Home / Fantasi / Ex Mr Duke / pertemuan tak terduga

Share

pertemuan tak terduga

last update Last Updated: 2022-05-05 13:37:10

Keesokan harinya....

"Ibu, aku sudah siap," ujar anak kecil berambut pirang. Syal yang melekat di lehernya dan pakaian hangat yang menyelimuti tubuh kecilnya.

"Aku juga sudah selesai, Bu," ujar seorang anak laki-laki.

Sofia tersenyum melihat kedua anaknya, matanya kembali beralih melihat keluar, salju turun lumayan deras, ia sudah menolak agar putra dan putrinya tidak ikut, apalagi cuaca dingin seperti ini, namun kedua anaknya tetap keukeh ingin ikut ia pun menyuruh sang anak memakai pakaian tebal dan syal sebelum keluar, dan kedua anak itu pun menuruti permintaannya. "Baiklah, ayo kita berangkat Ingat! mainnya jangan terlalu jauh, kalian harus melekat pada ibu asuh." Nasehat Sofia seraya menggenggam kedua tangan anaknya yang memakai pelindung tangan. Sofia membantu Alice memasuki kereta lebih dulu, lalu di susul oleh Wiliams setelah itu dirinya.

Dua Kereta kuda itu melaju meninggalkan sebuah rumah berlantai dua di kelilingi perkebunan yang lumayan jauh dari keramaian kota. Satu kereta untuk Sofia dan kedua anaknya, satunya kereta lagi untuk ibu asuh kedua anaknya dan pelayannya,Nia

Hening

Selama di perjalanan, kedua anaknya tidak ada yang saling berbicara. Keduanya sibuk melihat ke luar jendela, melihat buliran salju yang menutupi jalan, dedaunan dan atap rumah.

"Kita sudah sampai," ujar Sofia Memang tak butuh waktu lama, karena jarak yang harus mereka tempuh lumayan dekat.

"Hati-hati sayang." Sofia mengulurkan kedua tangannya membantu sang putri, lalu pangerannya. "Kalian mau ikut Ibu lebih dulu,"

"Tidak, Bu. Kita jalan-jalan dulu."

"Baiklah," Sebelum pergi Sofia mencium kening Alice dan Williams, kemudian menuju tokonya yang di ikuti salah satu pelayan.

"Nyonya," seorang pelayan memberikan hormat pada majikannya yang baru saja memasuki ruangannya. Sofia duduk di kursinya, lalu menyuruh sang Meneger yang bertugas mengurusi tokonya.

"Bagaimana dengan penjualan bulan ini?"

"Saya merasa bersyukur, Nyonya. Penjualan bulan ini sangat meningkat, apa lagi satu minggu kemudian akan di adakan pesta musim dingin di istana. Banyak bangsawan yang berbondong-bondong membeli gaun, kami saja kuwalahan Nyonya. Banyak bangsawan yang memesan gaun, kami juga sudah memberikan sebuah rancangan yang nyonya berikan pada saya kemarin lalu." Jelas sang Meneger perempuan itu. Sofia mengangguk, dalam bisnisnya, ia menggunakan sebuah rancangan yang akan di perlihatkan pada pembeli untuk memilih gaun yang di pesan.

"Baiklah, terima kasih banyak atas usaha mu dan semua pelayan toko di sini. Berkat kamu dan semua pelayan di sini, toko ini tidak akan maju. Sebagai hadiahnya, aku ingin menaikkan gaji kalian dan kamu siapkan gaun serta baju hangat untuk para pelayan sekaligus untuk diri mu."

Meneger perempuan itu memberikan hormat, ia begitu terharu dengan keramahan dan kebaikan pemilik toko yang sudah ia urus selama ini. Bukan hanya sekali ini mereka mendapatkan tambahan gaji dan hadiah. Sebelum-sebelumnya, sang majikan memang sering memberikan hadiah.

"Nyonya, ini teh hangat dan camilannya," ucap seorang pelayan wanita yang menaruh teh hangat dan camilan biskuit serta kue di atas meja itu.

"Terima kasih, kalian boleh lanjutkan perkerjaan kalian," ucap Sofia.

"Baik Nyonya," ujar mereka serempak. Keduanya pun keluar menyisakan Sofia yang kembali mendesain sebuah gaun.

Sedangkan di tempat lain.

bruk

"Maaf," ujar seorang gadis yang tampa sengaja menabrak seseorang.

"Apa kamu tidak bisa berhati-hati?"tanya seorang wanita dengan dingin. Ia tidak suka seseorang menyentuh apapun yang sudah menjadi miliknya.

"Maaf, Nyonya. Saya tidak sengaja." Lirihnya.

"Apa kamu tidak tahu? gaun ini keluaran terbaru dan termahal," ujarnya dengan nada amarah.

Williams mengepalkan kedua tangannya, ia tidak suka siapa saja memarahi adik kesayangannya. "Adik saya sudah meminta maaf Nyonya." Sela Wiliams dengan nada menekan. Dia pun berdiri di samping adiknya dan mendongak. Matanya tajam, seolah ingin menebus mata wanita di hadapannya itu.

