begitu karena memang tidak ada yang harus diributin kan? Oom Erhan wajar tanya soal kamu. Memang ada yang salah?" tanya Prudence. Xander menggelengkan kepalanya. "Ya sudah, kita cukup ributnya." Prudence melongo. "Yang bikin ribut siapa?" Xander hanya memasukkan scramble eggs nya ke dalam mulutnya. *** Prudence melanjutkan acara melukisnya di balkon sementara Xander duduk di sebelahnya sambil menikmati minuman. "Aku tahu, aku berharap kamu bisa ikut aku ke Oslo tapi sayangnya, kamu harus bersiap pameran bukan?" ucap Xander. "Iya. Aku memamerkan ada sepuluh lukisan dan aku kurang dua. Ternyata keputusan aku kemari, mendapatkan banyak inspirasi. Jadi aku bisa membuat dua lukisan tersisa." Prudence menjawab pertanyaan Xander sambil terus melukis. "Kenapa kamu memilih aliran realisme?" Prudence tersenyum. "Karena aku suka yang realistis. Aku tidak suka abstrak dan kubis

  • Enemate, Enemy To Soulmate    30. Di Balkon

    Prudence menikmati kopinya sembari duduk di kursi balkon kamar hotelnya. Dia memang sudah bangun pagi dan membiarkan Xander masih terlelap diatas kasur. Stockholm sudah masuk musim gugur akhir dan mau masuk musim dingin jadi hawanya terasa menggigit tulang karena suhu yang dibawah dua puluh derajat Celsius. Prudence menghembuskan nafasnya dan tampak mulai berasap. Wanita itu cekikikan dan dia tahu musim dingin mulai hadir. "Sayang, aku tidak bawa peralatan melukis aku jadi aku tidak bisa melukis pemandangan ini." Prudence pun masuk ke dalam untuk mengambil iPad nya. Dia membawa iPad dan pennya kembali ke balkon. Prudence mulai melukis dengan Ipad-nya dan dia pun semakin terhanyut tanpa tahu Xander sudah bangun dan memperhatikan istrinya sibuk melukis."Lukisan kamu bagus," puji Xander sambil menyesap kopinya dan bersandar di kusen pintu. "Terima kasih," jawab Prudence sambil terus melukis. "Apakah kamu akan memindahkan ke atas kanvas nanti?" tanya Xander. "Biasanya begitu. Aku b

  • Enemate, Enemy To Soulmate    29. Ikhlas Tidak Ikhlas

    Prudence menatap Xander dengan gemas. "Aku tidak cemburu!" jawab Prudence. "Setidaknya kalau mau selingkuh tidak di depan aku!" "Macam kamu? Selingkuh saat aku tidak ada di New York?" balas Xander. "Siapa? Aku dan Asha? Itu bukan selingkuh, Xander! Aku tidak ada perasaan apapun dengan Asha! Begitu juga sebaliknya! Beda kamu dan Amelie!" "Oom Erhan telepon kamu juga aku tidak tahu kan? Dengar Pru, kalau kamu cemburu, ya bilang saja! Aku juga tidak suka kamu pergi dengan Asha! Sekarang siapa yang tidak menghormati pernikahan? Aku atau kamu?" balas Xander. Prudence menggelengkan kepalanya. "I hate you!" "I'm not!" balas Xander. "Up to you anak Viking!" Prudence lalu menuju tempat tidur dan naik ke atasnya. Wanita itu menarik selimutnya dan memberikan punggung ke Xander. "Sangat khas cewek! Kalau kalah debat langsung kabur!" ucap Xander. Diam-diam pria itu tersenyum karena Prudence seperti dulu saat mereka masih baik-baik saja. Sebelum dirinya mengejek Prudence soal

  • Enemate, Enemy To Soulmate    28. Hari Kedua

    Prudence masuk ke dalam kamar hotel dengan tubuh lelah. Dirinya benar-benar merasa ingin mengistirahatkan otaknya apalagi Prudence mendapatkan banyak pengetahuan baru karena dia berusaha memahami semua isi perusahaan Xander. "Kamu capek ya?" tanya Xander saat melihat Prudence mengambil sebotol air mineral dingin. "Otakku adalah otak seniman bukan otak programer," jawab Prudence sambil minum air mineralnya. Xander tersenyum. "Ternyata kita bisa juga tidak ribut ya sehari." Prudence menyipitkan matanya. "Aku capek jadi aku malas menanggapi ucapan kamu." Wanita itu pun berjalan ke kamar mandi. "Kamu mau kemana?" tanya Xander. "Mandi!" Xander tertawa kecil. Pria itu menoleh saat mendengar ponselnya berbunyi. Dia merasa bingung karena tiba-tiba Amelie menghubungi dirinya. "Ya Ammie?" "Xander. Aku sudah selesaikan semua sesi syuting dan pemotretan untuk komersial kamu," ucap Amelie. "Bagus. Sesuai dengan waktu yang diprediksi.""Bagaimana dengan acara di Stockholm?" tany

  • Enemate, Enemy To Soulmate    27. Menemani Xander

    "Kan wajar Pru jika kita tidur bersama bukan. Lagipula leher aku bisa tengeng kalau tidur di sofa. Kamu tega?" senyum Xander. Prudence tidak bisa bilang apa-apa karena memang sebenarnya Xander berhak tidur bersamanya karena sudah menikah secara resmi. "Aku mandi dulu, terus kita sarapan, lalu kamu temani aku di acara IT. Biar kamu tahu bagaimana sebenarnya pekerjaan aku." Xander meletakan cangkir kopinya dan berjalan melewati Prudence. Tanpa diduga, pria itu mencium pipi istrinya dan Prudence memekik kaget namun Xander sudah masuk ke dalam kamar mandi. "Anak Viking Sialaaaaannnn!" teriak Prudence kesal. *** Prudence sarapan sambil cemberut karena Xander mencuri ciuman di pipinya. Tapi entah kenapa, dia merasa ini seperti Xander yang dulu. Xander yang usil. Meskipun begitu, Prudence masih tetap tidak percaya ... belum percaya seratus persen dengan Xander. Bisa saja kan dia begitu karena kena sambet arwah kamar hotel mereka. "Kamu marah?" tanya Xander ke Prudence yang makan d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status