Share

pertemuan tak terduga

Keesokan harinya....

"Ibu, aku sudah siap," ujar anak kecil berambut pirang. Syal yang melekat di lehernya dan pakaian hangat yang menyelimuti tubuh kecilnya.

"Aku juga sudah selesai, Bu," ujar seorang anak laki-laki.

Sofia tersenyum melihat kedua anaknya, matanya kembali beralih melihat keluar, salju turun lumayan deras, ia sudah menolak agar putra dan putrinya tidak ikut, apalagi cuaca dingin seperti ini, namun kedua anaknya tetap keukeh ingin ikut ia pun menyuruh sang anak memakai pakaian tebal dan syal sebelum keluar, dan kedua anak itu pun menuruti permintaannya. "Baiklah, ayo kita berangkat Ingat! mainnya jangan terlalu jauh, kalian harus melekat pada ibu asuh." Nasehat Sofia seraya menggenggam kedua tangan anaknya yang memakai pelindung tangan. Sofia membantu Alice memasuki kereta lebih dulu, lalu di susul oleh Wiliams setelah itu dirinya.

Dua Kereta kuda itu melaju meninggalkan sebuah rumah berlantai dua di kelilingi perkebunan yang lumayan jauh dari keramaian kota. Satu kereta untuk Sofia dan kedua anaknya, satunya kereta lagi untuk ibu asuh kedua anaknya dan pelayannya,Nia

Hening

Selama di perjalanan, kedua anaknya tidak ada yang saling berbicara. Keduanya sibuk melihat ke luar jendela, melihat buliran salju yang menutupi jalan, dedaunan dan atap rumah.

"Kita sudah sampai," ujar Sofia Memang tak butuh waktu lama, karena jarak yang harus mereka tempuh lumayan dekat.

"Hati-hati sayang." Sofia mengulurkan kedua tangannya membantu sang putri, lalu pangerannya. "Kalian mau ikut Ibu lebih dulu,"

"Tidak, Bu. Kita jalan-jalan dulu."

"Baiklah," Sebelum pergi Sofia mencium kening Alice dan Williams, kemudian menuju tokonya yang di ikuti salah satu pelayan.

"Nyonya," seorang pelayan memberikan hormat pada majikannya yang baru saja memasuki ruangannya. Sofia duduk di kursinya, lalu menyuruh sang Meneger yang bertugas mengurusi tokonya.

"Bagaimana dengan penjualan bulan ini?"

"Saya merasa bersyukur, Nyonya. Penjualan bulan ini sangat meningkat, apa lagi satu minggu kemudian akan di adakan pesta musim dingin di istana. Banyak bangsawan yang berbondong-bondong membeli gaun, kami saja kuwalahan Nyonya. Banyak bangsawan yang memesan gaun, kami juga sudah memberikan sebuah rancangan yang nyonya berikan pada saya kemarin lalu." Jelas sang Meneger perempuan itu. Sofia mengangguk, dalam bisnisnya, ia menggunakan sebuah rancangan yang akan di perlihatkan pada pembeli untuk memilih gaun yang di pesan.

"Baiklah, terima kasih banyak atas usaha mu dan semua pelayan toko di sini. Berkat kamu dan semua pelayan di sini, toko ini tidak akan maju. Sebagai hadiahnya, aku ingin menaikkan gaji kalian dan kamu siapkan gaun serta baju hangat untuk para pelayan sekaligus untuk diri mu."

Meneger perempuan itu memberikan hormat, ia begitu terharu dengan keramahan dan kebaikan pemilik toko yang sudah ia urus selama ini. Bukan hanya sekali ini mereka mendapatkan tambahan gaji dan hadiah. Sebelum-sebelumnya, sang majikan memang sering memberikan hadiah.

"Nyonya, ini teh hangat dan camilannya," ucap seorang pelayan wanita yang menaruh teh hangat dan camilan biskuit serta kue di atas meja itu.

"Terima kasih, kalian boleh lanjutkan perkerjaan kalian," ucap Sofia.

"Baik Nyonya," ujar mereka serempak. Keduanya pun keluar menyisakan Sofia yang kembali mendesain sebuah gaun.

Sedangkan di tempat lain.

bruk

"Maaf," ujar seorang gadis yang tampa sengaja menabrak seseorang.

"Apa kamu tidak bisa berhati-hati?"tanya seorang wanita dengan dingin. Ia tidak suka seseorang menyentuh apapun yang sudah menjadi miliknya.

"Maaf, Nyonya. Saya tidak sengaja." Lirihnya.

"Apa kamu tidak tahu? gaun ini keluaran terbaru dan termahal," ujarnya dengan nada amarah.

Williams mengepalkan kedua tangannya, ia tidak suka siapa saja memarahi adik kesayangannya. "Adik saya sudah meminta maaf Nyonya." Sela Wiliams dengan nada menekan. Dia pun berdiri di samping adiknya dan mendongak. Matanya tajam, seolah ingin menebus mata wanita di hadapannya itu.

"Oh, dia adik mu." Tunjuknya dengan nada jengkel. "Ajari dia sopan santun."

Wiliams menggertakkan giginya, langsung saja tangan kecil Alice menggenggam tangan sang kakak untuk menenangkannya. "Kakak."

"Cukup Nyonya, saya dan adik saya sudah meminta maaf. Jika Nyonya butuh uang ganti, maka saya akan memberikannya."

Wanita itu tertawa mengejek, ia tak butuh uang ganti atau gaun ganti, cukup menghormatinya saja sebagai seorang Duchess.

"Dasar! anak tidak tahu diri! Apa ayah dan ibu mu tidak memberikan sopan santun atau mereka tidak bisa membayar seorang guru untuk mengajari kalian."

"Cukup Nyonya!" Bentakan Williams menggoda para bangsawan yang melintas langsung berhenti dan melihat ke arahnya. Semua

bangsawan pun tertegun, siapa anak ini? apa mereka tidak takut bermain-main dengan keluarga Duke Charles?

"Ayah saya sudah meninggal, dan jangan bawa-bawa nama ibu saya atau pun ayah saya, dan saya di didik oleh ibu saya untuk di ajarkan sopan santun, menghargai siapa saja meskipun itu seorang anak kecil."

bum

Sindiran keras membuat Kimberly menggeram marah. Wanita yang mengusik Williams dan Alice adalah Kimberly yang sedang menuju ke salah satu toko gaun.

"Bagi saya, ibu saya adalah sosok ayah sekaligus seorang ibu. Dia berjuang membesarkan saya seorang diri, jadi jangan membawa ibu saya." Bentak Williams.. amarahnya bagaikan singa yang siap menerkam Kimberly..

Sebenarnya Kimberly takut melihat aura dari anak di depannya, tapi sebisa mungkin dia menahannya. Harga dirinya akan hancur jika ada yang tahu, ia ketakutan.

"Ada apa ini?" Suara Bariton itu membuat semua bangsawan menoleh, sedangkan kedua bocah itu tidak menoleh sedikit pun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status