"Oh, dia adik mu." Tunjuknya dengan nada jengkel. "Ajari dia sopan santun."

Wiliams menggertakkan giginya, langsung saja tangan kecil Alice menggenggam tangan sang kakak untuk menenangkannya. "Kakak."

"Cukup Nyonya, saya dan adik saya sudah meminta maaf. Jika Nyonya butuh uang ganti, maka saya akan memberikannya."

Wanita itu tertawa mengejek, ia tak butuh uang ganti atau gaun ganti, cukup menghormatinya saja sebagai seorang Duchess.

"Dasar! anak tidak tahu diri! Apa ayah dan ibu mu tidak memberikan sopan santun atau mereka tidak bisa membayar seorang guru untuk mengajari kalian."

"Cukup Nyonya!" Bentakan Williams menggoda para bangsawan yang melintas langsung berhenti dan melihat ke arahnya. Semua

bangsawan pun tertegun, siapa anak ini? apa mereka tidak takut bermain-main dengan keluarga Duke Charles?

"Ayah saya sudah meninggal, dan jangan bawa-bawa nama ibu saya atau pun ayah saya, dan saya di didik oleh ibu saya untuk di ajarkan sopan santun, menghargai siapa saja meskipun itu seorang anak kecil."

bum

Sindiran keras membuat Kimberly menggeram marah. Wanita yang mengusik Williams dan Alice adalah Kimberly yang sedang menuju ke salah satu toko gaun.

"Bagi saya, ibu saya adalah sosok ayah sekaligus seorang ibu. Dia berjuang membesarkan saya seorang diri, jadi jangan membawa ibu saya." Bentak Williams.. amarahnya bagaikan singa yang siap menerkam Kimberly..

Sebenarnya Kimberly takut melihat aura dari anak di depannya, tapi sebisa mungkin dia menahannya. Harga dirinya akan hancur jika ada yang tahu, ia ketakutan.

"Ada apa ini?" Suara Bariton itu membuat semua bangsawan menoleh, sedangkan kedua bocah itu tidak menoleh sedikit pun.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ex Mr Duke   Aku menggenggam mu

    "Baginda," seru sang Kesatria.EhemKaisar Kairo berderhem, "Besok, aku mau ke kota, tapi tidak berpakaian formal, seperti rakyat biasa."Sang Kesatria malah melongo, semenjak kapan Kaisar Kairo berbicara panjang dan lebar. Laki-laki yang begitu dingin, super irit bicara pada istrinya. Kini berbicara panjang padanya."Kesatria Giovano!" sentak Kaisar Kairo."I-iya Baginda. Apa kamu mendengarkan ucapan ku?""I-iya Baginda, cepat siapkan dan lukisan Alice dan simpan di laci. Jangan sampai para istri ku tahu, o iya malam ini jadwal ku dengan siapa?""Selir Ketiga, Baginda," ujar Kesatria Giovano. Selama menikah dan menambah istri, Kaisar Kairo membuat sebuah jadwal dimana dia akan tinggal satu minggu dengan para istrinya secara bergelir, di mulai dari Permaisuri."Apa Baginda tertarik pada nona Alice?"Tanpa ragu sedikit pun. Kaisar Kairo tersenyum."Astagah!" Kesatria Giovano mengusap wajahnya secara kasar, majikannya tertarik pada anak yang baru berusia 6 tahun, mau taruh di mana waja

  • Ex Mr Duke   Menemukannya

    Malam harinya,Duke Charles dan Aaron di sambut dengan hangat di ruang makan itu. Kaisar Kairo begitu senang dengan sikap dinginnya Duke Charles dan tegasnya Duke Charles. Hal itu ilah yang paling dia sukai. Selesai makan malam, Duke Charles berdiri di depan jendela ruangan itu, ruangan tamu yang khusus untuknya. Sedangkan kamar Aaron berada di samping kamarnya, namun anak itu ingin tidur dengannya. Entahlah, mungkin karena merasa kurang nyaman."Sofia, bagaimana kabar mu? apa kamu masih mengingat ku. Ah iya, kamu pasti mengingat semua keburukan ku, kan."Duke Charles memijat pelipisnya, air matanya keluar merambat di pipinya. Ia begitu merasa kehilangan Sofia, seandainya ia bisa memutar waktu, ia akan mengatakan lebih dulu dan tidak melakukan hal bodoh."Baginda."Kaisar Kairo tersenyum, "Duduklah, Yang Mulia Duke." Kaisar Kairo menyodorkan sebuah Document. "Ini informasinya," ucapnya.Duke Charles membuka satu Ducument itu, mata dan bibirnya bergerak secara bersamaan, membaca setia

  • Ex Mr Duke   Kekaisaran Kairo

    Ke esokan harinya.Seperti hari-hari biasa, Sofia, Wiliams dan Alice sarapan bersama di selangi obrolan hangat. Selama bertahun-tahun hanya ada mereka, tidak ada sosok seorang ayah yang menjaga mereka. Sofia berusaha keras membuat putra dan putrinya tidak pernah kekurangan kasih sayang, tiap akhir pekan. Mereka akan berkumpul bersama, menciptakan sebuah kenangan, duduk di santai beralas kain di atas rumput, memandang hamparan bunga di temani dengan roti dan selai, serta camilan lainnya."Ibu, Williams dan Alice keluar, kami akan berkunjung ke rumah Viscountess Letizia.""Kalian akan mengunjungi putri Viscountess Letizia.""Iya,""Ya sudah, ibu akan ke toko. Kalian hati-hati ya sayang," Sofia mengucap dahi Alice dan Williams. Kemudian keluar di ekori oleh pelayan Nia."Kak, apa Duke akan mengejar kita ke sini?"Williams menaikkan kedua bahunya. "Mungkin, tapi kita tak perlu takut pada mereka. Sudah cukup penderitaan ibu, apa kamu merindukannya?"Alice diam, setiap harinya ia memang m

  • Ex Mr Duke   Air mata

    "Tidak Aaron, tunggulah di sini. Aku akan membawanya pulang. Anggaplah dia seperti ibu mu, Aaron."Aaron menunduk, ia tidak yakin jika Sofia mau dengannya atau mau menerimanya. la menarik satu sudut bibirnya. "Ayah, apa Ayah yakin Duchess akan menerima ku?"Duke Charles mengangguk antusias seraya menghapus air matanya kembali. "Dia wanita yang baik, dia akan menerima mu. Dia wanita penyayang, Aaron," ujar Duke Charles meyakinkan hati Aaron. Ia tahu, Aaron sangat ragu."Ibu ku sudah menyakitinya Ayah.""Bukan hanya ibu mu, tapi aku juga, maka dari itu, kita harus bersama agar Duchess mau menerima kita.""Ijinkan aku ikut dengan ayah, aku juga ingin lebih dekat dengan Wiliams dan Alice."Duke Charles berdiri, ia menyodorkan tangannya dan Aaron pun menerima uluran tangan itu. "Ayo ayah,"Kedua pun bersiap-siap, Aaron tampak semangat, namun semangat itu masih menyisakan kekhawatiran, Williams dan Alice, ia yakin setelah mengetahui identitasnya. Kedua saudaranya itu akan sulit menerimanya

  • Ex Mr Duke   Masa lalu

    "Lion, bawa dia ke kamarnya dan perintahkan dua pengawal untuk menjaganya, pastikan wanita ini tidak bisa keluar tanpa seijin ku." Titah Duke Charles, Kesatria Lion memberikan hormat, lalu menarik tangan Kimberly."Duke, aku tidak ingin di kurung. Lepaskan aku!" Kimberly terus memberontak, namun usahanya sia-sia tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Kesatria Lion."Lepaskan aku, aku bisa jalan sendiri!" Ketus Kimberly seraya menghentakkan lengannya dengan kasar. Kesatria Lion pun melepaskan lengannya dan berdiri bak patung.Dengan wajah dongkol, Kimberly menghentakkan kakinya, berjalan menjauhi Kesatria Lion.brakPintu bercat putih itu langsung tertutup rapat tepat di hadapan Kesatria Lion. Laki-laki berwajah gagah itu tak peduli, yang jelas, ia menjalankan perintah majikannya dengan benar. Matanya melirik ke kanan, menangkap sosok dua pengawal yang berjalan menghampirinya."Kalian pastikan, jangan sampai nyonya keluar selangkah pun.""Baik, Kesatria," jawab mereka serempak.Sedang

  • Ex Mr Duke   Perdebatan

    Kimberly merasa aneh, ia menoleh ke bawah. Melihat Aaron yang diam dan berdiri. Biasanya dimana ada Aaron, pasti ada Duke Charles, tapi kenapa ia tidak melihat Duke Charles.Kimberly kembali turun untuk menanyakan keberadaan Duke Charles. "Aaron!" Kimberly menghentikan langkah anak kecil yang melangkah menuju ke luar.Aaron, si bocah itu menahan kesal. Jauh dari hatinya, ia rindu pada sang ibu, tapi ibunya tidak mau melihatnya, buat apa ia mengemis rindu dan kasih sayangnya, sedangkan ia terus menerus di tekan menjadi kuat dan kuat, harus pintar, harus menjadi kebanggan Duke Charles. Kadang ia ingin meminta pada Tuhan, kenapa harus di lahirkan tanpa kasih sayang ibunya. Dengan hati dongkol, ia menoleh, menarik nafasnya untuk membuang kekesalannya."Iya Ibu,""Dimana Duke?"Dia saja tidak tahu, apa lagi ibunya yang tiap hari keluyuran dan keluyuran, malah sibuk bersenang-senang. "Aaron tidak tahu, tadi ayah keluar dan buru-buru."Kimberly menatap kesal. "Kamu gimana Aaron, sudah jelas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status